Jowonews

Yuk, Mulai Berkebun dari Rumah

SEMARANG- Urban farming semakin menjadi tren di masa pandemi. Masyarakat punya banyak waktu di rumah melakukan berbagai kegiatan, termasuk urban farming. Namun ternyata masih banyak yang bingung, bagaimana memulai kegiatan berkebun di rumah itu. Bagi yang masih punya lahan tanah di rumahnya mungkin bingung mau menanam apa, apa yang harus disiapkan, bagaimana cara pemeliharaannya, serta sederet pertanyaan lain.“Apalagi yang lahan rumahnya sudah dihabiskan untuk bangunan, bisa lebih bingung lagi. Apa masih bisa bercocok tanam di rumah,” ujar Agung, co founder start up Citigrower, inisiatif urban farming berbasis digital, dalam keterangan persnya, Sabtu (28/11). Padahal kalau tahu ilmunya, lanjut Agung, kegiatan berkebun di rumah itu sejatinya mudah, murah dan menyenangkan. Kita bisa manfaatkan segala sumber daya yang tersedia di rumah untuk berkebun.Dari sampah dapur kita misalnya, bisa digunakan untuk benih, bibit, kompos, pupuk, dan pestisida. Sementara dari barang-barang bekas di rumah bisa untuk wadah tanam dan alat tanam“Seklain itu, matahari, air, dan unsur hara sebagai modal berkebun pun tersedia melimpah di negara kita. Tinggal butuh kemauan dan sedikit pengetahuan untuk memulai bercocok tanam di rumah,” tandas Agung. Hal inilah yang kemudian mendorong Citigrower mengadakan webinar yang membahas bagaimana memulai berkebun dari halaman rumahnya masing-masing. Webinar ini akan diselenggarakan via zoom pada hari Sabtu (28/110) pekan ini, mulai pukul 19.30 WIB. “Ada dua narasumber utama yang kami tampilkan. Dian Armanda, peneliti urban farming dan biologi lingkungan dari UIN Walisongo Semarang dan bintang tamu Sita Pujianto praktisi urban farming dari Jakarta yang juga aktivis komunitas Indonesia Berkebun,” cetus Agung. Dian akan menyampaikan bagaimana konsep dan aplikasi tahap demi tahap berkebun di rumah yang mudah, murah dan menyenangkan. Sementara Sita akan banyak memberikan tips-tips praktis memanfaatkan sumber daya yang serba terbatas di rumah untuk berkebun. “Selain itu, akan ada pula sesi berbagi pengalaman dari Tomy, owner okebunku di Solo, yang baru beberapa bulan terakhir aktif berkebun di rumah, namun telah sukses menuai panen sayur dan buah,” tandas Agung. Webinar yang dimoderatori oleh Wapemred Harian Republika Nur Hasan Murtiaji ini bersifat gratis. Masyarakat tinggal mendaftarkan diri melalui link https://s.id/webinarcitigrower2. Tentang Citigrower CitiGrower merupakan inisiatif berbasis digital yang aktif mengampanyekan kegiatan urban farming atau pertanian perkotaan.Kegiatannya antara lain publikasi konten edukasi urban farming berbasis digital, pelatihan, webinar dan kegiatan komunitas urban farming.Lebih lengkap tentang Citigrower bisa dicek akun instagram Citigrower:: https://instagram.com/citigrower?igshid=bpfb1wbbqxv5 Tentang Urban Farming Webinar Series Periode November“Berkebun Mudah, Murah dan Menyenangkan; Mulai Darimana?”Sabtu, 28 November 2020, pukul 19:30 – 21:00 WIB via Zoom meetingNarasumber ahli: Dian Armanda, peneliti urban farming dan biologi lingkungan; dosen UIN Walisongo, Semarang;, founder CitiGrower (IG : @citigrower).Bintang Tamu: Sita Pujianto, urban farmer / praktisi kebun urban, (IG: @sitapujianto).Join Zoom MeetingJoin from PC, Mac, Linux, iOS or Android: Click Here to JoinPasscode: CITIGROWER Anda juga dapat melakukan pendaftaran melalui formulir di bawah ini:

