Jowonews

Kasus DBD di Banyumas Capai 209 Penderita

PURWOKERTO, Jowonews.com – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, hingga awal bulan Juni 2020 mencapai 209 penderita, kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas Dwi Mulyanto. “Dari jumlah tersebut, enam orang di antaranya meninggal dunia,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin. Ia mengatakan jika dibanding dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan karena selama periode Januari hingga Desember 2019 tercatat sebanyak 202 kasus DBD di Kabupaten Banyumas dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 10 orang. Menurut dia, lonjakan tertinggi kasus DBD di Kabupaten Banyumas tahun 2020 terjadi pada bulan Februari dan Maret, sedangkan wilayah dengan kasus tertinggi di antaranya Kecamatan Wangon, Jatilawang, dan Purwokerto Timur. “Lonjakan kasus DBD di Kabupaten Banyumas ini dipengaruhi oleh faktor kondisi cuaca yang tidak menentu, sehingga memudahkan nyamuk Aedes aegypti untuk tumbuh dan berkembang biak,” jelasnya. Selain itu, kata dia, peningkatan kasus DBD tersebut juga dipengaruhi oleh masih banyaknya warga yang melakukan pola hidup dengan menyimpan air di dalam tandon. Akan tetapi selama masyarakat menjaga kebersihan, kata dia, kebiasaan menyimpan air dalam tandon tidak menjadi masalah asalkan rutin dikuras sebagai upaya pemberantasan sarang nyamuk. “PSN itu merupakan cara efektif untuk mencegah DBD, sehingga semestinya seminggu sekali karena pola nyamuk menetas adalah 7-14 hari,” jelasnya. Dwi mengakui jika kegiatan PSN dalam dua bulan terakhir tidak berjalan maksimal karena masyarakat dan petugas lebih fokus terhadap pencegahan COVID-19. Terkait dengan hal itu, dia mengimbau masyarakat untuk menggerakkan kembali kegiatan PSN sebagai upaya pencegahan DBD. Sebelumnya, Kepala Dinkes Kabupaten Banyumas Sadiyanto mengajak masyarakat bersemangat dalam melaksanakan PSN karena merupakan satu-satunya upaya yang paling efektif untuk mencegah DBD jika dibandingkan dengan pengasapan (fogging). “Rata-rata masyarakat mesti kalau (ada yang) panas sedikit, fogging. Padahal kalau kita melakukan fogging, ada jentik nyamuk di dalam air, di-fogging tidak mati jentik-jentik nyamuknya. Ditinggal, tiga hari kemudian muncullah nyamuk, berarti fogging-nya hanya efektif tiga hari,” ujarnya. (jwn5/ant)

Kasus DBD di Temanggung Meningkat Tajam di Bulan Maret

TEMANGGUNG, Jowonews.com – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, memasuki bulan Maret 2020 meningkat tajam, kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung, Khabib Mualim. Khabib di Temanggung, Rabu, mengatakan kasus DBD pada Januari 2020 hanya terjadi di empat kecamatan, kini menyebar di 19 kecamatan selama bulan Maret 2020. Korban meninggal akibat penyakit ini juga bertambah, dari semula satu orang kini menjadi tiga orang. Khabib menyampaikan, pada awal Januari hingga awal Februari 2020 sebaran kasus DBD terjadi di 60 desa di empat kecamatan dengan angka kasus 160. Namun, sejak Februari hingga awal Maret 2020 kasus DBD langsung melonjak menjadi 470 kasus dengan sebaran di 115 desa di 19 kecamatan. “Hanya Kecamatan Bansari yang nihil kasus DBD,” katanya. Ia menyebutkan dari 470 kasus DBD di Temanggung terdiri atas 161 demam berdarah dengue (DBD), 202 kasus demam dengue (DD), dua kasus sindrom syok dengue, dan DBD yang diiringi kasus lainnya sebanyak 105. Khabib menyebutkan tiga orang yang meninggal, yakni satu orang dari Kecamatan Parakan pada Januari 2020, kemudian dari Manding Kecamatan Temanggung dan satu orang dari Desa Pare di Kecamatan Kranggan pada Februari 2020. “Namun untuk korban meninggal dari Pare itu diiringi penyakit penyerta lain yakni ada kelainan hati. Penderita lainnya hingga kini masih banyak yang dirawat di rumah sakit,” katanya. Ia menyampaikan dalam upaya pencegahan DBD, Dinkes Kabupaten Temanggung telah menggalakkan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN). “Hasilnya kini angka bebas jentik di Kabupaten Temanggung sudah mencapai 96 persen. Upaya lainnya yakni dengan melakukan 2 kali pengasapan pada lokasi-lokasi dengan temuan DB,” katanya. (jwn5/ant)

