Jowonews

“Visit Batang 2022” Dibatalkan

BATANG, Jowonews- Kegiatan “Visit Batang 2022 Heaven of Asia” akhirnya dibatalkan atas pertimbangan kasus Covid-19 yang belum mereda. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Batang Wahyu Budi Santosa di Batang, Selasa (8/6), mengatakan pembatalan kegiatan promosi wisata unggulan daerah yang rencananya menghadirkan pegiat maupun wisatawan domestik dan mancanegara ini sebagai upaya mengantisipasi penyebaran Covid-19. “Kami sudah merancang kegiatan itu pada rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) dan sudah ditargetkan. Akan tetapi, karena ada pandemi Covid-19 maka program itu tidak bisa maksimal,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia mengatakan sesuai RPJMD maka target program wisata tahun ini adalah penyelenggaraan festival tingkat nasional yang bisa menarik wisatawan mancanegara. Pemkab, kata dia, sudah berkonsultasi dengan penggagas Borobudur International Festival untuk belajar menyelenggarakan festival tingkat internasional. Menurut dia, segala perencanaan tidak bisa dilakukan karena target utama program “Visit Batang 2022” adalah kunjungan wisatawan semaksimal mungkin. Selain itu, kata dia, ada ukuran kesuksesan kalender even wisata antara lain jumlah kunjungan hingga perputaran ekonomi. “Oleh karena itu, jika sekarang (dilaksanakan) jelas tidak bisa karena tidak dilarang ada kerumunan. Selain itu, wisatawan mancanegara juga sensitif dengan situasi daerah yang dikunjungi saat pandemi -19,” katanya. Wahyu mengatakan jikapun akan menggelar kegiatan pariwisata maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan minta pemkab menyodorkan sertifikat CHSE (Clean, Health, Safety, dan Environment) atau kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan. “Sertifikat itulah yang sedang kami kejar saat ini, ketika punya sertifikat itu maka wisatawan pun merasa lebih aman berwisata di tengah pandemi Covid-19,” katanya.

Magelang Tutup Seluruh Destinasi Wisata

MAGELANG, Jowonews- Pemerintah Kabupaten Magelang,menutup seluruh destinasi wisata pada libur Lebaran 2021 karena wilayah ini masuk zona oranye kasus Covid-19. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19. Kabupaten Magelang Nanda Cahyadi Pribadi di Magelang, Jumat (7/5), mengatakan penutupan destinasi wisata ini menindaklanjuti Instruksi Mendagri Nomor 10 tahun 2021 dan Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 443.5/0007136. Ia menyampaikan berdasarkan Instruksi Mendagri dan SE Gubernur Jateng tersebut destinasi wisata di daerah dengan zona merah dan zona oranye ditutup dan wilayah Kabupaten Magelang masuk zona oranye. Penutupan tersebut berlangsung sampai dengan Senin (17/5), sesuai dengan berakhirnya PPKM Mikro. “Terkait hal ini Bupati Magelang juga mengeluarkan SE nomor 443.5/1729/01.01/2021 yang menyebutkan destinasi wisata daerah untuk daerah dengan zona oranye dan zona merah, kegiatan masyarakat di destinasi wisata dilarang dan tempat wisata ditutup untuk umum,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia memohon maklum kepada seluruh masyarakat Kabupaten Magelang atas penutupan seluruh destinasi wisata di Kabupaten Magelang. Hal ini dilakukan demi keselamatan masyarakat. Nanda menyampaikan hal ini akan ditindaklanjuti surat pemberitahuan kepada seluruh destisani wisata yang ada di Kabupaten Magelang. “Hal ini pilihan yang memang cukup berat di tengah upaya untuk menumbuhkembangkan ekonomi, tetapi apa boleh buat karena memang ketentuan dari pusat berlaku seperti itu,” katanya.