Urban Farming Harus Mudah, Murah dan Menyenangkan

SEMARANG, Jowonews- Beruntunglah masyakakat Indonesia. Dikaruniai tanah yang subur , air relatif melimpah dan matahari bersinar sepanjang tahun. Beragam tanaman bisa tumbuh kembang tanpa perlakuan khusus. “Berkebun urban di negara tropis seperti Indonesia relatif lebih mudah dibandingkan bercocok tanam di negara  empat musim. Untuk menumbuhkan benih atau bibit tanaman, hanya perlu cahaya matahari, air, dan “dirt” (nutrisi). Indonesia memiliki matahari sepanjang tahun, air yang relatif lebih banyak dan murah, serta tanah yang relatif lebih subur daripada negara empat musiml,” ujar Dian Armanda, peneliti urban farming dan biologi lingkungan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo,  dalam webinar urban farming yang diselenggarakan  Citigrower, Sabtu malam  (17/10). Selain Dian, pembicara lain yang memberikan paparan adalah Syarif Syaifulloh, owner Haiqal Garden,  diaspora Indonesia yang tinggal di kota Philadelphia. Ameriika Serikat. Di negara subtropis, lanjut Dian, kegiatan urban farming di ruang terbuka (outdoor) hanya bisa optimal di musim panas. Di luar musim itu, apalagi bila jenis tanamannya  asal tropis,  fasilitas greenhouse atau penanaman secara indoor (dalam ruang) terkadang diperlukan agar tanaman tetap tumbuh.  “Hal ini agar tanaman mendapatkan cahaya, kelembaban udara, air, temperatur, dan nutrisi  yang cukup dan terkontrol, tergantung jenis tanamannya” jelas kandidat doktor dari Institute of Environmental Science, Leiden University, Belanda ini. Selain faktor ekologis, kata Dian, dua kunci  lain agar tanaman bisa tumbuh baik tergantung dari aspek biologis dan pemeliharaan. “Biologis yang dimaksud sini tanaman berasal dari bibit yang secara genetis berkualitas baik. Sementara terkait pemeliharaan dapat secara manual atau dengan bantuan teknologi, serta mencakup jadwal tanam, kendali hama dan penyakit tanam. Sementara itu Syarif Syaifulloh menceritakan pengalaman berkebun di negeri paman sam itu. Ia mengawalinya dengan bercocok tanam di 80 meter persegi lahan pekarangan rumahnya. “20 tahun yang lalu saat datang ke Amerika ini, sering kangen dengan cita rasa masakan khas Indonesia. Cari kangkung susah. Mau daun singkong apalagi. Kalau ada pun mahal sekali. Akhinya nekad belajar menanam secara otodidak,” Awalnya dia sering gagal dalam menanam. Iklim subtropis tidak serta membuat tanaman bisa tumbuh subur seperti di Indonesia. Perhatikan Musim “Menanam di sini perlu benar- benar memperhatikan musim. Kalau sudah masuk musim dingin, ya tak bisa tumbuh. Tanaman tidak akan kuat bertahan, kecuali ditaruh dalam greenhouse,” terangnya.  Apalagi, sambung Syarif,  kalau ingin menanam tanaman khas Indonesia seperti kangkung misalnya. Ini  perlu teknik tersendiri. Menanggapi Syarif, Dian menyampaikan ketika, ketika menanam tanaman lintas zona, semisal dari bibit tropis ke subtropis atau sebaliknya, yang terpenting adalah penuhi kebutuhan tanaman sesuai kondisi lingkungan asalnya. “Namun harus diingat bahwa kita harus berhati-hati dalam membawa benih atau bibit tanaman lintas zona. Sebaiknya mengurus pemeriksaan dan izin dari balai karantina terlebih dahulu,” terang Dian yang saat ini bermukim di Belanda.. Walaupun sering gagal, Syarif tak patah arang. Dengan modal semangat dan kegigihannya akhirnya dia bisa sukses membangun kebun urbannya itu.  Saat ini menanam hingga 40 jenis sayur di kebunnya. Hasil panenya ,selain dikonsumsi sendiri, juga dibagikan ke para tetangga dan komunitas.. Aksi Syarif ini banyak menginspirasi warga kota di negara bagian Pennsylvania itu. Semakin banyak orang jadi terlibat bercocok tanam di rumahnya masing-masing. Mereka bahkan sering berdatangan ke rumah Syarif untuk belajar. Pemerintah lokal pun angkat  topi kepada lelaki kelahiran Magelang itu. Kegiatan berkebunnya didukung dengan bantuan bibit, pupuk dan lahan berkebun dari pemerintah. Bahkan dia dianugerahi penghargaan sebagai bapak teladan kota Philadelphia. Baik Dian maupun Syarif mengajak masyarakat Indonesia untuk mengoptimalkan lahan atau ruang yang ada di rumah untuk berocok tanam. Ada banyak pilihan teknik yang bisa digunakan. Mulai dari yang menggunakan media tanah biasa hingga bukan tanah. Dari teraponik, hidroponik, akuaponik, aeroponik, teknik pertanian vertikal, indoor, sampai yang memakai teknologi presisi. “Pilihan teknik dan skala tanam dikembalikan kepada tujuan, untuk apa kita berkebun urban. Apakah sekadar hobi, subsisten pemenuhan kebutuhan rumah sendiri, atau untuk komersial, cetus Dian. Namun apapun pilihan tekniknya, sambung Dian, seyogyanya kegiatan berkebun urban harus mudah, murah dan menyenangkan. “Gunakan potensi dan apa yang sudah tersedia di rumah. Ruang tanam tidak harus lahan terbuka, namun bisa juga pada dinding, pagar, tangga, atap rumah, ruang yang menganggur, bahkan basement.   Bahan dan alat dapat menggunakan apa  yang sudah  ada di rumah, termasuk kompos dari sampah organik rumah dan wadah tanam dari barang bekas,” pungkas Dian.

