Gula Rempah Desa Ketanda Banyumas Tembus Pasar Ekspor
BANYUMAS – Dikembangkan sejak tahun 2017 lalu, inovasi gula rempah yang diproduksi masyarakat Desa Ketanda, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kini telah menembus pasar ekspor. Gula rempah adalah gula dengan campuran rempah-rempah lain seperti jahe merah, jahe emprit, kapulaga dan rempah lainnya. Gula rempah diyakini berkhasiat untuk menjaga ketahanan tubuh. Gula ini dipilih karena kandungan glukosanya yang lebih rendah dibandingkan gula pasir. Masyarakat Desa Ketanda, khususnya di wilayah RT 1 RW 2, menekuni gula rempah sejak adanya permintaan seorang pedagang dari Jakarta. Pedagang tersebut kewalahan memenuhi permintaan gula rempah konsumen hingga mengajak petani nira di Desa Ketanda untuk memproduksinya. Pada umumnya masyarakat Desa Ketanda merupakan petani nira yang memproduksi gula kristal dan gula cetak. Hingga saat ini usaha tersebut terus berkembang dan dikelola Kelompok Usaha Bersama (KUB) Sari Rempah yang sebagian besar anggotanya ibu-ibu PKK. Ketua KUB Sari Rempah, Muslihun, mengatakan produksi gula rempah ini pasarannya sudah luas. Sudah di pasarkan mulai di seluruh area Pulau Jawa, luar pulau, hingga ke Hongkong. “Gula rempah Sari Rempah sudah diekspor ke mancanegara, sehingga produk ini sudah memiliki standar kualitas yang tidak diragukan lagi,” kata Muslihun, dikutip dari Tribun Jateng, Senin (4/7/2022). Karena pekerjaan ini memiliki risiko tinggi, petani senantiasa diberikan pendampingan dan pengawasan, dalam hal ini di bawah pengawasan CV. Inagro. Pengawasan tersebut meliputi mulai dari lahan produksi hingga standar ekspor. “Tak hanya itu, petani nira juga sudah memiliki BPJS sebagai jaminan mereka dalam bekerja yang beresiko tinggi memanjat pohon kelapa,” ungkapnya. Setiap tahun, lanjutnnya, selalu ada pengawas sertifikasi untuk perpanjangan ijin. Jadi kalau ada temuan yang tak sesuai standar yang ditetapkan akan fatal akibatnya. Untuk saat ini, telah tersedia berbagai pilihan rempah-rempah seperti jahe merah, jahe emprit , kapulaga, temulawak, dan kunyit asem. Untuk memproduksi gula rempah, dibutuhkan waktu hingga 5 jam untuk setiap pembuatannya. Sementara itu alat masak yang menggunakan peralatan tradisional yang telah dimodifikasi. Hal ini untuk menjaga kualitas gula rempahnya. Gula rempah ini diperkirakan dapat bertahan hingga 6 bulan jika proses pengolahan atau memasaknya dengan disangrai. Tapi kalau dioven diperkirakan dapat bertahan hingga 1 tahun. Gula rempah Desa Ketanda ini sudah bersertifikat halal dan menjadi produk unggulan Desa. Produk ini juga sering mengikuti pameran UMKM dan sudah dikenal hingga kalangan pejabat. Tak hanya itu, KUB Sari Rempah juga sering diminta untuk mengisi pelatihan ke desa-desa sekitar Banyumas yang ingin belajar dan memproduksi gula rempah. KUB Sari Rempah kedepannya akan terus melakukan inovasi dengan memanfaatkan potensi alam yang ada di desa tersebut, khususnya rempah-rempah. Foto: Tribun Jateng