Antisipasi DBD, Dinkes Jateng Giatkan Pemberantasan Sarang Nyamuk

SEMARANG, Jowonews.com – Jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bersama kabupaten/kota setempat menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk serta jentik nyamuk guna mengantisipasi meningkatnya jumlah pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). “Penanggulangan DBD yang paling tepat dan sederhana adalah melakukan tindakan preventif berupa pemberantasan sarang nyamuk serta jentik nyamuk dengan melibatkan juru pemantau jentik di tiap rumah, sekolah, maupun kantor,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo di Semarang, Rabu. Ia menyebutkan jumlah pasien penderita DBD di Jateng pada periode Januari 2020 hingga awal Maret 2020 tercatat sebanyak 1.227 orang, 17 orang di antaranya meninggal dunia. atau 3.53 kasus per 100 ribu jiwa penduduk. Dari 35 kabupaten/kota se-Jateng, jumlah pasien DBD terbanyak di Kabupaten Cilacap dengan 146 kasus dan dua kematian, kemudian Kabupaten Jepara 104 kasus, dan Kota Semarang 85 kasus. “Penyebaran penyakit DBD di Jateng hampir merata di 35 kabupaten/kota,” ujarnya. Menurut dia, jumlah pasien DBD di Jateng tiap tahun cenderung mengalami kenaikan mulai Oktober hingga puncaknya pada Februari dan Maret. “Setelah itu akan turun pada April, lalu Oktober naik lagi, begitu terus. Yang perlu diwaspadai saat ini kita masuk siklus 10 tahunan DBD. Tahun ini semoga kecenderungannya menurun,” katanya. Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Wongsonegoro Semarang Eko Krisnarto mengatakan bahwa pihaknya sudah merawat 182 pasien DBD pada Januari-Maret 2020. “Pada Januari 2020 kami merawat 59 pasien DBD, Februari 92 pasien DBD, dan Maret 31 pasien DBD,” ujarnya. (jwn5/ant)

Demam Berdarah di Jateng Renggut 17 Nyawa Hanya Dalam 2 Bulan

SEMARANG, Jowonews.com – Ancaman penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Jawa Tengah sungguh nyata karena dalam waktu 2 bulan saja sepanjang tahun 2020, penyakit berbahaya ini sudah merenggut 17 nyawa. Oleh karena itu, jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bersama kabupaten/kota setempat menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk serta jentik nyamuk guna mengantisipasi meningkatnya jumlah pasien penderita DBD. “Penanggulangan DBD yang paling tepat dan sederhana adalah melakukan tindakan preventif berupa pemberantasan sarang nyamuk serta jentik nyamuk dengan melibatkan juru pemantau jentik di tiap rumah, sekolah, maupun kantor,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo di Semarang, Rabu. Ia menyebutkan jumlah pasien penderita DBD di Jateng pada periode Januari 2020 hingga awal Maret 2020 tercatat sebanyak 1.227 orang, 17 orang di antaranya meninggal dunia. atau 3,53 kasus per 100 ribu jiwa penduduk. Dari 35 kabupaten/kota se-Jateng, jumlah pasien DBD terbanyak di Kabupaten Cilacap dengan 146 kasus dan dua kematian, kemudian Kabupaten Jepara 104 kasus, dan Kota Semarang 85 kasus. “Penyebaran penyakit DBD di Jateng hampir merata di 35 kabupaten/kota,” ujarnya. Menurut dia, jumlah pasien DBD di Jateng tiap tahun cenderung mengalami kenaikan mulai Oktober hingga puncaknya pada Februari dan Maret. “Setelah itu akan turun pada April, lalu Oktober naik lagi, begitu terus. Yang perlu diwaspadai saat ini kita masuk siklus 10 tahunan DBD. Tahun ini semoga kecenderungannya menurun,” katanya. Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Wongsonegoro Semarang Eko Krisnarto mengatakan bahwa pihaknya sudah merawat 182 pasien DBD pada Januari-Maret 2020. “Pada Januari 2020 kami merawat 59 pasien DBD, Februari 92 pasien DBD, dan Maret 31 pasien DBD,” ujarnya.(jwn5/udi)

