Jowonews

Curah Hujan dan Penurunan Tanah Akibatkan Banjir

PURWOKERTO, Jowonews- Tingginya curah hujan dan penurunan tanah (land subsidence) menjadi dua faktor penyebab tingginya genangan air hingga menggenangi rumah. “Tingginya genangan hingga masuk ke dalam rumah dapat disebabkan oleh dua faktor,” kata pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Yanto, Ph.D. mengatakan di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Ahad (28/2). Pertama, kata dia, karena tingginya curah hujan akibat cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim yang turun pada daerah yang semakin kecil tutupan vegetasinya. Kedua, penurunan tanah atau “land subsidence” yang diakibatkan oleh pembangunan yang masif dan eksploitasi air tanah dangkal secara terus-menerus. “Hal itu dapat menyebabkan pori-pori tanah yang sebelumnya terisi oleh air menjadi terbuka. Akibatnya tanah memadat dan turun,” katanya sebagaimna dilansir Antara.. Dengan kedua faktor tersebut, kata dia, rumah yang sebelumnya tidak kebanjiran pada saat dibangun dapat memiliki kemungkinan kebanjiran pada masa yang akan datang. Guna menyikapi hal itu, kata dia, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah meninggikan elevasi lantai dasar bangunan. “Untuk rumah yang sudah terbangun, alternatif solusi yang paling mungkin adalah peninggian lantai bangunan,” katanya.Sementara itu, dia juga kembali mengingatkan pentingnya membuat protokol banjir sebagai acuan yang dapat diterapkan oleh masyarakat saat terjadinya bencana tersebut. “Menurut saya pemerintah perlu membuat protokol banjir, yaitu langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh penduduk jika terjadi banjir,” katanya. Dia menjelaskan protokol banjir tersebut perlu dikemas dengan pesan yang padat dan mudah diingat. “Contohnya bisa seperti protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dengan menerapkan 3M, pesan yang disampaikan sangat kuat dan mudah diingat masyarakat, hal yang sama dapat dilakukan untuk protokol banjir dan disosialisasikan kepada masyarakat khususnya yang tinggal di daerah rawan banjir,” katanya. Untuk penduduk yang tinggal di daerah banjir, misalnya, penerapan prokes dengan menyediakan peralatan pengungsian, seperti tenda, peralatan masak, makanan instan, dan pakaian untuk 2—3 hari. Kedua adalah langkah untuk penyelamatan dokumen-dokumen penting ketika ada peringatan banjir. Ketiga adalah persiapan untuk mengungsi ke tempat pengungsian yang disediakan pemerintah. “Atau jika belum ada tempat pengungsian yang disediakan maka bisa mencari area publik yang lebih tinggi lokasinya untuk mengungsi sementara menggunakan peralatan pengungsian yang telah disediakan,” katanya.

Pencari Ikan Tewas Tenggelam di Rawa Kudus

KUDUS, Jowonews- Seorang pencari ikan di kawasan rawa di Desa Bulung Kulon, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, yang sebelumnya dikabarkan hilang, Kamis (18/2) pagi, ditemukan dalam kondisi meninggal tenggelam di rawa tersebut. “Korban bernama Basiran (59) pada Rabu (17/2) siang memang diketahui oleh keluarganya mencari ikan dengan sampan di rawa yang ada di Dukuh Karang Rawa, Desa Bulung Kulon,” kata Camat Jekulo Wisnu Brata Jayawardhana di Kudus, Kamis (18/2). Akan tetapi, lanjut dia, hingga malam hari belum juga pulang, sehingga keluarganya melaporkan kepada pemerintah desa setempat. Kemudian BPBD Kudus bersama berbagai pihak, termasuk jajaran Kecamatan Jekulo dan aparat keamanan ke lokasi kejadian untuk melakukan pemetaan. Di lokasi tempat korban mencari ikan, juga ditemukan sepeda kayuh dan sampan yang digunakan korban. Kemudian Kamis (18/2) pukul 05.00 WIB, korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Kedalaman rawa tersebut, kata dia, berkisar 1-1,5 meter, menyusul tingginya curah hujan di daerah setempat sehingga semakin menambah ketinggian genangan airnya. Kepala Pelaksana Harian BPBD Kudus Budi Waluyo membenarkan bahwa tim BPBD Kudus sudah melakukan proses pencarian dan penyisiran di lokasi kejadian pada Rabu (17/2) malam. Sementara laporan adanya orang tenggelam di rawa, kata dia, diketahui Rabu (17/2) pukul 19.00 WIB, setelah dihubungi oleh pemerintah desa setempat. “Pencarian korban dilakukan hingga pukul 22.30 WIB. Kemudian Kamis (18/2) sekitar pukul 05.00 WIB ditemukan sehingga operasi pencarian ditutup pukul 06.00 WIB,” ujarnya.

