Jowonews

Senjata Tradisional Jawa Tengah, Mulai Dari Yang Sederhana Hingga Rumit

Senjata tradisional Jawa Tengah hingga saat ini beberapa diantaranya masih sering digunakan untuk keperluan sehari-hari maupun sebagai koleksi.

Senjata tradisional merupakan salah satu hasil budaya yang sering dijadikan sebagai penunjuk suatu peranan sosial. Selain itu, senjata tradisional juga berfungsi sebagai perlindungan dari serangan lawan, dan dapat digunakan dalam berbagai aktivitas seperti bercocok tanam, berburu, bahkan dalam upacara adat.

Senjata Tradisional Jawa Tengah

Plintheng
Plintheng biasa digunakan hanya sebagai hiburan semata

Plintheng atau ketapel dalam bahasa Indonesia adalah alat atau senjata yang pada umumnya digunakan untuk membidik burung atau sebagai bentuk hiburan semata. Biasanya plintheng terbuat dari kayu, selembar kulit hewan, dan buah karet.

Daripada disebut dengan senjata tradisional, plintheng lebih cocok disebut senjata mainan anak-anak pada jaman dahulu. Plintheng dalam Bahasa Indonesia disebut dengan ketapel. Senjata mainan ini terbuat dari kayu yang memiliki 2 cagak.

Pada 2 cagak tersebut kemudian dipasang karet dan satu lembar kecil kulit hewan. Batu kecil atau kerikil digunakan sebagai peluru. Sedangkan karet berfungsi untuk mendorong peluru tersebut karena memiliki gaya pegas yang kuat.

Cara memainkannya mudah, hanya dengan meletakkan peluru pada selembar kulit hewan kemudian menariknya ke arah yang kita inginkan. Pada jaman dahulu, plintheng digunakan anak-anak untuk berburu hewan-hewan kecil, seperti burung dan katak. Sampai saat ini, plintheng masih sangat terkenal di kalangan anak-anak.



Tombak
Tombak paling terkenal di Jawa Tengah adalah Tombak Kyai Pleret. Foto Dok. budaya-indonesia.org

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tombak adalah senjata tajam dan runcing, bermata dua, bertangkai panjang, yang dapat digunakan untuk menusuk dari jarak dekat maupun jauh (dengan cara melemparkannya).

Tombak cukup terkenal karena banyak film epik Indonesia yang menggambarkan pahlawan kita menggunakan tombak sebagai senjata. Pada saat penjajahan, tombak sering digunakan untuk melawan musuh. Umumnya, tombak dilengkapi dengan perisai yang berfungsi untuk melindungi diri dari serangan lawan.

Di Jawa Tengah, terdapat salah satu tombak yang terkenal, yaitu tombak Kyai Pleret. Tombak Kyai Pleret ini menjadi tombak yang dihormati oleh sebagian besar masyarakat Jawa Tengah. Tombak sangat diandalkan pada masa penjajahan karena memiliki mata pisau yang tajam. Musuh bisa mati seketika jika terkena serangan tombak ini.

Setelah masa penjajahan berakhir, tombak banyak digunakan masyarakat untuk menangkap hewan buruan. Selain itu, tombak umumnya juga digunakan oleh prajurit kerajaan untuk berperang. Tombak dipilih karena pembuatannya yang mudah dan murah, mengingat jumlah prajurit kerajaan yang tidak sedikit.

Keris
Senjata Tradisional Jawa Tengah
Keris tidak hanya sebagai senjata, tapi juga cerminan identitas diri

Senjata tradisional Keris telah mendapatkan pengakuan dari masyarakat lokal hingga internasional karena dianggap memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Keris dapat dibuat dengan berbagai macam bahan dan biasanya setiap daerah memiliki perbedaan dalam bahan dan model yang digunakan. Saat ini, Keris Jawa Tengah lebih banyak digunakan sebagai aksesoris pakaian adat atau sebagai souvenir untuk dikoleksi.

BACA JUGA  Mengungkap Kisah Batik Tulis Bakaran, Warisan Berharga dari Masa Majapahit

Kehebatan senjata ini tidak diragukan lagi jika digunakan untuk menyerang dari jarak dekat. Pada masa lalu, keris digunakan sebagai identitas keluarga, kelompok tertentu, atau bahkan diri sendiri.

Keris yang dimiliki oleh raja memiliki bentuk dan corak yang berbeda dengan keris yang dimiliki oleh prajurit atau orang biasa. Selain itu, keris juga memiliki nilai seni yang tinggi karena bentuknya yang unik. Bentuk keris Jawa bervariasi, mulai dari yang tanpa lekuk hingga dengan 3, 5, dan 7 lekukan.

Keris tidak hanya dapat ditemukan di Jawa saja. Di daerah lain seperti Sumatera, Kalimantan, dan Malaysia, terdapat keris dengan model yang berbeda-beda. Namun, jenis keris Jawa adalah yang paling terkenal. Keris Jawa banyak dicari sebagai oleh-oleh atau cinderamata oleh wisatawan mancanegara.

Mereka memuja bentuk pahatan dan corak yang ada di setiap keris. Di Jawa, keris digunakan sebagai lambang kekuatan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Keris di Jawa Tengah juga terkenal karena biasanya dimiliki oleh tuan tertentu. Saat ini, keris digunakan sebagai pelengkap pakaian adat Jawa Tengah atau pakaian khusus keraton.