Masyarakat Kota Magelang Diminta Waspada DBD

MAGELANG, Jowonews.com – Wali Kota Magelang Sigit Widyonindito meminta berbagai kalangan masyarakat setempat untuk mewaspadai kemungkinan terserang penyakit demam berdarah dengue, terkait dengan puncak musim hujan saat ini. “Yang menjadi perhatian kita semua adalah potensi penyakit demam berdarah pada musim penghujan ini,” katanya dalam keterangan tertulis Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Pemkot Magelang yang diterima di Magelang, Rabu. Tanpa menyebut jumlah kasus DBD di kota itu, ia menyatakan telah memberikan instruksi kepada jajarannya, terutama Dinas Kesehatan, berbagai puskesmas, dan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar, untuk meningkatkan kesiapan melakukan penanganan terhadap penderita DBD. Ia menyebut musim hujan membuat genangan air di mana-mana. Genangan air yang tidak segera diatasi bisa menjadi sarang jentik nyamuk berkembang biak menjadi nyamuk dewasa. “Waspada musim hujan, karena genangan air bisa jadi sarang jentik-jentik,” katanya. Ia juga menjelaskan tentang pentingnya masyarakat di berbagai tempat di daerah dengan tiga kecamatan dan 17 kelurahan itu, selalu menjaga kebersihan lingkungan masing-masing guna mencegah serangan penyakit DBD. Jajarannya juga telah diminta untuk memberikan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan pentingnya kebersihan lingkungan. “Saya sudah ‘opyak-opyak’ (memerintah, red.) camat dalam berbagai kesempatan agar masyarakat menjaga kebersihan, ‘ayo sing resik, sing apik’ (Mari bersihkan lingkungan dengan baik, red.). supaya tidak ada jentik,” kata Sigit. Saat memimpin apel luar biasa para pegawai RSUD Tidar, Selasa (25/2), Wali Kota Sigit juga meminta jajaran itu melakukan persiapan dengan matang untuk menghadapi kemungkinan adanya warga di kota itu yang tertular virus corona (COVID-19). “Tidak usah tergopoh-gopoh. Pengaruh virus ini memang dahsyat, dampaknya pada ekonomi dan wisata. Maka dari itu saya minta RSUD Tidar waspada, siapkan antisipasi terjelek sekalipun. misalnya siapkan ruang isolasi. Tapi mudah-mudahan tidak ada (yang terjangkit virus corona, red.),” katanya. Ia juga meminta RSUD Tidar bersama pihak-pihak terkait lainnya secara proaktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kesehatan, termasuk kaitannya dengan wabah COVID-19. “Tentunya tidak terbatas pada wabah virus corona, secara umum saya meminta agar insan kesehatan dapat turut menjadi perpanjangan tangan pemerintah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hidup sehat,” katanya. (jwn5/ant)

Selama Februari, 57 Warga Batang Positif DBD

BATANG, Jowonews.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, Jawa Tengah, menyatakan selama Februari 2020 tercatat 57 orang positif terkena demam berdarah dengue. “Sebenarnya laporan dari rumah sakit atau puskesmas cukup banyak. Akan tetapi, setelah kami cek melalui aplikasi DBD hanya ada 57 orang yang positif terserang penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti,” kata Kepala Dinkes Kabupaten Batang Muchlasin di Batang, Rabu. Menurut dia, meski jumlah penderita DBD sudah mencapai puluhan orang, namun hingga kini belum ada laporan korban meninggal dunia akibat penyakit itu. “Alhamdulillah, sebanyak 57 orang yang menderita DBD dapat tertangani dengan baik dan kembali sembuh,” katanya. Ia yang didampingi Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Farikhun Asror menyebutkan beberapa wilayah kecamatan rawan endemik DBD antara lain Batang, Tulis, Kandeman, Subah, Banyuputih, Gringsing, Tersono, Limpung dan Bandar. “Akan tetapi, jumlah kasus DBD tertinggi ada di Batang kemudian disusul Kandeman, Tulis, Subah, dan Gringsing,” katanya. Ia mengatakan untuk mencegah penyebaran DBD, Dinkes akan melakukan pengasapan di wilayah endemis dan berharap pada masyarakat tertib melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan membersihkan tempat penampungan air yang bisa menjadi sarang nyamuk, menutup penampungan air, dan mengubur tempat yang bisa dijadikan sarang nyamuk. “Sebenarnya, kegiatan pengasapan (fogging) bukanlah cara yang tepat untuk memberantas nyamuk, yang paling efektif adalah tertib melakukan PSN,” katanya. Menurut dia, sebagian orang hanya mengandalkan kegiatan pengasapan yang dilakukan pemerintah atau puskesmas lokal padahal cara itu hanya bisa membasmi nyamuk dewasa, namun tidak ampuh untuk membasmi telur-telur dan jentik-jentik nyamuk yang berada di genangan air. “Oleh karena, untuk mencegah DBD adalah dengan cara melakukan PSN dan pengasapan agar hasilnya lebih optimal,” katanya. (jwn5/ant)