Citigrower Gelar Webinar “Berkebun Urban di 3 Benua”

SEMARANG, Jowonews- Beruntunglah masyarakat Indonesia. Negeri khatulistiwa bertanah subur. Sinar matahari dan air pun melimpah sepanjang tahun. “Beragam tanaman bisa tumbuh di negeri ini.  Anugerah Tuhan sebagai negara megabiodiversity,”  cetus Dian Armanda, peneliti urban farming dan biologi lingkungan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang dalam keterangan persnya, Jumat  (16/10). Sementara di negara subtropis di Amerika dan Eropa misalnya, kegiatan bercocok tanam membutuhkan sumber daya yang lebih besar. Tanpa rekayasa teknik, berkebun hanya bisa dilakukan di musim panas saja. Tanaman juga memerlukan perawatan ekstra, kata Dian yang juga merupakan founder Citigrower, sebuah inisiatif berbasis digital yang aktif kampanyekan urban farming. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana pengalaman berkebun urban di negara tropis dibandingkan dengan subtropis Amerika dan Eropa, Citigrower menyelenggarakan webinar bertajuk “Berkebun Urban di 3 Benua; Sisi Praktis dan Teoretis”. Webinar akan dilaksanakan hari Sabtu (17/10) besok mulai pukul 19:30 via Zoom. Webinar ini bersifat gratis dan peserta akan mendapatkan sertifikat. Masyarakat bisa mendaftarkan lewat link  https://bit.ly/citigrowerwebinar Pekebun Urban Amerika Co founder CitiGrower Agung Bakti mengatakan, webinar  ini bertujuan untuk ikut mengedukasi masyarakat Indonesia yang tersebar di berbagai benua untuk aktif dalam kegiatan urban farming. “Sebagai narasumber ahli, Dian Armanda akan menyampaikan aspek teoretis serta pengalaman berkebun urbannya di Indonesia dan Eropa. Sedangkan narasumber lain, owner Haiqal Garden Syarif Syaifulloh diaspora Indonesia di Philadelphia, akan bercerita bagaimana cara berkebun urban di negara subtropis Amerika,” ujar Agung. Syarif  merupakan pelopor kegiatan urban farming di kota yang terletak di negara bagian Pennsyylvania itu. Dia menanan hingga 40  jenis sayur di kebun urbannya. Hasil panenya ,selain dikonsumsi sendiri, juga dibagikan ke para tetangga dan komunitas.. Menurut Agung, aksi syarif banyak menginspirasi warga di sana. sehingga semakin banyak orang terlibat bercocok tanam di rumahnya. “Atas dedikasinya tersebut, Syarif diberi penghargaan sebagai bapak teladan kota Philadelphia,” pungkas Agung.

