Jowonews

Din Syamsuddin: RUU HIP Hanya Turunkan Derajat Pancasila

JAKARTA, Jowonews.com – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin menilai Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) menurunkan derajat Pancasila dengan memonopoli penafsiran Pancasila yang merupakan kesepakatan dan milik bersama. “Serta memeras Pancasila ke dalam pikiran-pikiran yang menyimpang,” ujar Din dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Sabtu. Pendekatan menurunkan derajat atau downgrading dengan mengaturnya ke dalam UU, menyempitkan arti atau reduksionis dan memonopoli Pancasila adalah berbahaya bagi eksistensi NKRI yang berdasarkan Pancasila. Untuk itu, dia meminta Presiden Joko Widodo untuk menghentikan pembahasan RUU HIP tersebut karena akan memecah belah bangsa. Juga, pembahasan sejumlah RUU di tengah keprihatinan nasional akibat COVID-19 adalah tidak arif bijaksana apalagi cenderung dilakukan secara diam-diam dengan menutup aspirasi dari masyarakat madani. “Praktik demikian merupakan hambatan terhadap pembangunan demokrasi Pancasila yang berkualitas yang kita cita-citakan bersama,” jelas dia. Sebelumnya, MUI mengeluarkan maklumat penolakan RUU Haluan Ideologi Pancasila. Sejumlah ormas keagamaan pun menolak keberadaan RUU. (jwn5/ant)

Din Syamsuddin Sarankan Calon Jamaah Perlu Diyakinkan Soal Penundaan Haji

JAKARTA, Jowonews.com – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin menyarankan pemerintah meyakinkan para calon jamaah haji terkait keputusan pembatalan keberangkatan jamaah haji tahun 2020 ini. “Jelaskan secara persuasif, yakinkan kepada para calon jamaah karena tentu sebagian dari mereka sangat kecewa,” kata Din melalui keterangan tertulis di Jakarta, Kamis. Din Syamsuddin mengatakan dirinya dapat memahami keputusan Menteri Agama yang membatalkan keberangkatan jamaah haji tahun 1441 H ini. Hal itu dilakukan guna membatasi kemungkinan penyebaran virus SARS-CoV-2 di tengah pandemi COVID-19 yang melanda hampir di seluruh negara. “Karena memang sangat berisiko sehubungan dengan persebaran pandemi COVID-19 yang masih tinggi,” katanya. Selain itu, ia juga menyarankan agar nisbah atau bunga dari setoran calon jamaah yang disimpan di bank konvensional minimal satu tahun ini untuk diberikan kepada pemiliknya. Saran tersebut disampaikan mengingat masa pandemi yang telah melumpuhkan perekonomian sehingga hampir semua orang membutuhkan banyak uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. “Mereka sangat membutuhkannya, apalagi di tengah pandemi COVID-19,” kata Din Syamsuddin. (jwn5/ant)

Din Syamsuddin: Jenazah Pasien Corona Bukan Azab, Tak Boleh Ditolak

JAKARTA, Jowonews.com – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengatakan jangan menolak pemakaman jenazah COVID-19 dan sejatinya mereka meninggal bukan karena azab. “Jangan lihat jenazah penderita COVID-19 karena azab. Penyakit ini bukan aib yang bisa mengenai siapa saja, setiap lapisan masyarakat,” kata Din dalam telekonferensi yang dipantau dari Jakarta, Kamis. Dia mengingatkan bagi umat Islam mengurus jenazah adalah fardhu kifayah atau kewajiban kolektif. Jika tidak ada satupun yang mengurus mayat maka berdosa seluruhnya. Jika ada salah satu yang mengurus jenazah maka semua dapat pahala. Maka dari itu, dia mengatakan tidak boleh ada yang tidak mengurus jenazah COVID-19 bahkan menolak pemakamannya. Mengurus jenazah harus dilakukan oleh masyarakat Islam yang masih hidup. Kendati demikian, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan sebaiknya dalam prosesi mengurus jenazah COVID-19 untuk tetap mengindahkan protokol keselamatan sehingga tidak terjadi penularan virus SARS-CoV-2. “Jenazah agar tetap diurus sesuai protokol kesehatan. Jangan sampai ada sikap menolak seperti diberitakan sudah ada di gerbang pemakaman tapi ditolak karena jenazah adalah penderita COVID-19. Ini yang tidak boleh,” kata dia. Terkait penyelesaian COVID-19, Din mengingatkan persoalan viirus SARS-CoV-2 tidak bisa dihadapi sendirian karena memang telah menjadi pandemi dunia sehingga perlu kemitraan sinergi lintas pihak. “Perlu kita hadapi bersama. Perlu elemen bangsa pemerintah, ulama dan masyarakat luas. Harus dihadapi bersama-sama,” katanya. (jwn5/ant)

Din Syamsuddin: Gus Sholah Tokoh Pemersatu

JAKARTA, Jowonews.com – Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) merupakan pribadi kiai yang mempersatukan. “Gus Sholah adalah seorang kiai, pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng. Selain itu, beliau adalah seorang negarawan, figur nan penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan serta cenderung mempersatukan,” kata Din kepada wartawan di Jakarta, Senin. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia itu mengatakan Gus Sholah beberapa kali mengajak Din untuk mempertemukan para tokoh Islam guna menyatukan pikiran terhadap masalah-masalah kebangsaan dan menghadapi gejala pemecahbelahan umat oleh umat sendiri. Gus Sholah, kata Din, beberapa kali mengajak diadakannya pertemuan para tokoh tetapi belum menjadi kenyataan hingga adik mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu berpulang. Menurut Din, kepergian Gus Sholah ke hadirat Sang Pencipta adalah kehilangan besar bagi umat dan bangsa. Kepergiannya justru terjadi pada saat umat memerlukannya. “Semoga niat baik itu ada yang meneruskannya dan arwah almarhum di alam ‘barzah’ ikut berbahagia menyaksikannya,” kata dia. Alam “barzah” adalah alam setelah kematian sebelum menuju akhirat. Din mengatakan Gus Sholah memiliki keprihatinan mendalam terhadap keterpecahan umat dan rendahnya semangat menggabungkan ajaran (qiyadah) merekatkan ukhuwah Islamiyah baik antar organisasi maupun dalam satu organisasi. “Menurut almarhum, banyak yang terjebak pada ‘hubbud dunya’ atau pragmatisme dan materialisme,” kata dia. Din mendoakan agar almarhum termasuk golongan jiwa yang tenang dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah dan dimasukkan dalam surga-Nya. (jwn5/ant)