Kudi
Kudi memiliki wujud yang mirip dengan kujang. Foto Dok. goodnewsfromindonesia.id

Kudi ialah senjata khas Jawa Tengah yang sering dipakai oleh penduduk Banyumas. Di masa lalu, kudi dipakai sebagai alat untuk membela diri dari ancaman bahaya. Menurut KBBI, kudi mempunyai wujud yang mirip dengan kujang, dengan tiga lekukan pada mata, perut depan yang khas, dan tangkai pendek berukuran sekitar 65-80 cm. Fungsinya ialah sebagai alat untuk memotong benda keras.

Masyarakat Banyumas mempunyai kebiasaan yang hampir sama dengan masyarakat Jawa umumnya, yakni menggunakan simbol gambar dan lambang dalam kehidupan sehari-hari. Simbol gambar dan lambang tersebut juga digunakan dalam pembuatan kudhi. Simbol yang terdapat pada kudhi umumnya dipakai dalam upacara adat lokal. Kudhi dilengkapi dengan simbol ini dikatakan mempunyai daya linuwih yang dapat digunakan sebagai jimat dan disebut kudhi trancang.

Terdapat beberapa jenis kudi yang dibedakan berdasarkan fungsinya. Kudi umum dipakai untuk berbagai keperluan, mulai dari membela diri hingga membantu kegiatan sehari-hari. Kudi umum mempunyai panjang sekitar 40 cm dengan lebar 12 cm.

Ada juga kudi melem, yaitu kudhi yang mempunyai wujud seperti ikan melem dengan panjang sekitar 30 cm dan lebar 10 cm. Kudi melem umumnya dipakai oleh masyarakat Banyumas sebagai pagar rumah atau bilik. Terakhir, terdapat kudhi arit yang mempunyai fungsi yang sama dengan arit, yaitu untuk mencari dedunan, kayu bakar, atau nira. Kudi arit mempunyai panjang sekitar 35 cm dan lebar 10 cm.

BACA JUGA  Filosofi Batik Parang Barong dan Udan Liris, Pesan Budaya dalam Kain Batik
Wedhung
Wedhung lebih banyak digunakan dibandingkan keris. Foto Dok. lezgetrial.com

Senjata tusuk wedhung merupakan salah satu senjata tradisional Jawa Tengah yang kurang dikenal oleh masyarakat. Wedhung biasanya berbentuk seperti pisau dengan mata bilah yang tajam dan dilengkapi dengan rangka dari kayu jati. Meskipun saat ini kepopuleran wedhung kalah dengan keris, pada masa lalu senjata ini lebih banyak digunakan oleh masyarakat biasa karena keris hanya dimiliki oleh bangsawan kerajaan.

Fungsi utama dari wedhung pada masa lalu adalah untuk menikam lawan. Alat ini terbuat dari logam yang ditempa dan diukir dengan indah. Biasanya wedhung disimpan di pinggang bagian depan pemiliknya agar mudah dibawa.

Condroso
Condroso biasanya juga difungsikan sebagai tusuk konde. Foto dok. romadecade.org

Dahulu, perempuan menggunakan senjata tradisional ini sebagai alat perlindungan diri dari bahaya yang tidak diinginkan. Condroso terkenal di kalangan wanita sebagai senjata tradisional. Wanita Jawa dikenal dengan sifat mandiri mereka dan memiliki senjata yang dirancang khusus untuk mereka. Meskipun bentuknya mirip dengan perhiasan, condroso sebenarnya adalah senjata.

Condroso berbentuk tusuk konde yang biasa dipakai oleh wanita untuk menghias rambut. Namun, ujungnya dibuat sangat tajam sehingga bisa melukai musuh. Senjata ini dibuat agar wanita bisa melindungi diri mereka sendiri di saat-saat genting.

Walaupun bentuknya agak berbeda dengan senjata pada umumnya, condroso sangat efektif bagi para wanita. Musuh tidak akan menyangka bahwa tusuk konde yang digunakan bisa menjadi senjata mematikan.



Thulup
Peluru thulup pada masa lalu dicelupkan cairan racun mematikan

Pada intinya, thulup mempunyai cara operasi yang serupa dengan senjata sumpit yang digunakan oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Namun, thulup mempunyai dimensi yang lebih kecil dari sumpit. Thulup diaktifkan dengan mempergunakan tenaga hembusan dari penggunanya.

Biasanya, untuk menyerang lawan secara efisien, anak thulup (peluru) terlebih dahulu dicelupkan ke dalam cairan racun yang mematikan. Thulup biasanya lebih banyak digunakan untuk berburu karena cara penggunaannya yang bisa dilakukan tanpa diketahui. Thulup lebih aman untuk digunakan dalam berburu karena hewan buruan tidak mengetahui keberadaan pemburu.

Itulah berbagai jenis senjata tradisional Jawa Tengah lengkap dengan penjelasannya. Dengan mengetahui informasi tersebut, diharapkan kita dapat memberikan penjelasan mengenai sejarah dari masing-masing senjata kepada generasi mendatang. Memelihara warisan budaya dan sejarah sangatlah penting karena hal tersebut merupakan harta karun yang tak ternilai dari nenek moyang kita.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait