Jowonews

Capaian Vaksinasi 3 Kabupeten Ini Masih Rendah, Dinkes Jateng Akan Genjot Agar Sesuai Target

Vaksin Booster Covid-19

SEMARANG – Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, capaian vaksin booster tiga kabupaten di Jawa Tengah masih di bawah 15 persen. Tiga kabupaten yang dimaksud yakni Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, dan Kabupaten Pekalongan. “Tiga kabupaten tersebut masih dibawah 15 persen. Dalam waktu dekat harus bisa 50 persen, kami sudah diminta Menko Marives untuk segera melakukan vaksin,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, dikutip dari JPNN Jateng, Senin (16/8/2022). Pihaknya akan mendorong tempat pelayanan publik hingga pusat perbelanjaan menyediakan sentra vaksinasi. Sehingga target capaian vaksinasi 50 persen dapat terpenuhi. “Termasuk ada ketentuan dari pemerintah bahwa di layanan publik wajib sudah vaksin booster,” ujarnya. Yunita berpendapat, cakupan vaksinasi yang belum maksimal itu dikarenakan rendahnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. “Orang merasa vaksin dosis kedua sudah lengkap dan sehat-sehat,” tuturnya. Berdasarkan data yang dihimpun di laman vaksin.kemenkes.go.id, Kabupaten Tegal 12 persen dengan cakupan 171.880 jiwa, Kabupaten Pemalang 14 persen atau sekitar 182.354 jiwa, dan Kabupaten Pekalongan ada 121.621 jiwa atau sekitar 14,4 persen.

Dinkes Jateng Jamin Imunisasi Tetap Berjalan Saat Pandemi COVID-19

SEMARANG, Jowonews.com – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo menjamin kegiatan imunisasi untuk ibu hamil dan bayi tetap berjalan saat pandemi COVID-19 dengan mengedepankan protokol kesehatan serta penyesuaian prosedur. “Imunisasi tetap dilakukan, kita buat pedomannya jika dilakukan di posyandu tetap memerhatikan standar physical distancing. Kalau dirasa aman silakan, namun jika tidak, kami sudah memerintahkan agar dilakukan kunjungan ke rumah-rumah,” katanya di Semarang, Senin. Ia menyebut cakupan imunisasi untuk mencegah berbagai penyakit sejak dini di Jateng selama ini cukup baik berdasarkan data Dinkes Provinsi Jawa Tengah. “Imunisasi tetap dilakukan, paling tidak mencapai target 95 persen,” ujarnya. Sebelumnya, Gubernur Ganjar Pranowo meminta agar pelayanan imunisasi ibu hamil dan balita saat pandemi COVID-19 tetap dilakukan agar tidak terjadi degenerasi. Orang nomor satu di Jateng itu juga meminta pihak Puskesmas gencar melakukan sosialisasi imunisasi kepada masyarakat lewat kader-kader posyandu. “Tolong digiatkan ya, jangan sampai karena pandemi, orang lupa imunisasi,” katanya. Selain itu, Ganjar juga meminta pihak terkait mempersiapkan berbagai hal agar pelaksanaan imunisasi dapat terus berjalan. (jwn5/ant)

Dinkes Jateng Bakal Intensifkan Tes COVID-19 Sasar Buruh Pabrik

SEMARANG, Jowonews.com – Jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bakal mengintensifkan pelaksanaan tes COVID-19 pada sektor industri dengan menyasar buruh pabrik dengan skala prioritas. “Pada minggu ini, kita berkomunikasi dengan Kepala Dinas Kesehatan di seluruh kabupaten dan kota, terkait hal ini. Selain pasar tradisional dan pasar modern, kita perluas lagi ke industri,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo di Semarang, Kamis. Selain untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran COVID-19, hal itu untuk memenuhi target pemeriksaan COVID-19 sekitar 120.000 tes hingga Juli 2020, sedangkan saat ini pihaknya telah melakukan sekitar 29.000 tes usap. Dalam melakukan penjaringan peserta tes COVID-19, pihaknya melakukan pendekatan berdasarkan komunitas atau kumpulan massa, dan risiko tertular, secara sistematis dan terstruktur. Salah satu hal yang paling mendasar, kata dia, adalah pelacakan berdasarkan faktor epidemiologi dan faktor kontak pasien terduga COVID-19 dengan orang-orang di sekitar. Selain pengecekan pada ranah industri, Dinkes Provinsi Jateng juga akan melakukan konfirmasi kriteria daerah berzona hijau atau tanpa orang positif COVID-19 dan menggelar pertemuan secara daring dengan seluruh Kepala Dinas Kesehatan di Jawa Tengah untuk memastikan kebenaran data. “Akan kami konfirmasi dan kalau ada koreksi silakan dikoreksi, kami akan lakukan konfirmasi terhadap assessment (peninjauan pengidap COVID-19 di daerah). Setelah itu baru diketahui daerah tersebut merupakan daerah hijau atau tidak,” ujarnya. (jwn5/ant)