Masih Rendah, Lama Menginap Wisatawan di Solo

SOLO, Jowonews- Lama menginap wisatawan di Kota Solo dinilai masih rendah. Capaiannya belum sesuai dengan target yang diharapkan. “Dari data kami, rata-rata lama menginap wisatawan domestik di Kota Solo hanya 1,50 hari, sedangkan wisatawan mancanegara 2,50 hari,” kata Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Surakarta Budy Sartono di Solo, Selasa (23/3).. Sedangkan untuk rata-rata okupansi hotel di Kota Solo, selama tahun lalu masih di angka 29,35 persen. Menurut dia, salah satu penyebab rendahnya rata-rata lama menginap maupun okupansi tersebut salah satunya adalah belum adanya atraksi di malam hari. “Kami belum memberikan atraksi, hiburan malam agar mereka mau tinggal lebih lama. Kalau makanan ada yang sampai 24 jam, tetapi hiburan belum,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Padahal, dikatakannya, jika dari sisi destinasi wisata sejauh ini Kota Solo memiliki berbagai alternatif. Pihaknya mencatat saat ini Kota Solo memiliki 20 destinasi wisata. Kondisi ini didukung dengan suplai dari industri pariwisata, di antaranya keberadaan hotel berbintang yang jumlahnya saat ini ada 48 hotel dan hotel nonbintang sebanyak 97 hotel. “Kalau untuk ketersediaan kamar di Kota Solo ada sebanyak 4.350 kamar. Selain itu kami memiliki guide bersertifikat yang jumlahnya sebanyak 37 orang dan travel agent sebanyak 68,” katanya. Sementara itu, dengan suplai industri pariwisata dari berbagai sektor tersebut, pihaknya berharap jumlah wisatawan tahun ini paling tidak bisa mendekati tahun lalu dengan kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) juga bisa mencapai Rp60 miliar. Berdasarkan data, realisasi jumlah wisatawan pada tahun lalu sebanyak 1.420.315 orang dengan rincian 1.415.830 wisatawan nusantara dan 4.485 wisatawan mancanegara. Sedangkan dari sisi pendapatan asli daerah yang disumbangkan hotel, restoran, dan hiburan pada tahun lalu sebesar Rp60,682 miliar. Ia mengatakan PAD sektor ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun 2019 yaitu sebesar Rp111,882 miliar. Berdasarkan data, PAD hotel, restoran, dan hiburan pada tahun 2020 memberikan sumbangan terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) sebesar 4,57 persen dan di tahun 2019 memberikan kontribusi sebesar 5,41 persen.

Obyek Wisata Ditutup, Kasus Covid-19 Bisa Turun

JEPARA, Jowonews- Penutupan semua objek wisata selama libur panjang di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, potensial menurunkan kasus penyakit virus corona (Covid-19). “Kami optimistis, ketika semua objek wisata di Kabupaten Jepara benar-benar ditutup, Jepara bisa menuju zona oranye pada awal Januari 2021,” kata Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Jepara Muh Ali di Jepara, Selasa (29/12). Untuk itu, dia berharap dukungan masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan agar status zona merah ini bisa turun menjadi zona yang lebih aman dari risiko penularan virus corona. Ia berharap masyarakat bisa mengurangi mobilitasnya selama libur panjang. Bukannya memanfaatkan untuk berwisata karena berpotensi memunculkan kerumunan di berbagai lokasi yang dikunjungi masyarakat selama liburan. Tingkat kepatuhan masyarakat Jepara terhadap aturan ketika beraktivitas di luar rumah harus memakai masker dan menghindari kerumunan, dinilai juga masih rendah. Untuk itulah, setiap pemerintah kecamatan diminta mengingatkan masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan melalui mobil yang dilengkapi pengeras suara secara berkeliling. “Jika masyarakat patuh tidak membuat kerumunan serta disiplin memakai masker, kami optimis skor untuk penentuan zona bisa naik dari sebelumnya 1,65 sudah mengalami kenaikan menjadi 1,75. Artinya ada perkembangan positif,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Berdasarkan keterangan di laman https://covid19.go.id, disebutkan bahwa wilayah dengan zona merah berarti skornya di bawah 1,81. Sedangkan zona oranye skornya antara 1,81 – 2,4 dan zona kuning 2,41 – 3 dan zona hijau lebih dari 3. Pemkab Jepara sendiri mulai menutup semua objek wisata di Kabupaten Jepara mulai tanggal 23 Desember 2020 hingga 3 Januari 2021. Harapannya, langkah ini bisa mengurangi mobilitas warga selama libur Natal dan tahun baru.

Jangan Berwisata Akhir Tahun ke Enam Kota Ini!

