Jowonews

Banyumas Uji Coba Pembelajaran Tatap Muka

PURWOKERTO, Jowonewes- Sejumlah sekolah di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat. Antara melaporkan, di salah satu sekolah yang melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka yaitu SMP Negeri 6 Purwokerto, Selasa (20/10), setiap siswa yang datang untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar wajib mengenakan masker. Sebelum memasuki ruang kelas, mereka wajib mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir di tempat yang telah disediakan. Mereka juga menjalani pemeriksaan suhu tubuh dan didata oleh guru. Selanjutnya, mereka mengikuti PTM di ruang kelas yang telah ditentukan dengan jumlah peserta sebanyak 50 persen dari jumlah rombongan belajar di setiap ruang. Saat ditemui wartawan, Kepala SMP Negeri 6 Purwokerto Sri Indarsih mengatakan pihaknya mulai hari Selasa (20/10) melaksanakan uji coba PTM. “Kemarin cek persiapan dari Dinas Pendidikan ke sini, hari ini (20/10) mulai tatap muka. Sesuai jadwal, hari Selasa itu kelas 8, tujuh kelas dibagi menjadi 14 kelas. Jadi per kelasnya 50 persen dari jumlah rombongan belajar,” jelasnya. Selanjutnya pada hari Rabu(21/10) , uji coba PTM untuk kelas 9, Kamis kelas 7, Jumat kelas 8, dan Sabtu kelas 9. Sementara untuk durasi pembelajaran, lanjut dia, dimulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 11.00 WIB. Juga ada jeda istirahat selama 15 menit untuk memberi kesempatan anak-anak menikmati bekal makanan serta minuman yang mereka bawa dari rumah. Namun semua tetap diawasi oleh guru yang bertugas pada jam pelajaran ketiga. “Mereka tidak boleh keluar (kelas). Nanti keluarnya ketika pulang atau ada kepentingan ke toilet, ke perpustakaan, sudah ada semacam kalung yang (menunjukkan) diberikan izin keluar,” katanya. Ia mengatakan selama mengikuti PTM, anak-anak tidak menggunakan meja sesuai dengan saran Bupati Banyumas Achmad Husein. Kendati demikian, Indarsih mengatakan pihaknya akan mengevaluasi hal tersebut setelah uji coba PTM dilaksanakan. “Setiap hari akan kami evaluasi terus apa yang kurang untuk ke depan akan diperbaiki,” katanya. Ia mengatakan berdasarkan informasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas, selain SMP Negeri 6 Purwokerto, ada dua sekolah lain yang juga melaksanakan uji coba PTM, yakni SD Negeri Panembangan dan SMA Negeri 3 Purwokerto.

Terungkap, Dugaan Kasus Perdagangan Manusia di Banyumas

PURWOKERTO, Jowonews- Kasus dugaan perdagangan manusia (human trafficking) dengan korban dua anak perempuan berhasil diungkap Kepolisian Resor Kota (Polresta) Banyumas, Jawa Tengah. “Kasus ini terungkap berkat laporan dari orang tua salah satu korban berinisial L (14), warga Sumbang, Banyumas,” kata Kepala Polresta Banyumas Komisaris Besar Polisi Whisnu Caraka melalui Kepala Satreskrim Ajun Komisaris Polisi Berry di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu. (3/10). Menurut dia, laporan tersebut dilakukan setelah mengetahui hasil pemeriksaan rumah sakit yang menyebutkan adanya benjolan di alat vital anaknya. Ketika ditanya mengenai penyebab terjadinya benjolan itu, kata dia, L mengaku jika telah melakukan hubungan badan dengan seorang laki-laki di salah satu hotel melati karena memiliki utang kepada seorang perempuan berinisial IDR (19), warga Baturraden, Banyumas. “Korban punya utang sebesar Rp600 ribu atas uang sewa sepeda motor milik IDR. Saat ditagih oleh IDR, korban mengaku tidak mempunyai uang dan meminta dicarikan pekerjaan,” katanya. Atas permintaan tersebut, kata dia, IDR mencarikan pekerjaan buat korban melalui seorang perempuan berinisial MY (21) yang juga berdomisili di Baturrade. Akhirnya L diminta untuk melakukan hubungan badan dengan seorang pria berinisial RSJ (70), warga Cibiru, Kota Bandung, yang berdomisili di Kembaran, Kabupaten Banyumas. “Selain L, seorang warga Sumbang lainnya berinisial MS (13) juga menjadi korban tiga pelaku tersebut,” kata Kasatreskrim. Ia mengatakan kejadian yang dialami MS berawal dari kedatangan korban ke rumah IDR untuk meminta tolong dicarikan pekerjaan dan selanjutnya perempuan itu menghubungi MY. Setelah bertemu dengan korban, MY selanjutnya memesan ojek daring dan memintanya untuk mengantarkan MS ke salah satu hotel melati di Purwokerto guna menemui RSJ yang sebelumnya telah melakukan pemesanan. “Ketika MS sedang melayani RSJ, MY menunggu di luar kamar hotel. Dan setelah melayani RSJ, korban mendapat bayaran sebesar Rp1 juta,” katanya. Lebih lanjut, dia mengatakan pelaku berinisial IDR berhasil ditangkap pada hari Kamis (1/10) setelah dilakukan penyelidikan dan diketahui jika yang bersangkutan sedang berada di rumahnya. Setelah dibawa ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polresta Banyumas untuk dilakukan interogasi awal, kata dia, IDR mengaku telah memerantarakan L dan MS kepada MY. “Berbekal pengakuan tersebut, kami segera melakukan pengejaran terhadap MY dan berhasil mengamankannya. Dari interogasi terhadap MY, kami memperoleh informasi jika perempuan itu memperdagangkan korban kepada seorang pria berinisial RSJ senilai Rp500 ribu. Kami pun segera mengamankan RSJ yang saat itu sedang berada di salah satu hotel di Purwokerto Selatan,” katanya. Terkait dengan hal itu, Kasatreskrim mengatakan para pelaku bakal dijerat Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Jo. Pasal 56 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Pasal 81 atau 82 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Jo. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. 