Dinkes Tunggu Hasil Lab Pasien Meninggal di RSUD Moewardi Solo yang Suspect COVID-19

SEMARANG, Jowonews.com – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunggu hasil uji laboratorium dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan terhadap spesimen seorang pasien suspect virus corona jenis baru (COVID-19) yang meninggal dunia setelah sempat dirawat di ruang isolasi RSUD dr. Moewardi. Kota Surakarta. “Kami menunggu hasil lab dari Litbangkes Kemenkes yang sudah dikirim Selasa (10/3), apabila positif (terinfeksi COVID-19) akan dilakukan ‘tracking’ tentang riwayat kontak dari pasien itu,” kata Kepala Dinkes Jateng Yulianto Prabowo di Semarang, Kamis (12/3) malam. Ia menjelaskan bahwa seorang pasien dalam pengawasan (PDP) yang masuk ke ruang isolasi RSUD dr. Moewardi pada Minggu (8/3) dengan gejala awal menunjukkan terinfeksi COVID-19, dinyatakan meninggal dunia empat hari kemudian atau Rabu (11/3). Menurut dia, jika hasil pelacakan bisa diketahui, maka akan membuka jalan bagi penyelidikan epidemiologi selanjutnya. Terkait dengan hal itu, pihaknya juga sudah meminta jajaran Dinas Kesehatan tingkat kabupaten/kota dan seluruh fasilitas kesehatan, untuk bisa melakukan penyelidikan epidemiologi guna mencegah terus menyebarnya COVID-19 di Jateng. “Kemarin ada pasien dengan pengawasan yang meninggal dunia, dan sempat dirawat di RSUD dr. Moewardi Surakarta, namun sampai sejauh ini, penyebab kematiannya adalah disebabkan karena gagal nafas karena pneumonia sehingga total ada dua kematian di Jateng. Pertama di RSUP dr. Kariadi Semarang, dan sekarang di RSUD dr. Moewardi Solo,” ujarnya saat menggelar konferensi pers di kantor Dinkes Jateng. Dokter Spesialis Paru RSUD dr. Moewardi, Harsini, menambahkan bahwa kondisi pasien tersebut sudah cukup akut ketika masuk ke rumah sakit karena adanya penyakit penyerta yaitu diabetes yang tidak terkontrol. “Jadi, kalau untuk dua pasien dalam pengawasan kami itu, tidak ada riwayat ke luar negerinya. Hanya dia habis pulang dari sebuah acara seminar di Bogor pada 25-28 Februari 2020 dan 29 Februari 2020 mulai mengalami gejala pilek dan batuk,” katanya. Lebih lanjut Harsini mengungkapkan, hasil akhir dari pneumonia berat adalah gagal nafas sehingga kondisi itu menyebabkan kedua paru-paru pasien yang bersangkutan tidak bisa berfungsi dengan baik. (jwn5/ant)