Serba Serbi Merawat Kaktus

Hai Citigrower… Siapa suka menanam kaktus ? Atau bahkan mengkoleksinya ? Bentuknya yang unik dan estetis membuat tanaman ini sering dijadikan dekorasi dan penghias ruangan. Tanaman ini memang bisa diletakkan di dalam ruangan atau di luar ruangan. Bagaimana sih perawatan kaktus yang benar ? Yuk ikuti petunjuk di bawah ini Kaktus termasuk tanaman sukulen karena menyerap dan menyimpan air pada batang utama. Tapi tidak semua sukulen adalah kaktus. Secara fisik, sukulen memiliki kelopak seperti daun sedangkan kaktus mengganti jaringan daun dalam bentuk duri Kaktus ditemukan pada abad ke-16, sebagian besar spesiesnya berasal dari Amerika Utara, Selatan, dan Tengah. Kaktus hidup di daerah gurun, semi-gurun, padang rumput kering, hutan meranggas, atau padang rumput. Umumnya, kaktus hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis Keunikan Kaktus salah satunya yaitu menghasilkan oksigen pada siang dan malam hari. Merawat Kaktus Kaktus tidak perlu sering disiram. Letakkan ditempat yang terkena cahaya matahari. Apabila kaktus berada di dalam ruangan dapat dikeluarkan setiap 2-3 kali seminggu. Apabila kaktus berada di luar ruangan dan cuaca sedang dingin atau sering hujan, cukup disiram 2 kali dalam sebulan. Ganti pot setiap 6 bulan atau satu tahun sekali.. Media tanam harus disterilkan dulu agar bebas dari telur cacing dan hama yang dapat menyerang akar kaktus. Caranya, siram media dengan air panas secara merata dan biarkan hingga dingin dan agak kering. Agar tetap tampil segar, usahakan kondisi di sekitar kaktus tidak lembap. Lembab bisa menyebabkan kebusukan dan tumbuhnya jamur. Suhu udara yang ideal untuk kaktus adalah 16—34 derajat Celsius Kaktus mudah ditemukan di toko tanaman hias maupun penjualtanaman di pinggir jalan. Harganya bervariasi. Mulai dari 5 ribu hingga jutaan rupiah. Happy gardening ! Link Asli: https://www.facebook.com/citigrower

Apa sih Hidroponik itu? 7 Pertanyaan Awam Soal Hidroponik

(Bagian 1 dari 2 Tulisan) Hai CGrow. Urban farming menjadi aktivitas populer di masa pandemi. Selain bisa mengatasi kejenuhan, berkebun juga dapat menghilangkan stress. Bayangkan saja rasa puas saat dapat memakan sayuran hasil jerih payah dari menanam sendiri. Rasanya pasti berbeda. Hmm… sepertinya cukup mengasyikkan ya. Hidroponik menjadi salah satu teknik urban farming populer dan diminati masyarakat perkotaan. Meski demikian masih banyak diantara kita yang merasa ragu atau bingung untuk memulai. Ada pula yang merasa masih awam. Ada yang merasa sepertinya tidak akan berhasil. Ada juga yang merasa tidak memiliki bakat dalam bidang tanam-menanam. Padahal rasanya mungkin ingin sekali kita mencobanya. Nah, kali ini redaksi menghadirkan 7 hal dasar yang sering ditanyakan masyarakat awam seputar hidroponik. Sama-sama kita simak yuk. Jangan lupa, komen ya di kolom komentar. Nanti segera kita lanjutkan pembahasan tentang ragam teknik hidroponik. Happy gardening! 7 Pertanyaan Awam 1. Apa itu Hidroponik ? Hidroponik berasal dari bahasa yunani “hydro” yang memiliki arti air dan “ponos” yang memiliki arti daya/kerja. Karena itu hidroponik sering dimaknai sebagai menanam atau bekerja dengan air. Namun istilah ini berkembang menjadi artian yang lebih sempit. Hidroponik jadi dikenal dengan sebutan soilless culture atau yang berarti budidaya tanaman tanpa tanah sebagai media tanam. Secara mudah, hidroponik berarti bercocok tanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam. 2. Mengapa media tanam tanah dapat diganti oleh air ? Pada dasarnya tanaman dapat bertumbuh kembang di tanah karena di situ ada nutrisi. Nutrisi itu dibutuhkan oleh tanaman. Adapun air tanah berfungsi sebagai pelarut nutrisi itu. Nah, dalam hidroponik, tanah diganti dengan air nutrisi. Yakni pupuk yang dilarutkan dalam air. Dengan air nutrisi itu tanaman tetap dapat tumbuh dan berkembang. Adapun fungsi tanah sebagai substrat penopang tumbuhan juga diganti dengan substrat lain yang telah disterilkan. Seperti rockwool, perlite, cocopeat, hidroton, dan lain-lain. 3. Mengapa banyak orang berhasil panen dengan metode hidroponik ? Menanam dengan cara hidroponik ibarat menanam tanaman dengan menambahkan infus nutrisi (pupuk) yang dibutuhkan. Sehingga tumbuh kembang tanaman pun terpacu optimal. Selanjutnya.. 4. Apakah produk tanaman hidroponik sehat ?