SEMARANG, Jowonews- Para wisatawan yang ingin menghabiskan liburan akhir tahun jangan mengunjungi enam kota di provinsi Jateng ini. Karena pemerintah daerah (pemda) setempat menutup semua destinasi wisata yang dikelolanya selama libur akhir tahun guna mengantisipasi meluasnya penyebaran Covid-19. “Keenam kabupaten yang menutup semua destinasi wisata saat libur akhir tahun adalah Rembang, Purworejo, Wonogiri, Kudus, Jepara, dan Demak, sedangkan dua kabupaten lain yakni Klaten dan Pemalang, melakukan penutupan sebagian objek wisata,” kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Jateng Sinoeng N.Rachmadi di Semarang, Senin (28/12). Terkait dengan hal tersebut pihaknya mengapresiasi upaya pemerintah kabupaten mencegah timbulnya klaster baru penularan Covid-19 di tempat-tempat wisata. Ia memerinci objek-objek wisata yang ditutup yakni dua objek wisata Kabupaten Demak, 9 objek wisata di Kabupaten Jepara, 17 objek wisata di Kabupaten Kudus, 27 objek wisata di Kabupaten Purworejo, 10 objek wisata di Kabupaten Rembang, dan 17 objek wisata di Kabupaten Wonogiri. “Pemalang ditutup sebagian yakni dari 19 daya tarik wisata ditutup tiga dan Klaten yang juga ditutup sebagian. Total ada 86 dari 690 daya tarik wisata di Jateng yang ditutup,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Ia menegaskan penutupan itu dilakukan di objek-objek wisata yang dikelola pemerintah. Sedangkan yang tidak ditutup adalah destinasi yang dikelola swasta yang harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat. “Semuanya harus ketat dalam penerapan protokol kesehatan. Masyarakat silakan melapor kepada kami jika menemukan ada destinasi wisata yang melanggar protokol kesehatan. Seperti tidak dilakukan pembatasan pengunjung, sarana prasana tidak dipenuhi dan ketaatan protokol kesehatan diabaikan. Pasti akan kami tindak lanjuti dan dilakukan tindakan tegas berupa penutupan,” katanya. Sementara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga melarang seluruh masyarakat membuat berbagai kegiatan keramaian saat libur akhir tahun dan diimbau tetap di rumah saat perayaan pergantian tahun. “Kita semua sudah sepakat, bahwa tahun baru tidak boleh ada perayaan. Semuanya saya minta di rumah dan kepolisian sudah sepakat akan melakukan tindakan tegas jika masyarakat masih melakukan aktivitas yang menimbulkan keramaian itu,” ujarnya. Gubernur Ganjar juga meminta masyarakat untuk membantu pemerintah memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dengan bertahan diri di rumah karena saat ini jumlah kasusnya masih tinggi.