Antisipasi DBD, Dinkes Jateng Giatkan Pemberantasan Sarang Nyamuk

SEMARANG, Jowonews.com – Jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bersama kabupaten/kota setempat menggiatkan pemberantasan sarang nyamuk serta jentik nyamuk guna mengantisipasi meningkatnya jumlah pasien penderita Demam Berdarah Dengue (DBD). “Penanggulangan DBD yang paling tepat dan sederhana adalah melakukan tindakan preventif berupa pemberantasan sarang nyamuk serta jentik nyamuk dengan melibatkan juru pemantau jentik di tiap rumah, sekolah, maupun kantor,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo di Semarang, Rabu. Ia menyebutkan jumlah pasien penderita DBD di Jateng pada periode Januari 2020 hingga awal Maret 2020 tercatat sebanyak 1.227 orang, 17 orang di antaranya meninggal dunia. atau 3.53 kasus per 100 ribu jiwa penduduk. Dari 35 kabupaten/kota se-Jateng, jumlah pasien DBD terbanyak di Kabupaten Cilacap dengan 146 kasus dan dua kematian, kemudian Kabupaten Jepara 104 kasus, dan Kota Semarang 85 kasus. “Penyebaran penyakit DBD di Jateng hampir merata di 35 kabupaten/kota,” ujarnya. Menurut dia, jumlah pasien DBD di Jateng tiap tahun cenderung mengalami kenaikan mulai Oktober hingga puncaknya pada Februari dan Maret. “Setelah itu akan turun pada April, lalu Oktober naik lagi, begitu terus. Yang perlu diwaspadai saat ini kita masuk siklus 10 tahunan DBD. Tahun ini semoga kecenderungannya menurun,” katanya. Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Wongsonegoro Semarang Eko Krisnarto mengatakan bahwa pihaknya sudah merawat 182 pasien DBD pada Januari-Maret 2020. “Pada Januari 2020 kami merawat 59 pasien DBD, Februari 92 pasien DBD, dan Maret 31 pasien DBD,” ujarnya. (jwn5/ant)

Antisipasi Kekurangan, Dinkes Jateng Minta Tambahan Puluhan Ribu APD

SEMARANG, Jowonews.com – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mengajukan penambahan puluhan ribu alat pelindung diri (APD) kesehatan ke pemerintah pusat untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan pada penanganan medis pasien yang diduga terinfeksi virus Corona jenis baru (COVID-19). “Kebutuhan APD kami banyak sekali, jumlah yang kami ajukan puluhan ribu, sudah saya tandatangani dan kirimkan kebutuhan APD se-Jateng, mulai dari penutup kepala, kacamata, masker N95, sepatu ‘boots’, sarung tangan panjang, dan jubah,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo di Semarang, Selasa. Ia mengungkapkan saat ini ketersediaan APD di rumah sakit se-Jateng sudah ada yang menipis dan ada yang masih mencukupi untuk beberapa waktu ke depan. Menurut dia, banyaknya kebutuhan di Jateng itu karena APD yang digunakan oleh tenaga medis bersifat sekali pakai. “APD yang digunakan itu ‘single use’, jadi seorang tenaga medis tiap masuk ke ruang perawatan pasien dalam pemantauan (PDP) menggunakan APD dan tiap keluar harus diganti sehingga sehari kami bisa butuh 20 set APD lengkap full body,” ujarnya. Guna mengantisipasi terjadinya kekurangan APD, rumah sakit-rumah sakit yang ketersediaan APD-nya menipis agar merujuk pasien yang bersangkutan ke rumah sakit yang fasilitasnya lebih lengkap, seperti RSUP dr. Kariadi Semarang dan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jateng Yulianto Prabowo mengatakan dari 13 rumah sakit di Jateng yang ditunjuk menjadi rujukan penanganan pasien terduga COVID-19, ada yang ketersediaan APD-nya cukup untuk satu bulan ke depan, tapi ada juga yang stoknya tinggal seminggu. “Oleh karena itu, usulan ke pusat ini bisa segera turun, harapannya kurang dari satu minggu sudah ada (realisasi pengadaan APD, red),” katanya. (jwn5/ant)

