Jowonews

Gempa 7,3 SR di Jepang, WNI Selamat

JAKARTA, Jowonews- Tidak ada warga negara Indonesia (WNI) di Jepang yang menjadi korban gempa yang berpusat di bawah permukaan laut dekat wilayah Fukushima, menurut Kedutaan Besar RI (KBRI) di Tokyo, Ahad (14/2). “KBRI Tokyo telah menjangkau simpul-simpul masyarakat dan sejauh ini tidak terdapat laporan WNI yang menjadi korban,” kata KBRI  Tokyo sebagaimana dilansir Antara. Gempa berkekuatan magnitudo 7,3 SR mengguncang kawasan timur laut Jepang pada Sabtu (13/2) pukul 23.08 waktu setempat. Gempa ini berlokasi yang sama dengan gempa besar 2011 yang mengakibatkan tsunami dan kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Fukushima. “Pemerintah Jepang telah melakukan pemeriksaan atas Reaktor Nuklir Fukushima, dan sejauh ini tidak ada laporan kerusakan,” kata KBRI Tokyo. Menurut laporan Reuters, mengutip televisi nasional Jepang NHK pada Minggu pagi, setidaknya 104 orang  luka-luka dalam kejadian ini. Namun tidak ada laporan mengenai korban meninggal dunia. KBRI Tokyo menyebut bahwa jumlah WNI di Jepang tercatat 66.084 orang, berdasarkan data keimigrasian Jepang per Juni 2020. Sementara di wilayah yang paling terdampak gempa, tercatat sekitar 1.500 WNI, dengan rincian di Fukushima 540 orang dan di Miyagi 984 orang. KBRI menyatakan “akan terus berkomunikasi dengan simpul-simpul masyarakat” untuk memantau perkembangan dari peristiwa ini, serta menyediakan layanan telepon di +81 80 3506 8612 dan +81 80 4940 7419.

Korban Jiwa Gempa Sulbar Capai 73 Orang

MAKASSAR, Jowonews- Jumlah korban jiwa gempa di Sulawesi Barat dilaporkan mencapai 73 orang. “Bertambah, menjadi 73 orang. Dengan rincian 64 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan sembilan orang di Kabupaten Majane,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Dr Raditya Jati melalui siaran persnya diterima Ahad (17/1). Selain itu, terdapat 554 korban luka di Kabupaten Majene dengan rincian, 64 orang luka berat, 215 orang luka sedang dan 275 orang luka ringan. Jumlah pengungsi tercatat sebanyak 27.850 orang yang mengungsi di 25 titik tersebar di Desa Kota Tinggi, Desa Lombong, Desa Kayu Angin, Desa Petabean, Desa Deking, Desa Mekata, Desa Kabiraan, Desa Lakkading, Desa Lembang serta Desa Limbua. Sedangkan di Kabupaten Mamuju terdapat 189 orang mengalami luka berat atau rawat inap. Titik pengungsian berada di Kecamatan Mamuju dan Kecamatan Simboro, lansir Antara. Pelayanan kedaruratan di tiga rumah sakit yang aktif di Kabupaten Mamuju, masing-masing Rumah Sakit Bhayangkara, Rumah Sakit Umum Regional Provinsi Sulawesi Barat, dan RSUD Kabupaten Mamuju. BPBD Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju serta Kabupaten Polewali Mandar terus melakukan pendataan dan berkoordinasi dengan TNI – Polri, Basarnas serta relawan maupun instansi lainnya dalam proses evakuasi masyarakat terdampak. Sebelumnya, gempa bumi berkekuatan 6,2 magnitudo terjadi pada Jumat (15/1), pukul 02.28 WITA di Provinsi Sulawesi Barat dan mengguncang Kabupaten Majene dan Kabupaten Mamuju.*