50 % Lebih Santri Pondok di Purwanegara Banyumas Terjangkit Covid-19

PURWOKERTO, Jowonews- Klaster pesantren mulai marak dalam penyebaran virus Covid-19. Bahkan di sebuah pesantren di Kelurahan Purwanegara, Kabupaten Banyumas, , 50 % lebih santrinya positif terjangkit Covid-19. “Total sampel yang dilakukan pemeriksaan sebanyak 631 orang. Dari jumlah tersebut diketahui sebanyak 328 orang terkonfirmasi positif,” kata kata Sekretaris Daerah Banyumas Wahyu Budi Saptono, saat konferensi pers di Pendopo Sipanji, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis (1/10). Konferensi pers tersebut dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Sadiyanto, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas Titik Puji Astuti, Juru Bicara Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Banyumas Enjang Burhanudin Yusuf, serta sejumlah pejabat dan perwakilan FKPP Kabupaten Banyumas lainnya. Lebih lanjut, Wahyu mengatakan hasil tes usap (swab) tersebut keluarnya dalam tiga tahap. Yakni pertama pada tanggal 23 September 2020 sebanyak 126 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19. “Berdasarkan hasil tes tahap pertama tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyumas melakukan tindakan, yakni untuk santri yang ada keluhan dievakuasi ke RSUD Banyumas dan RS Siaga Medika. Sedangkan yang tidak ada keluhan masuk ke rumah karantina di Baturraden,” katanya. Selanjutnya pada 26 September, kata dia, kembali keluar hasil tes usap dan sebanyak 63 orang terkonfirmasi positif COVID-19 sehingga dilakukan skrining. Dalam hal ini, lanjut dia, bagi yang ada gejala dibawa ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, sedangkan yang tanpa gejala dievakuasi ke rumah karantina di Baturraden “Pada 30 September kembali keluar hasil tes usap, ada 136 positif, dan Alhamdulillah kondisinya baik semuanya. Itu merupakan OTG (orang tanpa gejala) sehingga perlu dilakukan isolasi sebagai upaya untuk melindungi yang lain di mana ada yang sepuh dan sebagainya, maka kita harus lindungi,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Terkait dengan hal itu, dia mengatakan pihak pesantren meminta agar santri yang positif diisolasi mandiri di pesantren. Menurut dia, tim “task force” Kementerian Kesehatan yang sudah meninjau langsung ke pesantren juga menyarankan untuk dilakukan isolasi mandiri di pesantren. “Tetapi kami tetap ada opsi yang kedua. Yakni kami sudah siapkan rumah karantina di Baturraden. Setelah dilakukan pertemuan, akhirnya disepakati untuk dilakukan isolasi di rumah karantina Baturrade. Karena kalau menunggu persiapan isolasi mandiri di pesantren agak lama,” jelasnya. Menurut dia, pihaknya hingga saat ini masih menunggu hasil tes usap dari 31 sampel dan diharapkan hasilnya negatif semua. “Dari 328 orang yang terkonfirmasi positif COVID-19 ini, yang sudah sembuh sebanyak 20 orang. Ini yang berada di RSUD Banyumas sebanyak 17 orang dan di RS Siaga Medika sebanyak 3 orang,” jelasnya. Ia mengatakan, pihaknya bersama instansi terkait lainnya terus memberikan pendampingan di pesantren dalam rangka pencegahan Covid-19. Sementara itu, Kepala Dinkes Banyumas Sadiyanto mengatakan dari 328 santri yang terkonfirmasi positif Covid-19. tersebut, sebanyak 120 orang di antaranya ber-KTP Kabupaten Banyumas. Sisanya berasal dari luar daerah. Rumah Karantina “Akan tetapi kita wajib untuk melakukan penanganan dengan sebaik-baiknya. Saat ini di Baturraden sudah ada tiga rumah karantina dan kapasitasnya sudah maksimal, saat ini masih ada tempat sekitar 15 (tempat tidur),” katanya. Sementara tempat isolasi di rumah sakit, kata dia, sampai saat ini masih tersedia sekitar 30 tempat tidur dari total 182 tempat tidur yang tersebar di 10 rumah sakit. Menurut dia, pihaknya sudah melakukan evaluasi dan tes usap terhadap 126 santri yang menjalani isolasi di rumah karantina Balai Diklat Baturraden. Ia mengatakan jika hasil tes usap tersebut menyatakan 126 santri tersebut atau separuhnya sembuh dari Covid-19, dapat menambah kapasitas tempat isolasi. Seperti diwartakan, selain di Kelurahan Purwanegara, Kecamatan Purwokerto Utara, sebanyak 11 santri dari satu pesantren di Grumbul Ciwarak, Desa Karanggintung, Kecamatan Sumbang, Banyumas, juga terkonfirmasi positif Covid-19.

