OLeh FEBY ANDRIANI
Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu “pragma” yang memiliki arti Tindakan atau perbuatan. Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang memiliki pandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu adalah, apakah sesuatu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu keenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak. Suatu konsep atau peraturan sama sekali tidak dapat memberikan kegunaan bagi masyarakat tertentu, tetpai dapat dibuktikan berguna bagi masyarakat.
Manusia memiliki kemampuan untuk bekerja sama. Pragmatisme mempunyai keyakinan bahwa manusia mempunyai kemampuan yang wajar. Menurut pragmatisme, Pendidikan bukan semata-mata membentuk pribadi anak tanpa memperhatikan potensi yang ada dalam diri anak tersebut, juga jangan beranggapan bahwa anak telah memiliki kekuatan laten yang memungkinkan untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan tujuan anak tersebut.
Pragmatisme Pendidikan dipelopori oleh filsuf Amerika John Dewey didasarkan pada perubahan, proses, relatifitas, dan rekonstruksi pengalaman. Pragmatisme Pendidikan Dewey cukup dipengaruhi oleh teori evolusi Charles Darwin bahwa semua makhluk hidup baik secara biologis maupun sosiologi memiliki naluri untuk bertahan hidup dan dapat berkembang. Dalam filsafat Pendidikan John Dewey, pengalaman adalah kata kunci. Pengalaman dapat didefinisikan sebagai interaksi antara makhluk manusia dengan lingkungannya. Menurut Darwin, hidup adalah ketergantungan dari kemampuan memecahkan masalah-masalah, maka Dewey memandang bahwa Pendidikan menjadi tempat pelatihan bagi ketrampilan dan metode pemecahan masalah atau (problem solving skills and methods).
Penerapan Pragmatisme dalam Pendidikan, proses dari Pendidikan dalam pragmatisme bertujuan untuk memeberikan pengalaman empiris kepada siswa sehingga terbentuk suatu pribadi yang belajar,berbuat (learning by doing). Proses ini dapat berlangsung selamanya. Dalam pandangan filsafat pragmatisme, siswa memiliki akal dan kecerdasan. Artinya siswa secara naluriah dan alamiah sudah memiliki kecenderungan untuk terus berkreatif dan dinamis dalam perkembangan zaman. Siswa memiliki bekal untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalah yang dihapadapi.
Dalam pembelajaran, Pendidikan pragmatisme terus selalu menekankan pada pengalaman hidup dan cara bagaimana menghadapi masalah dimanapun siswa tersebut berada. Nantinya siswa akan dapat berfikir kritis dan berhasil beradaptasi dengan segala perubahan- perubahanpada kehidupan dunia. Peran dari guru dalam Pendidikan pragmatisme merupakan sebagai pengawas serta pembimbing dalam pembelajaran pengalaman tanpa mengaggu minat dari siswa. Dan pihak sekolah harus mampu memberikan dan mneyesuaikan segela aspek, karena peranya sebagai tempat untuk mengajarkan pengalaman kehidupan yang terus berubah- ubah dan seharusnya sekolah juga lebih memperioritaskan dan mengedepankan muatan pengalaman pembelajaran dibandingkan muatan materi dan nilai akhir.
Tujuan dari pragmatisme yaitu adalah aliran yang mau menerima segala hal, asal hal tersebut berakibat baik dan berguna. Aliran ini mementingkan kegunaan suatu pengetahuan dan bukan kebenaran objektif dari pengetahuan. Dalam Pendidikan tidak ada tujuan khusus yang dapat ditentukan sebelumnya dan berlaku baik dan juga benar untuk semua anak sepanjang waktu, tempat dan situasinya. Tujuannya untuk mendukung anak sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan dibidang kegiatan akademik agar mereka tumbuh dan berkembang dengan berhasil dan mencapai kehidupan yang lebih Bahagia.
Pendidikan Pragmatisme berwatak humanis dan juga manusia merupakan ukuran segalanya. Rasio manusia tidak pernah terpisah dari dunia, bahkan menjadi bagian dari dunia itu sendiri. Pengetahuan dari manusia harus dinilai dan dapat diukur dengan kehidupan yang praktis, juga benar tidaknya hasil dari pemikiran manusia akan terbukti di dalam penggunaanya dalam praktek. Jadi teori dikatakan benar jika dapat berfungsi praktis bagi kehidupan manusia.
Dalam Pendidikan pragmatisme, semua dari materi dapat disajikan dengan harus berdasarkan fakta-fakta yang sudah dilakukan observasi, dipahami, serta dibicarakan sebelumnya, juga materi tersebut dimungkinkan mengandung ide-ide yang dapat mengembangkan situasi untuk mencapai tujuan tersebut. Peran dari guru hanyalah sebagai fasilitator dan motivator kegiatan siswa. Semua kegiatan siswa dilakukan dengan sendiri seiring dengan minat dan bakat yang dimiliki siswa tetapi guru tetap memberikan arahan yang memungkinkan siswa tersebut dapat berkembang sesuai dengan keinginan dan bakat minat yang dimiliki.
Daftar Pustaka
Andriani, Fera. 2017. Pragmatisme: Menepis Keraguan, Memantapkan Keyakinan. Syaikhuna Jurnal Pendidikan dan Pranata Islam, 8(2), 240-249.
Istiqomah, Murwati dkk. 2022. Implikasi Aliran Pragmatisme dalam Pendidikan. Media Penelitian Pendidikan: Jurnal Penelitian dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran, 16(02), 102-106.