Gempa di Sulbar, 8 Meninggal 637 Luka-luka

JAKARTA, Jowonews- Delapan orang meninggal dunia dan 637 orang dilaporkan luka-luka akibat gempa bumi di Sulawesi Barat. “Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majene terus melakukan upaya penanganan darurat dan pemutakhiran data dampak gempa,” kata Raditya melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (15/1). Raditya mengatakan kurang lebih 15.000 orang di Kabupaten Majene dilaporkan mengungsi. Kerusakan bangunan yang dilaporkan mencakup 62 unit rumah, satu puskesmas rusak berat, satu kantor koramil rusak berat, jaringan listrik padam dan komunikasi seluler tidak stabil. Selain itu, terdapat tiga titik longsor yang terjadi di sepanjang jalan poros Kabupaten Majene hingga Kabupaten Mamuju. Sementara itu, BPBD Kabupaten Mamuju melaporkan sejumlah kerusakan berat antara lain Hotel Maleo, Kantor Gubernur Sulawesi Barat, dan sejumlah minimarket. Jaringan listrik dan komunikasi seluler juga mengalami gangguan di wilayah Mamuju. “Kerusakan dan korban jiwa di Kabupaten Mamuju masih dalam pendataan,” tutur Raditya sebagaimana dilansir Antara. BNPB terus memantau upaya penanganan darurat di lapangan yang dilakukan berbagai pihak. Kebutuhan yang dilaporkan BPBD setempat berupa bahan pokok, selimut, tikar, tenda pengungsi, pelayanan medis, terpal, alat berat, alat komunikasi, makanan siap saji dan masker. “Presiden Joko Widodo telah memerintahkan Kepala BNPB Doni Monardo bersama Menteri Sosial Tri Rismaharini untuk meninjau lokasi terdampak gempa di Kabupaten Mamuju,” jelasnya. BNPB menyalurkan bantuan untuk penanganan bencana gempa bumi di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene, antara lain delapan set tenda isolasi, 10 set tenda pengungsi, 2.004 paket makanan tambahan gizi. Selain itu 2.004 paket makanan siap saji, 1.002 paket lauk pauk, 700 lembar selimut, lima unit lampu menara, 200 unit velbed, 500 paket perlengkapan bayi, 500.000 masker kain, 700 pak mi sagu dan 30 unit generator set 5 KVA. 

BMKG Banjarnegara Sebarkan Info Gempa Berbasis Gelombang Radio

BANJARNEGARA, Jowonews- Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) akan mengoptimalkan alat penyebarluasan informasi gempa berbasis gelombang radio pada tahun 2021 ini sebagai salah satu upaya mitigasi bencana. “Stageof Banjarnegara pada tahun 2021 ini akan mengoptimalkan sistem diseminasi informasi gempa melalui frekuensi radio seperti yang selama ini terus kami kembangkan,” kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhie di Banjarnegara, Rabu (6/1). Dia menjelaskan sistem diseminasi informasi gempa dan peringatan dini melalui gelombang radio berfungsi untuk mengubah pesan atau informasi berbasis teks menjadi suara.Informasi tersebut kemudian disebarluaskan secara otomatis menggunakan perangkat transmiter radio yang ada di BPBD setempat. “Jika masyarakat biasanya menerima informasi kegempaan dalam format teks atau grafis maka pada sistem berbasis radio ini, pesan tersebut diubah menjadi pesan suara,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Dengan demikian masyarakat yang membutuhkan informasi tersebut cukup mengatur perangkat radio miliknya untuk bisa terhubung dengan gelombang radio BPBD setempat. “Alat tersebut sangat bermanfaat untuk memberikan informasi, khususnya untuk masyarakat yang tinggal di daerah dengan koneksi internet yang belum memadai. Selain itu juga bagi kaum disabilitas yang mungkin memiliki kendala untuk membaca info gempa berbasis teks atau grafis,” katanya. Selain itu, kata dia, peralatan tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh para pegiat kebencanaan di lapangan yang membutuhkan informasi terkini dari BMKG.  Saat ini, kata dia, BMKG juga sedang mengembangkan versi terbaru dari perangkat tersebut. “BMKG pusat menurut rencana akan memasang alat tersebut di 30 stasiun geofisika di seluruh Indonesia, bekerja sama dengan BNPB. Kami akan memanfaatkan frekuensi radio resmi yang memang diperuntukkan bagi kebencanaan,” katanya. Sementara untuk wilayah Jawa Tengah, kata dia, pihaknya akan mengembangkan dan menambahkan fitur informasi cuaca ekstrem pada perangkat tersebut. “Hal ini akan sangat bermanfaat khususnya pada saat puncak musim penghujan seperti saat ini,” katanya. Sementara untuk di Stasiun Geofisika Banjarnegara, kata dia, pihaknya bekerja sama dengan pusat gempa dan tsunami BMKG pusat untuk mengembangkan alat tersebut.