Jowonews

Kementan: Produksi Cabai Rawit Over Supply 27.130 Ton

JAKARTA, Jowonews.com – Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat produksi cabai rawit pada Mei 2020 ini mengalami over supply atau kelebihan pasokan hingga 27.130 ton, berdasarkan data Early Warning System (EWS). Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto menyebutkan neraca cabai rawit yang mengalami surplus sebesar 27.130 ton tersebut menyebabkan jatuhnya harga komoditas hortikultura itu di tingkat petani. “Cabai rawit ini surplus lebih dari 27.000 ton, makanya bulan ini harganya jatuh. Namun, stok cabai rawit Mei hingga Juni masih aman secara nasional,” kata Prihasto pada web seminar yang diselenggarakan di Jakarta, Selasa. Prihaso mengungkapkan melimpahnya hasil panen tersebut tidak sebanding dengan permintaan pasar saat ini akibat kebijakan PSBB di beberapa daerah tujuan pasar. Akibatnya, memang terjadi kelebihan pasokan yang berdampak pada jatuhnya harga sehingga petani kekurangan modal untuk menanam kembali. Berdasarkan data EWS yang dimiliki Kementan, produksi cabai rawit pada Mei mencapai 115.458 ton dengan daerah penghasil tertinggi di Jawa Timur sebanyak 44.090 ton. Sementara itu kebutuhan cabai rawit pada bulan ini berkisar 88.327 ton, sehingga dihasilkan surplus 27.130 ton. Kemudian pada Juni 2020 surplus cabai rawit diprediksi menurun sebesar 14.941 ton dengan produksi mencapai 98.536 ton dan kebutuhan 83.595 ton. Sudargo, petani cabai di Pati, mengaku panen cabai rawitnya hanya dihargai Rp1.500 per kilogram, padahal dalam setengah hari ongkos panen memerlukan biaya Rp100.000. “Dalam setengah hari, panen menghasilkan 70 kilogram cabai, sehingga penghasilan petani sekitar Rp105.000, hanya selisih Rp5.000. Itu pun belum menghitung biaya transportasinya,” kata Sudargo. Berdasarkan data EWS bulan Agustus hingga Oktober mendatang, produksi khususnya untuk aneka cabai diprediksi akan mengalami surplus nasional yang sangat tipis, hanya sekitar 5.000-9.000 ton pada September-Oktober. Hasil produksi tersebut dampak dari mulai terjadinya musim kemarau dan menurunnya minat tanam petani karena rendahnya harga yang terjadi saat ini. (jwn5/ant)

Tekan Harga Cabai, Disdag Solo Libatkan Distributor

SOLO, Jowonews.com – Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Surakarta akan melibatkan distributor untuk menekan harga cabai rawit yang hingga saat ini masih bertahan tinggi. “Saat ini harga cabai masih relatif tinggi, kemungkinan karena iklim. Lagi pula ketika mau tumbuh optimal sudah keduluan hujan deras,” kata Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta Heru Sunardi di Solo, Jumat. Ia mengatakan akibat intensitas hujan yang cukup tinggi, saat ini daerah yang seharusnya sudah memasuki musim tanam harus mundur beberapa waktu. Sebagaimana diketahui, pantauan di lapangan harga cabai rawit di Kota Solo saat ini mencapai Rp60.000/kg. Jika dibandingkan beberapa minggu sebelumnya, memang terjadi penurunan harga, yaitu dari Rp80.000/kg. Meski demikian, dikatakannya, untuk saat ini masih jauh di atas harga ideal cabai rawit, yaitu di kisaran Rp30.000/kg. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tingginya harga cabai di Kota Solo akibat cuaca, pihaknya berencana untuk menjalin kerja sama dengan daerah lain yang produksi cabainya masih di level harga cukup rendah. “Belum lama ini Dinas Pertanian menginformasikan kepada kami harga cabai di Tegal di kisaran Rp40.000/kg,” katanya. Terkait hal itu, ia meminta kepada distributor cabai untuk mencari pasokan dari daerah lain yang memiliki harga lebih murah untuk kemudian didatangkan ke Kota Solo. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta mencatat dari angka inflasi bulan Januari 2020 sebesar 0,14 persen, komoditas cabai memberikan kontribusi cukup besar, yaitu untuk cabai merah berkontribusi sebesar 0,08 persen dan cabai rawit 0,04 persen. (jwn5/ant)

Jelang Imlek, Harga Cabai Rawit di Solo Tembus Rp80.000

SOLO, Jowonews.com – Harga komoditas cabai rawit di Kota Solo tembus di angka Rp80.000/kg seiring dengan meningkatnya volume konsumsi oleh masyarakat jelang perayaan Tahun Baru Imlek. “Setiap mau Imlek pasti naik, sekarang harganya sampai Rp80.000, tidak tahu kalau besok,” kata salah satu pedagang Surtini di Pasar Gede Solo, Selasa. Ia mengatakan selain meningkatnya permintaan, untuk kualitas panenan cabai kali ini tidak terlalu bagus seiring memasukinya musim hujan. “Barangnya tidak tahan lama, gampang busuk karena kan banyak kena air hujan,” katanya. Ia mengatakan harga cabai tersebut terus naik secara bertahap sejak beberapa minggu lalu. Menurut dia, pada tanggal 18 Desember 2019 harganya sekitar Rp40.000/kg dan terus meningkat sampai hari ini. Sedangkan untuk cabai merah besar dari Rp60.000/kg, namun hari ini malah turun jadi Rp50.000/kg. Sementara itu, di Pasar Legi harga cabai rawit merah di angka Rp72.000/kg. Salah satu pedagang Sri Lestari mengatakan terakhir pada tanggal 14 Januari 2020 harga masih Rp60.000/kg. “Naiknya bertahap dari sebelumnya Rp56.000/kg,” katanya. Sebelumnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surakarta pada bulan Desember Kota Solo mengalami inflasi sebesar 0,48 persen. Menurut Kepala BPS Kota Surakarta Totok Tavirijanto salah satu komoditas yang memberikan sumbangan terhadap inflasi yaitu cabai rawit merah. “Bahkan cabai ini menjadi salah satu penyumbang terbesar terhadap inflasi bulan lalu,” katanya. (jwn5/ant)