Antisipasi Meluasnya COVID-19, Dinkes Jateng Tingkatkan Kewaspadaan

SEMARANG, Jowonews.com – Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah meningkatkan kewaspadaan dan mempersiapkan langkah-langkah taktis serta strategis guna mengantisipasi meluasnya penyebaran virus corona jenis baru (COVID-19). “Kami meningkatkan pengawasan terhadap pelaku perjalanan dari negara atau daerah terjangkit melalui pintu masuk Jawa Tengah, yaitu dl Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Adi Soemarmo Boyolali, dan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang yang dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan Kemenkes,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo di Semarang, Senin. Khusus di tiga pintu masuk internasional ke Jateng itu, Dinkes Jateng bersama Kantor Kesehatan Pelabuhan melakukan optimalisasi fungsi alat deteksi suhu tubuh, pemberian Health Alert Card (HAC) bagi penumpang yang berasal dan negara/daerah terjangkit, serta mengoptimalkan pemeriksaan, observasi, isolasi, dan rujukan apabila ditemukan penumpang dengan ciri-ciri penderita yang terinfeksi COVID-19. Pihaknya juga meningkatkan sosialisasi promotif dan preventif kepada masyarakat melalui berbagai media serta mengintensifkan koordinasi, sistem informasi, dan jejaring dengan berbagai pemangku kepentingan. “Kami juga menerbitkan surat edaran kepada bupati/wali kota dan pimpinan fasilitas kesehatan untuk lebih meningkatkan kesiapsiagaan, serta mengintensifkan pengawasan terhadap tenaga kerja asing yang bekerja di Jateng,” ujarnya. Hal yang tidak kalah penting, kata dia, melakukan respons apabila terdeteksi adanya terduga dan atau positif COVID-19 dengan merujuk ke rumah sakit yang sudah disiapkan, yaitu RSUP dr. Kariadi Semarang, RSUD Tugurejo Semarang, RSUD dr. Moewardi Surakarta, dan RSUD dr. Margono Soekarjo Purwokerto. “Jika terjadi ledakan jumlah pasien ‘suspect’ (terduga) dan atau positif Covid-19, disiapkan satu rumah sakit khusus milik Pemprov Jateng yang kami ‘upgrade’ sehingga sesuai dengan standar perawatan ‘suspect’ COVID-19,” katanya. (jwn5/ant)

Dinkes Jateng Berusaha Wujudkan Rumah Sakit Tanpa Dinding

SEMARANG, Jowonews.com – Jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah terus berusaha merealisasikan Program Rumah Sakit Tanpa Dinding guna mengintegrasikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. “Tujuan dari Program Rumah Sakit Tanpa Dinding itu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang pada akhirnya, angka kesakitan dan angka kematian akan mengalami penurunan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo di Semarang, Kamis. Menurut dia, Program Rumah Sakit Tanpa Dinding juga diharapkan mampu membangun gizi masyarakat yang lebih baik lagi di masa mendatang. Ia menjelaskan bahwa Program Rumah Sakit Tanpa Dinding yang digagas Gubernur Ganjsr Pranowo dan Wakil Gubernur Tak Yasin Maimoen ini akan melepas sekat-sekat antara rumah sakit dengan masyarakat dari birokrasi yang berbelit. “Dimensi sistem pelayanan, kalau sekarang ini mungkin terkotak-kotak, kemudian aspek dalam teknologi penggunaan ‘telemedicine’, terus sistem antrean yang kita potong juga. Selama ini mungkin pasien datang jam lima pagi, pulang jam lima sore, bukan karena pemeriksaannya yang lama, tapi antrenya lama. Jadi, membongkar sekat-sekat baik di luar maupun di dalam,” ujarnya. Hal tersebut disampaikan Yulianto saat menjadi salah satu narasumber pada Dialog Bersama Parlemen Jawa Tengah dengan tema “Rumah Sakit Tanpa Dinding” di Hotel Noormans Semarang. Ia menyebut selama ini rumah sakit tanpa dinding lebih banyak dimainkan perannya dari puskesmas, namun karena keterbatasan tenaga kesehatannya, maka pelayanan kesehatan belum banyak dirasakan masyarakat. Oleh karena itu, Yulianto mendorong peran rumah sakit lebih proaktif memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka pelayanan kesehatan lebih maksimal sebab rumah sakit tidak hanya sekadar mengobati orang sakit, tapi juga bisa mencegah penyebaran penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. “Rumah sakit tanpa dinding itu arti kiasan bukan arti sebenarnya, maksudnya tidak ada sekat-sekat, dan melakukan upaya kesehatan yang bersifat promotif preventif yaitu mencegah jangan sampai masyarakat itu sakit,” katanya. Sementara itu, Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid yang juga menjadi salah satu pembicara pada dialog mengaku sepakat dengan Program Rumah Sakit Tanpa Dinding yang dicanangkan Pemprov Jateng, bahkan program itu juga sudah masuk di RPJMD Jateng 2018-2023. “Kita prinsipnya selama itu memang memaksimalkan layanan kepada masyarakat secara langsung, kita dukung. Kita sepakat dengan program yang sudah disusun Dinas Kesehatan, kita juga setujui dasar anggarannya,” ujarnya. Abdul juga berharap Program Rumah Sakit Tanpa Dinding mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya yang ada di Jateng. (jwn5/ant)