Awal Tahun, Ada 52 Kasus DBD di Cilacap

CILACAP, Jowonews.com – Selama bulan Januari hingga 10 Februari 2020 tercatat terjadi 52 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Pramesti Griana Dewi di Cilacap, Selasa menyebutkan dari 52 kasus DBD tersebut, satu orang di antara penderita meninggal dunia. Kejadian DBD pada awal tahun 2020 tersebut hampir sama dengan tahun sebelumnya karena pada  Januari 2019 tercatat 32 kasus dan sedikit meningkat sampai minggu ke-12. Akan tetapi pada bulan Januari 2020, kata dia, tercatat sebanyak 40 kejadian atau kasus DBD. “Kejadian DBD ini paling banyak terjadi di wilayah timur, yaitu di Kecamatan Nusawungu,” katanya. Selain faktor lingkungan, kata dia, kejadian serangan DBD juga diakibatkan karena perubahan cuaca yang saat ini terbilang ekstrem sehingga cocok untuk reproduksi nyamuk Aedes aegypti yang menyebarkan DBD. Oleh karena itu, lanjut dia, perlu sosialisasi PSN dengan mengubur barang bekas, membersihkan penampungan air, dan menutup penampungan air (3M). Menurut dia, PSN akan lebih efektif bila dilakukan oleh seluruh masyarakat secara mandiri dan serentak dengan gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (Juru Pemantau Jentik), sehingga masyarakat bertanggung jawab akan kesehatan masing-masing dengan fasilitasi dari tenaga kesehatan. Terkait dengan hal itu, Pramesti mengatakan pihaknya bekerja sama dengan instansi lainnya untuk melakukan kegiatan penanggulangan di antaranya pengasapan (fogging focus, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), abatisasi selektif, dan sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan pola hidup sehat. “Harapan kami, tahun ini bisa menekan angka DBD di Kabupaten Cilacap dengan langkah-langkah 3M atau PSN serentak yang akan kami programkan untuk menyambut Hari Jadi Kabupaten Cilacap pada bulan Maret 2020, dan ini perlu dukungan dari semua pihak,” katanya. (jwn5/ant)

Alami Siklus Lima Tahunan, Kasus DBD Di Temanggung Kian Merebak

TEMANGGUNG, Jowonews.com – Merebaknya kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, di awal tahun 2020 merupakan bagian dari siklus lima tahunan, kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kabupaten Temanggung Sukamsih. “Ini siklus lima tahunan, setiap lima tahun sekali bisa dipastikan DBD di Temanggung selalu terjadi dan kasusnya banyak,” katanya di Temanggung, Jumat. Selain itu, katanya, tingginya kasus DBD di Januari 2020 akibat kelalaian dari masyarakat dalam merawat dan menjaga kebersihan lingkungan. “Ini juga akibat kelengahan dari masyarakat, biasanya sebelum datang musim hujan masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), namun di akhir Tahun 2019, masyarakat lengah dan muncul kasus DBD,” katanya. Ia menuturkan sebelum memasuki musim hujan masyarakat sudah biasa melakukan PSN dan bergotong royong untuk membersihkan lingkungan mereka, namun di akhir tahun saat menjelang musim hujan 2019 kebiasaan itu tidak dilakukan lagi. Selain itu, katanya, pemeriksaan jentik nyamuk yang juga biasa dilakukan dalam waktu sepekan sekali, juga tidak dilaksanakan lagi sehingga kasus DBD di Temanggung di awal tahun ini kembali meningkat. “Masyarakat lalai tidak melakukan lagi kebiasaan mereka dalam menjaga lingkungan, jadi imbasnya seperti ini. Kasus DBD menjadi banyak,” katanya. Padahal, lanjutnya, nyamuk aedes aegypti akan berkembang biak dengan cepat saat memasuki musim hujan. Telur dari nyamuk penyebar DBD ini akan cepat menetas manakala sudah terkena air hujan. Bisa jadi dalam waktu 10 hari sudah menetas, jadi perkembangbiakannya sangat cepat. Ia menyebutkan di awal Tahun 2020 setidaknya sudah terjadi enam kejadian luar biasa (KLB) DBD, dengan jumlah penderita DBD mencapai 100 lebih, bahkan kasus DBD di awal tahun ini juga sudah merenggut satu nyawa. Sukamsih menyampaikan jika ditarik mundur lima tahun lalu, yakni pada 2015 kasus DBD di Temanggung juga tinggi. Pada tahun itu ada empat desa terjadi KLB DBD. Menurut dia, semua daerah KLB DBD lokasinya berada di pinggir jalan raya. Hal ini dimungkinkan kasus DBD yang ditemukan di Temanggung berasal dari luar daerah. “Rata-rata di pinggir jalan dan penderita DBD saat ditanya juga habis berpergian dari luar kota atau daerah,” katanya. Ia mencontohkan Desa Kedungkumpul, Kecamatan Kandangan, Jetis Kauman Parakan, dan Kelurahan Sidorejo, Temanggung. Ketiganya merupakan daerah KLB dan lokasinya berada di pinggir jalan raya. “Jarang sekali kami temukan kasus DBD berada di pegunungan atau desa-desa terpencil di Temanggung. Kalaupun ada bisa dipastikan warga yang terdeteksi menderita DBD itu habis berpergian atau bekerja di luar Temanggung,” katanya.  (jwn5/ant)