Waspadai Peningkatan Curah Hujan Oktober-November

CILACAP, Jowonews- Warga di wilayah Jawa Tengah bagian selatan khususnya Kabupaten Cilacap dan sekitarnya diimbau mewaspadai peningkatan curah hujan pada bulan Oktober-November, “Selama bulan Oktober-November diprakirakan curah hujannya tinggi karena adanya La Nina moderat. Jadi beberapa wilayah termasuk Cilacap dan sekitarnya, akumulasinya (akumulasi hujan, red.) tinggi, sehingga masih ada kemungkinan terjadi curah hujan di atas normal atau lebih dari rata-rata,” kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo, sebagaimana dilansir Antara, Kamis (8/10). Dalam hal ini, kata dia, hujan ekstrem jika curahnya di atas 100 milimeter per hari. Sedangkan hujan lebat jika curahnya berkisar 50-100 milimeter per hari. Kendati demikian, dia mengakui jika sejak awal Oktober hingga saat ini di wilayah Cilacap dan sekitarnya belum terjadi hujan ekstrem. Hal ini karena curahnya rata-rata masih berada pada kisaran 50-100 milimeter per hari. Terkait dengan cuaca pada hari Rabu (7/10) dan Kamis (8/10) yang terlihat cerah, dia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya angin puting beliung atau langkisau. Puting Beliung “Kondisi yang seperti ini justru dikhawatirkan nanti tumbuh awan-awan Cb (Cumulonimbus) yang bisa mengakibatkan terjadinya puting beliung. Di saat musim hujan ada panas beberapa hari, ini yang perlu diwaspadai karena biasanya muncul awan-awan Cb,” jelasnya. Lebih lanjut, Teguh mengatakan bulan Oktober-November merupakan puncak musim hujan untuk wilayah Cilacap bagian selatan dan pesisir selatan Cilacap. Sementara puncak musim hujan untuk wilayah Cilacap bagian barat, Cilacap bagian utara, Cilacap bagian tengah, serta Kabupaten Banyumas dan sekitarnya berlangsung pada bulan Desember-Januari. “Oleh karena itu, masyarakat di wilayah Cilacap bagian selatan dan pesisir selatan diimbau mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem pada bulan Oktober-November meskipun sebenarnya baru memasuki musim hujan. Ini karena pengaruh La Nina yang sebelumnya lemah menjadi moderat, sehingga curah hujannya diprediksi di atas normal atau di atas rata-rata,” tegasnya. 

BMKG: Prakiraan Curah Hujan di Banjarnegara Turun di Bulan Mei

Banjarnegara, 04/5 (ANTARA) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan curah hujan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, turun pada Mei 2020. “Berdasarkan analisis BMKG, pada dasarian pertama bulan Mei, di wilayah kabupaten Banjarnegara diprakirakan terjadi hujan dengan kriteria yang rendah,” kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie di Banjarnegara, Senin. Dia menjelaskan, penurunan tingkat curah hujan sudah mulai terjadi pada dasarian kedua bulan April 2020, ketika wilayah Banjarnegara umumnya mengalami hujan dengan intensitas rendah hingga menengah sekitar 21 sampai 150 milimeter. “Kecuali sebagian kecil wilayah Karangkobar dan Wanayasa mengalami hujan dengan kriteria curah hujan tinggi yaitu 151 hingga 200 milimeter,” katanya. Pada dasarian ketiga bulan April 2020, ia melanjutkan, wilayah Banjarnegara bagian tengah hingga utara mengalami hari tanpa hujan dengan kriteria masih ada hujan. “Sedangkan wilayah Banjarnegara bagian Selatan mengalami hari tanpa hujan dengan kriteria sangat pendek,” katanya. Menurut dia, wilayah Banjarnegara akan memasuki musim kemarau dan Mei. “Puncak musim kemarau diprakirakan akan terjadi sekitar bulan Agustus 2020,” katanya.