Akhir Desember Ini, Kudus Punya City Walk

KUDUS, Jowonews- Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memastikan bahwa pembangunan kawasan pedestrian atau City Walk di Jalan Sunan Kudus bisa selesai sesuai jadwal. Sehingga akhir Desember 2020 sudah bisa dimanfaatkan pedagang kaki lima untuk berjualan. “Hingga kini, progres pengerjaannya sudah sesuai perencanaan. Bahkan, selalu melampaui target tiap pekannya karena saat sekarang pun mengalami deviasi (penyimpangan) positif,” kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Kudus Arif Budi Siswanto di Kudus, Jumat (11/12). Dengan realisasi pengerjaan tersebut, dia optimistis, bahwa proyek pembangunan tersebut bisa selesai tepat waktu, yakni pada tanggal 18 Desember 2020. Setelah selesai dikerjakan, kata dia, bisa dimanfaatkan kembali seperti sebelumnya. Hanya saja, soal teknis penempatan kembali PKL di kawasan pedestrian menjadi ranahnya Dinas Perdagangan. Apalagi, lanjut dia, terdapat beberapa kawasan yang dibangun beberapa ikon Kota Kudus sehingga mengurangi lahan untuk berjualan para PKL. Pengaturan PKL bisa berjualan kembali diserahkan dinas terkait. Sebelum menempati lokasi tersebut, juga perlu ada rapat koordinasi antara Dinas PUPR, PKPLH dan Dinas Perdagangan Kudus untuk mengatur soal sampah, ketersediaan air bersih, lahan yang bisa dipakai berjualan serta ketersediaan energi listrik untuk pedagang. Sehingga ketika menempati tidak ada lagi permasalahan yang dihadapi pedagang. Pengawas Proyek Pembangunan City Walk Kudus Tri Hardiyanto mengungkapkan progres pembangunannya hingga saat ini sebesar 83 persen dan hingga tanggal 18 Desember 2020 dipastikan sudah selesai. “Progres pembangunan saat ini juga mengalami deviasi 18 persen sehingga sebelum batas akhir kontrak, tentunya sudah selesai semuanya,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Selama menjalankan tugas pengawasan, dia mengakui, belum menemukan permasalahan berarti. Hanya permintaan dari masing-masing pemilik toko agar penempatan lampu tidak menghalangi pintu utamanya. Hal tersebut, kata dia, terpaksa mengubah perencanaan karena menyesuaikan kondisi di lapangan. Permintaan serupa juga disampaikan masing-masing pemilik toko dengan harapan tidak mengganggu akses pembeli. Terkait dengan bahan-bahan material bangunan yang digunakan, kata dia, sejauh ini sudah sesuai spesifikasi yang direncanakan sebelumnya. Bahkan, beberapa sampel granit juga ditunjukkan kepada pimpinan guna memastikan kualitasnya memang sesuai rencana. Pembangunan kawasan pedestrian dimulai dari pojok Alun-alun Kudus hingga jembatan Sungai Gelis di Jalan Sunan Kudus dengan panjang jalan 562 meter dan lebar jalan eksisting rata-rata sekitar 22 meter. Konsepnya “City Walk” tersebut, akan menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi pejalan kaki yang dilengkapi dengan berbagai ornamen yang menjadi simbol budaya khas Kudus. City Walk Sunan Kudus menjanjikan spot swafoto yang kekinian. Sementara keberadaan para PKL, yang berjajar di sepanjang Jalan Sunan Kudus pada malam harinya akan menjadi magnet wisata baru di Kudus sehingga menjadi daya tarik wisata. 

Destinasi Wisata Kudus Dinilai Siap Hadapi Normal Baru

KUDUS, Jowonews.com – Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, menganggap sejumlah objek wisata di Kudus siap menghadapi normal baru dengan menerapkan protokol kesehatan bagi setiap pengunjung sekaligus untuk membiasakan diri memakai masker dan mencuci tangan memakai sabun. “Kami memang menilai objek wisata di Kudus sudah mempersiapkan diri menghadapi normal baru. Salah satunya, objek Wisata Ternadi, Kecamatan Dawe, Kudus,” kata Pelaksana tugas Bupati Kudus M. Hartopo usai mengunjungi objek Wisata Ternadi Kudus, Minggu. Menurut dia, pengelola objek Wisata Ternadi sudah mempersiapkan diri dalam penerapan protokol kesehatan, sejak dibuka kembali untuk wisatawan hal tersebut juga telah diterapkan sepenuhnya. “Kami apresiasi protokol kesehatan yang telah diterapkan. Ketika masuk Desa Wisata Ternadi, pengunjung dicek suhu tubuhnya dan diwajibkan memakai masker,” ujarnya. Dengan demikian, kata dia, ketika Pemkab Kudus benar-benar menerapkan normal baru, maka objek wisata tersebut juga sudah siap, termasuk objek wisata lain di Kabupaten Kudus tentunya juga demikian. Ia mengajak masyarakat untuk tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, mulai dari memakai masker, rajin mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak fisik dan tidak menciptakan kerumunan hingga benar-benar COVID-19 selesai. Pada kunjungan di Desa Wisata Ternadi, dia mendorong pemerintah desanya untuk mengembangkan lagi potensi desanya, mengingat masih banyak potensi alamnya yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Keberadaan warung makan di kawasan gardu pandang di desa tersebut, katanya, perlu ditata agar lebih rapi dan menarik minat pengunjung. “Jangan lupa masing-masing pemilik warung juga menerapkan protokol kesehatan agar penyebaran COVID-19 bisa ditekan,” ujarnya. Objek wisata lain yang mempersiapkan diri menghadapi normal baru dengan menerapkan ​​​​​aturan protokol kesehatan ketat, yakni objek wisata Makam Sunan Muria dan Masjid Menara Kudus serta Makam Sunan Kudus.  (jwn5/ant)