Jowonews

Eijkman: Waspadai Flu Babi G4, Bisa Jadi Pandemi

JAKARTA, Jowonews.com – Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Subandrio mengatakan semua pihak perlu mewaspadai virus flu babi G4 EA H1N1 karena menurut para peneliti berkemungkinan dapat menjadi pandemi. “Karena dia membawa semua gen yang pernah menimbulkan pandemi,” kata dia saat dihubungi di Jakarta, Senin. Hal itu diperkuat dengan pengamatan para ahli terhadap para peternak yang pernah terpapar virus tersebut. Artinya, secara serologi terbukti mereka ada antibodinya terhadap virus itu sehingga menunjukkan ada paparan. Meskipun demikian, Amin mengatakan hingga kini belum ada penjelasan bahwa virus tersebut bisa menularkan dari manusia ke manusia baru sebatas hewan ke hewan dan hewan ke manusia. Ia menjelaskan virus GA EA H1N1 tersebut pada dasarnya bukan hal baru serta telah bersikulasi cukup lama dan keturunan dari H1N1 pandemi Spanyol pada 1918. “Jadi virus ini masih keturunan H1N1 pandemi 2009,” ujarnya. Kemudian virus tersebut juga membawa gen EA dan TR. Artinya, virus itu sudah terdapat beberapa gen di dalamnya sehingga menarik perhatian para peneliti yang berpotensi terjadinya pandemi. Melihat kondisi tersebut, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman mengatakan perlu peningkatan surveilans agar virus itu tidak menjadi pandemi di Tanah Air. “Terutama surveilans di hewan,” katanya. Peningkatan surveilans tersebut dibutuhkan sekali. Sebab, pintu masuk virus itu bisa menyebar di Indonesia cukup banyak, kata dia. Tidak hanya surveilans terhadap ternak, Amin juga menyarankan hal yang sama dilakukan pada manusia terutama para peternak babi. “Itu yang harus dilakukan, tapi sampai saat ini belum ada laporan. Tetapi kita tetap harus waspada jangan sampai kita mengalami beban ganda,” ujar dia. Artinya, jangan sampai muncul masalah baru sementara penanganan pandemi COVID-19 saja belum tuntas namun sudah muncul pandemi baru yakni flu babi GA EA H1N1. (jwn5/ant)

Eijkman Kembangkan Obat Terapi Covid-19 dari Plasma Darah

JAKARTA, Jowonews.com – Lembaga Biologi Molekuler Eijkman akan mengembangkan obat untuk terapi pengobatan pasien COVID-19 dengan menggunakan plasma convalescent yang diambil dari darah pasien COVID-19 yang telah dinyatakan empat minggu sembuh. “Plasma darah tersebut nantinya akan diberikan kepada pasien yang mengalami kondisi berat dengan jumlah virus yang masih banyak sementara anti bodinya belum bekerja dan menunggu vaksin masih lama. Untuk itu, zat anti bodi yang ada dalam plasma darah mantan pasien COVID-19 itu turut membantu menetralisir virus yang ada dalam tubuh pasien COVID-19,” kata Kepala Lembaga Eijkman Amin Subandrio dalam rilis diterima di Jakarta, Rabu. Plasma darah dari pasien COVID-19 yang telah sembuh mengandung anti bodi yang dapat dimanfaatkan untuk membantu memerangi virus yang ada dalam tubuh pasien COVID-19. Dalam penyediaan darah dari pasien COVID-19 yang sembuh itu, Lembaga Eijkman menggandeng Palang Merah Indonesia (PMI) karena PMI merupakan salah satu lembaga yang memiliki kemampuan dan wewenang untuk menarik darah dari pasien. PMI juga telah memiliki fasilitas pemisahan plasma darah. Untuk itu, Lembaga Eijkman dan PMI melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) untuk kerja sama penelitian penyakit infeksi dan non infeksi di Markas PMI pada Rabu ini. Penggunaan plasma darah dari pasien COVID-19 yang telah sembuh kepada pasien COVID-19 yang dalam perawatan juga sedang dicoba dilakukan di rumah sakit di beberapa negara. Amerika Serikat sudah memulai uji coba untuk pasien COVID-19 di New York. Iran juga telah mengklaim berhasil menyembuhkan banyak pasien dengan menggunakan plasma darah. Sekretaris Jenderal PMI Sudirman Said menuturkan PMI berkolaborasi dengan Lembaga Eijkman yang telah mengambil inisiatif untuk melakukan suatu rekayasa plasma darah untuk pengobatan COVID-19. “Di mana pasien Covid-19 yang telah sembuh darahnya akan diambil dan plasmanya akan digunakan untuk menerapi pasien-pasien COVID-19,” tutur Sudirman. Ketua Umum PMI Jusuf Kalla menerima baik kerja sama dari Lembaga Eijkman tersebut, dan Lembaga Eijkmen dapat menggunakan fasilitas pengolahan plasma yang dimiliki PMI. PMI memiliki 15 fasilitas pengolahan plasma yang tersebar di 15 kota di Indonesia. “Kami tentu menyambut baik kerja sama ini dan mempersilahkan Eijkman menggunakan fasilitas pengolahan plasma milik PMI yang tersebar di 15 kota di Indonesia,” ujar Jusuf Kalla. (jwn5/ant)