Antisipasi Curah Hujan Tinggi, Pemerintah Akan Keruk Kali Babakan Brebes

Brebes, Jowonews.com – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono mengatakan pemerintah akan mengeruk Kali Babakan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sepanjang empat kilometer untuk mengantisipasi kemungkinan curah hujan tinggi dalam waktu dekat. “Saya minta seminggu atau paling lama 10 hari pengerukan kali sepanjang empat kilometer dari Desa Cikesel sampai Desa Ketanggungan sudah selesai,” kata Menteri Basuki kepada pers di Brebes, Jawa Tengah, Minggu. Hal itu dikatakan Basuki saat meninjau Jembatan Kali Babakan yang airnya meluap pada Rabu (8/1/2020), sehingga menggenangi rumah warga dan jalan raya. Dikatakan Basuki, dirinya sudah menghubungi PT Wijaya Karya (Persero) untuk melakukan pengerukan dan melebarkan Kali Babakan, sehingga proses dan penyelesaian bisa lebih baik. Meluapnya Kali Babakan pada minggu lalu, kata Basuki, karena memang curah hujan yang sangat tinggi dan prediksi BMKG akan terus tinggi hingga Februari 2020. “Pemerintah akan melakukan di semua tanggul yang ada di daerah, bukan yang ada di sini saja,  sebagai upaya antisipasi curah hujan tinggi,” katanya. Sebelumnya, banjir bandang menerjang sejumlah wilayah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, akibat jebolnya tanggul Kali Babakan pada Rabu (8/1/2020) petang, namun pada Kamis (9/1/2020) pagi ini sudah mulai surut. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes Nuhsy Mansur  mengatakan banjir akibat jebolnya tanggul Kali Babakan, sehingga merendam rumah warga di Kecamatan Ketanggungan dan jalur alternatif Pejagan-Purwokerto. “Ketinggian air, Rabu (8/1/2020) malam sempat mencapai 50 centimeter sampai 100 centimeter. Akan tetapi kini, limpasan air banjir yang menggenangi rumah warga sudah mulai surut,” katanya. Menurut dia, hingga Kamis pagi, sekitar 100 korban banjir bandang masih mengungsi ke sejumlah lokasi seperti ke tempat rumah saudaranya dan masjid. Dengan mulai surutnya air, kata dia, warga kini melakukan gotong royong menyingkirkan lumpur, yang berserakan di sejumlah titik. “Banjir bandang ini melanda di beberapa desa Kecamatan Ketanggungan seperti Cikesal Lor, Cikesal Kidul, dan Pamedaran. Saat ini, kami sedang menyalurkan akomodasi pada korban banjir bandang dan bergotong royong menyingkirkan lumpur yang terbawa banjir,” katanya. Ia mengingatkan pada masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan seiring dengan tingkat intensitas curah hujan yang cukup tinggi yang melanda di beberapa wilayah. (jwn5/ant)

Curah Hujan Naik, TNI-Polri Batang Giatkan Patroli Daerah Rawan Bencana

BATANG, Jowonews.com – Kepolisian Sektor Limpung bersama Komando Rayon Militer Kabupaten Batang, Jawa Tengah, menggiatkan patroli ke sejumlah titik rawan bencana seiring dengan meningkatnya intensitas curah hujan. Kepala Polsek Limpung AKP Donni Krestanto di Batang, Selasa, mengatakan bahwa kegiatan patroli ini sebagai wujud tanggap Polri dan TNI, serta implementasi perintah Presiden Jokowi mengantisipasi bencana alam. “Kita selalu siaga terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam. Oleh karena itu kita terus melakukan patroli ke sejumlah lokasi rawan bencana,” katanya. Bagi warga yang berada di wilayah rawan bencana, terutama di wilayah dataran tinggi selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya longsor. Menurut dia, sejumlah daerah yang dinilai rawan bencana antara lain Desa Lobang, Ngalian, dan Sukorejo. “Kita tingkatkan patroli ke beberapa wilayah rawan bencana dengan mengendarai sepeda motor trail. Kami berharap warga juga selalu waspada dan melaporkan secepatnya apabila terjadi bencana alam,” katanya. Ia mengimbau bagi warga yang memiliki rumah di bawah tebing harus meningkatkan kewaspadaan karena curah hujan masih cukup tinggi sehingga rawan menimbulkan longsor. “Mari bersama-sama tingkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam. Bagi warga yang memiliki tempat tinggal di bawah tebing, kami berharap waspada saat turun hujan lebat,” katanya. Komandan Koramil Limpung Kapten Infanteri Nur Rofik mengatakan kegiatan patroli bersama ini sebagai bentuk kebersamaan dan sinergi TNI dengan Polri dalam menjalan tugas. (jwn5/ant)