Sejumlah Santri Positip Covid-19, Dua Pesantren di Banyumas Diminta Karantina

PURWOKERTO, Jowonews- Dua pondok pesantren di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, diminta menerapkan karantina setempat karena sejumlah santrinya terkonfirmasi positif Covid-19. “Contohnya di Ciwarak, Kecamatan Sumbang. Ini yang positif sudah banyak walaupun tidak semuanya berasal dari Kabupaten Banyumas,” kata Achmad Husein di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin (21/9). Ia mengatakan berdasarkan hasil tes usap yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, sembilan santri di pondok pesantren tersebut terkonfirmasi positif Covid-19. “Kami tidak tahu apakah ada tambahan atau tidak, tergantung hasil tes yang akan datang,” katanya. Selain itu, kata dia, seorang santri sebuah pesantren di Kelurahan Purwanegara, Kecamatan Purwokerto Utara, juga terkonfirmasi positif Covid-19. Menurut dia, dua santri lainnya di pesantren itu saat sekarang masih menunggu hasil tes usap karena mengalami gejala mirip yang dialami temannya yang terkonfirmasi positif Covid-19. 30 Santri Hilang Indera Penciuman “Ada 30 santri lagi yang gejalanya kehilangan indera penciuman. Itu juga sudah 70 persen gejala tersebut merupakan gejala khas dari Covid-19. Tetapi kami masih menunggu hasil tes. Total hasil tes yang kami tunggu untuk dua pesantren itu sebanyak 194 orang,” katanya. Bupati mengatakan, pihaknya telah meminta dua pesantren tersebut untuk karantina setempat terutama untuk melindungi guru-guru dan orang-orang lanjut usia di daerah itu. Ia juga mengimbau pesantren-pesantren lainnya untuk melindungi orang-orang yang sudah sepuh (lanjut usia) dari penularan Covid-19. Terkait dengan adanya dua pejabat dari organisasi perangkat daerah (OPD) berbeda yang terkonfirmasi positif Covid-19., dia telah meminta pegawai OPD di untuk melaksanakan bekerja dari rumah (work from home/WFH). “Jangan ada rapat tatap muka dalam 14 hari ke depan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Banyumas,” katanya. Berdasarkan data yang disajikan melalui laman covid19.banyumaskab.go.id per tanggal 21 September 2020, pukul 12.53 WIB, di Kabupaten Banyumas sejak terjadinya pandemi hingga saat ini tercatat sebanyak 404 orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. Dari jumlah tersebut, sebanyak 330 orang atau 81,68 persen dinyatakan sembuh, 64 orang atau 15,84 persen masih dalam perawatan, dan 10 orang atau 2,48 persen telah meninggal dunia.