Jowonews

Cangkriman, Karya Sastra Jawa yang Eksis Hingga Kini

Cangkriman, Karya Sastra Jawa yang Eksis Hingga Kini

Cangkriman adalah salah satu karya sastra Jawa yang masih eksis hingga saat ini. Lantas cangkringan itu apa? Bagi yang masih asing dengan cangkriman, simak pembahasan berikut ini untuk mengetahui secara lebih lengkap. Masyarakat Jawa mempunyai berbagai macam karya sastra tradisional yang terus dijaga keberadaannya secara turun-temurun. Karya-karya sastra tersebut dibagi menjadi bermacam-macam jenis yang memiliki bentuk dan rupa yang berbeda-beda, seperti tembang, kakawin, hingga parikan. Dari berbagai karya sastra tradisional yang dimiliki masyarakat Jawa, ada satu karya yang terus berkembang yaitu cangkriman. Apa sebenarnya cangkriman? Cangkringan Apa Artinya? Menurut situs web Pemkot Surakarta, cangkriman adalah frasa atau urutan kata yang memiliki arti atau makna khusus. Cangkriman juga dikenal sebagai unen-unen kang kudu dibatang utawa dibedhek atau suatu permainan kata di mana kita harus mencari tahu artinya dengan menebak. Dengan kata lain, cangkriman adalah teka-teki kata yang harus dipecahkan untuk mencari tujuan dari teka-teki tersebut. Cangkriman diciptakan untuk menghibur sekaligus mendidik anak-anak agar berpikir kreatif. Cangkriman adalah warisan sastra Jawa yang sudah ada sejak dahulu dan diwariskan secara turun-temurun. Penciptaannya spontan dan tidak ada struktur khusus yang mengikatnya. Cangkriman bergantung pada susunan kata dan kalimat yang dibuat oleh penutur. Oleh karena itu, penutur diharapkan untuk kreatif dalam menyusun kata agar para pemain dapat memahaminya dengan benar dan dapat menebak makna yang dimaksud. Fungsi Cangkriman Pada awalnya, cangkriman digunakan sebagai sarana hiburan dan lelucon semata. Seiring dengan perkembangan waktu, cangkriman kemudian berperan sebagai sarana pendidikan untuk melatih kecerdasan anak. Hal ini terkait dengan cara bermain cangkriman yang membutuhkan kemampuan berpikir kreatif dalam mencari jawaban dari teka-teki yang disampaikan oleh penutur. Selain itu, cangkriman juga digunakan untuk mengumumkan tantangan dalam cerita drama pada pertunjukan wayang serta dimanfaatkan sebagai puisi/lirik tembang Jawa. Ciri-ciri Cangkriman Sebagai karya sastra, cangkriman memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan jenis-jenis karya sastra lainnya yaitu: Jenis-jenis Cangkriman Berdasarkan wujudnya, cangkriman terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu: Selanjutnya dalam buku Etnologi Jawa (2015) karya Suwardi Endraswara, disebutkan bahwa cangkriman memiliki berbagai jenis yang beragam, yaitu: Contoh Cangkriman Mengutip dari beberapa sumber, berikut contoh cangkriman atau teka-teki Jawa yang bisa dijadikan hiburan: Contoh Cangkriman Tembang 1. Cangkriman dalam tembang Asmarandana Wonten ta dhapur sawiji Tanpa sirah tanpa tenggak Mung gatraning wetengbae Miwah suku kalihira Nging tanpa dlamakan Kanthaning bokong kadulu Rumaket ing para priya Jawabannya: clana (celana) 2. Cangkriman dalam tembang Kinanthi Wonten putri luwih ayu Tan ana ingkang tumandhing Sariranira sang retna Owah owah saben ari Yen rina kucem kang cahya Mung ratri mancur nelahi Jawabannya: rembulan 3. Cangkriman dalam tembang Pucung Bapak pucung renteng-renteng kaya kalung Dawa kaya ula Pencokanmu wesi miring Sing disaba si pucung mung turut kutha Jawabannya: sepur (kereta) Contoh Cangkriman Wancahan 1. Burnas kopen: bubur panas kokopen. 2. Gerbong tulis: pager kobong watune mendhelis. 3. Kablak ketan: nangka tiba ning suketan. 4. Segara beldhes: segane pera sambele pedhes. 5. Suru bregitu: asu turu dibregi watu 6. Teh nasgithel: teh panas, legi, lan kenthel Contoh Cangkriman Pepindhan 1. Ana gajah numpak becak, ketok apane. Jawabannya: ketok ngapusine (kelihatan bohongnya). 2. Bocah cilik blusak blusuk nang kebon. Jawabannya: dom (jarum). 3. Duwe rambut ora duwe endhas. Jawabannya: jagung. 4. Ngarep ireng, mburi ireng, seng tengah methentheng. Jawabannya: wong mikul areng (orang memikul arang). 5. Yen cilik dadi kanca, yen gedhe dadi mungsuh. Jawabannya: geni (api). 6. Yen mlaku sikile loro, yen mandheg sikile sepuluh. Jawabannya: wong bakul sate (penjual sate). Contoh Cangkriman Blenderan 1. Suru supaya bisa mlayu dikapakake? Jawab: digebuk, suru maksudnya asu turu (anjing tidur). 2. Wong dodol tempe ditaleni. Jawab: maksudnya, yang diikat bukan orangnya, tetapi tempenya. 3. Wong dodol klapa dikepruki. Jawab: maksudnya, yang dikepruk (dipukul) bukan orangnya, tetapi kelapanya. 4. Tulisane arab, macane saka ngendi? Jawab: saka alas, macane tidak diartikan membaca, tapi hewan macan. 5. Sandhal sing dakgawe iki cap ratu. Jawab: ratu maksudnya ra tuku (tidak beli), bukan merek ratu. Demikian berbagai hal tentang cangkriman, teka-teki tradisional masyarakat Jawa mulai dari maknanya hingga ragamnya. Semoga berguna ya Kang Mas dan Mbak Yu.