Apa Sih Beda Biji, Benih dan Bibit?

Hai CitiGrower, ketiga istilah bakal tanaman ini seringkali dianggap sama. Padahal sangat berbeda lho. Apa itu? Biji, benih dan bibit. Yuk, kita bahas satu persatu. Biar kita tahu perbedaan dan kegunaannya secara tepat. Biji Biji merupakan embrio bakal tanaman yang masih dalam keadaan dorman atau belum aktif. Biji ini berfungsi sebagai unit perbanyakan dan penyebaran alamiah tanaman secara generatif atau kawin. Nah, saat di alam, biji dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa campur tangan manusia. karena faktor alami saja. Misalnya karena terbawa angin, air, atau melalui perantaraan binatang. Seperti lewat kupu-kupu, kumbang, kelelawar dan lainnya. Benih Sementara benih diartikan sebagai biji yang telah mengalami perlakukan khusus, Maksudnya, biji tersebut telah diolah teknologi manusia sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Adapun secara struktural, biji sama dengan benih. Namun dari segi fungsional, benih memiliki fungsi agronomis karena digunakan untuk pengembangan usaha tani. Perlu diketahui, tidak semua biji dapat dijadikan benih. Ada perlakuan khusus dalam menyeleksi biji untuk menjadikannya benih. Ini diperlukan dalam rangka mendapatkan benih yang bermutu.Jika bermutu benihnya, alhasil bisa mendapatkan tanaman yang sehat dan berproduksi tinggi. Lalu, apa kriteria benih bermutu?Setidaknya, benih bermutu dapat digolongkan menjadi tiga macam: Pertama, benih bermutu secara genetis. Yakni benih yang berasal dari benih murni dari spesies atau varietas yang dapat menunjukkan identitas secara genetis dari tanaman induknya. Seperti sama-sama berumur pendek/genjah, berproduksi tinggi, tahan terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan, dan beradaptasi baik pada lingkungan. Kedua, benih bermutu secara fisiologis. Yakni benih yang mempunyai daya tumbuh tinggi, percepatan perkecambahannya tinggi dan viabilitasnya (kemampuan benih berkecambah) Ketiga, benih bermutu secara fisik. Yakni benih berkualitas yang ditunjukkan berdasarkan kualitas fisiknya.CitiGrowers, umumnya benih dikatakan baik secara fisik apabila menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Benih bersih dari kotoranBenih berstandar menghendaki tingkat kebersihan yang tinggi terhadap benih tanaman lain, gulma, kotoran dari sisa-sisa bagian tanaman lain, butiran tanah, pasir dan kerikil. Apabila benih bersih ini diproduksi maka akan menunjukkan sifat-sifat yang sama dari kelompoknya. 2. Benih berisi atau bernasBenih bernas adalah benih yang berisi atau tidak hampa. Untuk mengetahui secara pasti dari benih bernas dapat melalui penimbangan benih. Jika ditimbang menunjukkan berat benih terukur standar, maka benih tersebut dinilai baik. Benih bernas biasanya berat. Hal ini karena benih berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih hampa. sehingga jika disemai akan memberikan pertumbuhan kecambah lebih besar. Standar yang digunakan untuk mengukur benih bernas adalah dengan menimbang berat 1000 biji untuk benih-benih kecil, dan 100 biji untuk benih-benih besar. Kemudian dari hasil penimbangan dibandingkan dengan standar berat benih 1000 biji atau 100 biji yang dapat dilihat pada tabel benih. Selain dengan menimbang berat benih, mengeceknya adakah suatu benih bernas atau tidak, dengan teknik perendaman pada air. Jika benih terendam berarti benih bernas. Namun demikian, ada jenis benih tertentu walaupun terapung benih tersebut tetap bernas. 3. Warna benih cerahWarna benih dapat mengidentifikasikan kualitas suatu benih. Terutama untuk mengetahui lamanya benih disimpan dan mengecek tingkat kesehatan benih dari penyakit. Benih yang baik akan menunjukkan warna kulit yang cerah atau terang sesuai dengan warna aslinya. Sedangkan benih yang disimpan dalam lingkungan yang tidak terkendali dan yang terkontaminasi dengan patogen akan memberikan warna yang lebih kusam atau tidak sesuai warna dasar aslinya. 4. Ukuran benih normal dan seragamUkuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya volume setiap butir benih. Benih yang baik adalah benih yang memiliki ukuran normal, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Selain ukuran normal, benih harus memiliki keseragaman dalam ukuran.Benih berukuran normal dan seragam merupakan benih yang berkualitas karena memiliki struktur embrio dan cadangan makanan yang cukup sehingga dapat melanjutkan kehidupannya. Bibit Nah, kalau bibit sendiri adalah benih yang telah berkecambah. Pada umumnya sudah berbentuk tanaman muda. Ada akar, batang, dan daun, meskipun sangat kecil. Sementara istilah pembibitan atau persemaian merujuk pada proses alamiah berkecambahnya benih sampai menjadi tanaman muda.Kegiatan menanam benih atau pembibitan ini sendiri bersifat sementara di lokasi pembibitan. Tanaman muda atau hasil semaian ini dipelihara sampai siap dipindahkan ke lahan permanen. Adapun cara menanam benih atau pembibitan atau penyemaian bisa dibaca pada artikel sebelumnya Baca: Cara Praktis Menyemai Benih Hingga Jadi Bibit Jadi jelas ya sekarang bedanya biji, benih dan bibit. Jangan sampai tertukar-tukar lagi pengertiannya. Yuk, CitiGrower, kita mulai menanam. *Tulisan ini adalah sumbangan dariAri Kusuma, S.TP, MM (IG : arikusuma.id)Member Komunitas Teman Tanam Smanitra **Tulisan telah dikurasi sesuai kebijakan redaksional CitiGrower

