AMBARAWA,Jowonews.com – Seluruh pimpinan rumah sakit umum daerah (RSUD) di Kabupaten Semarang diminta agar tidak menolak pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Hal itu disampaikan Bupati Semarang dr Mundjirin dihadapan para pimpinan RSUD dan dokter saat peresmian gedung rawat inap RSUD Ambarawa dan peletakan batu pertama pembangunan masjid RSUD Ambarawa, Jumat (18/9) siang.
“Tugas pemerintah adalah melayani masyarakat dengan baik. Jadi rumah sakit jangan sampai menolak pasien. Pasien datang harus ditangani dulu, jika ada kesulitan persyaratan bisa diikuti setelahnya,” kata Bupati.
Bupati mengatakan, saat ini biaya pelayanan RSUD kelas III gratis. Sehingga warga miskin tidak perlu bingung dengan biaya rumah sakit. “Sekarang ini kelas III gratis, jadi warga miskin tidak usah takut berobat ke RSUD,” imbuhnya.
Menurut Bupati, RSUD Ambarawa sebelumnya sempat kesulitan untuk membeli peralatan medis. Sebab tidak bisa bebas menggunakan nggaran yang dimiliki rumah sakit. Setelah pengelolaan keuangannya menggunakan sistem Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), manajemen RSUD Ambarawa bisa mengelola anggarannya sendiri.
“Sejak tahun 2012 sudah BLUD, sehingga bisa cari uang sebanyak-banyaknya dan dikelola RSUD sendiri. Sekalipun demikian saya ingatkan agar jangan sekali-kali korupsi. Sekarang RSUD Ambarawa sudah bagus,” ungkap Bupati.
Direktur RSUD Ambarawa, dr Rini Susilowati mengatakan, pembangunan gedung tiga lantai untuk rawat inap menelan biaya sebesar Rp 9,4 miliar. Gedung tersebut berkapasitas 64 tempat tidur yang terbagi dalam tiga kelas, yakni kelas III sebanyak 30 tempat tidur, kelas I sebanyak 16 tempat tidur dan 18 tempat tidur di ruang VIP.
Selain gedung rawat inap, tahun 2016 akan membangun masjid RSUD Ambarawa. Sebab masjid yang ada saat ini kondisinya kurang layak.
“Sebelumnya kami sering merujuk pasien ke luar, sebab kekurangan kamar. Dengan di bangunnya gedung rawat inap ini pelayanan dapat ditingkatkan sebab kapasitasnya juga meningkat. Masjid yang akan dibangun ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan pasien,” kata dr. Rini. (JN01)