Cara Praktis Siapkan Lahan Bedengan (Raise Bed)

Hai CitiGrower, setelah sukses dengan menyemai benih, mungkin kita bingung mau ditanam dimana nih bibitnya? Jawabnya tentu di media tanam ya. Namun ada beraneka ragam model pilihan media tanam bagi bibit yang telah berhasil kita tumbuhkan dari persemaian. Salah satunya dengan menanam bibit di lahan bedengan atau istilah kerennya raised bed. Nah, dalam tulisan kali ini ini kita ingin berbagi cara praktis bagaimana menyiapkan lahan media tanam bedengan. Begini langkah-langkahnya: 1. Buatlah bedengan dengan lebar kurang lebih 80 cm dan panjang sesuka hati. Batasi dengan batu bata, batu kali, kayu, atau apapun yg bisa dipakai sebagai pembatas tanaman. Kenapa cuma 80 cm lebarnya? Agar mudah perawatannya. Ketika lahan bedengan harus dibersihkan dari gulma misalnya, tangan masih bisa menjangkau ke seluruh area luasan bedengan. 2. Lalu bersihkan lahan yang akan dijadikan bedengan dari rumput-rumput, bebatuan, sampah atau pengotor lain dari lahan. Selanjutnya tutup dengan kertas koran. Cukup dua lapis saja. Pembersihan perlu dilakukan agar media tanam di bedengan bisa sehat, tak terkontaminasi. Sehingga tanaman bisa tumbuh subur. Sementara pemberian kertas koran dimaksudkan untuk memberikan pembatas bagi media tanam di bagian atas. Kertas korannya sendiri nanti akan hancur otomatis oleh alam. 3. Isi lahan bedengan dengan media tanam. Lalu siram dengan air secukupnya (jangan sampai terlalu basah atau menggenang airnya). Adapun ketinggian media tanam menyesuaikan dengan tanaman apa yang ingin kita tumbuhkan. Secara umum, tingginya antara 20-30 cm. Jika tanaman buah, bisa lebih dari 30 cm. Apa saja bahan media tanam yang dipakai? Bisa campuran pupuk kandang, sekam bakar, dan cocopeat dengan perbandingan volume 1;1:1. Bisa juga campuran kompos dan tanah sekitar yang sudah subur (ditandai dengan banyak cacing). Atau kalau mau lebih praktis, bisa beli media tanam yang sudah jadi di tukang tanaman. Biasanya berupa campuran pupuk kandang dan tanah lempung berongga. 4. Tutuplah lahan bedengan dengan karung goni, karung beras, kayu, kardus, plastik hitam atau bahan apapun yang bisa menjaga kelembapan permukaan lahan media tanam. 5.Biarkan lahan selama 2-3 hari. Tiap hari dibuka sebentar dan disiram untuk menjaga kelembapan. Setelah 2-3 hari dan lahan dirasa siap, baru bibit hasil semaian dipindahkan ke lahan bedengan yang kita buat tersebut. Mudah kan, CGrower…Selamat mencoba !