Jowonews

Din Syamsuddin: Gus Sholah Tokoh Pemersatu

JAKARTA, Jowonews.com – Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) merupakan pribadi kiai yang mempersatukan. “Gus Sholah adalah seorang kiai, pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng. Selain itu, beliau adalah seorang negarawan, figur nan penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan serta cenderung mempersatukan,” kata Din kepada wartawan di Jakarta, Senin. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia itu mengatakan Gus Sholah beberapa kali mengajak Din untuk mempertemukan para tokoh Islam guna menyatukan pikiran terhadap masalah-masalah kebangsaan dan menghadapi gejala pemecahbelahan umat oleh umat sendiri. Gus Sholah, kata Din, beberapa kali mengajak diadakannya pertemuan para tokoh tetapi belum menjadi kenyataan hingga adik mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu berpulang. Menurut Din, kepergian Gus Sholah ke hadirat Sang Pencipta adalah kehilangan besar bagi umat dan bangsa. Kepergiannya justru terjadi pada saat umat memerlukannya. “Semoga niat baik itu ada yang meneruskannya dan arwah almarhum di alam ‘barzah’ ikut berbahagia menyaksikannya,” kata dia. Alam “barzah” adalah alam setelah kematian sebelum menuju akhirat. Din mengatakan Gus Sholah memiliki keprihatinan mendalam terhadap keterpecahan umat dan rendahnya semangat menggabungkan ajaran (qiyadah) merekatkan ukhuwah Islamiyah baik antar organisasi maupun dalam satu organisasi. “Menurut almarhum, banyak yang terjebak pada ‘hubbud dunya’ atau pragmatisme dan materialisme,” kata dia. Din mendoakan agar almarhum termasuk golongan jiwa yang tenang dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah dan dimasukkan dalam surga-Nya. (jwn5/ant)

Wafat Gus Sholah, Hidayat Nur Wahid: Bagai Kehilangan Guru dan Panutan Umat

JAKARTA, Jowonews.com – ​​​​​Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Hidayat Nur Wahid mengatakan wafatnya Salahuddin Wahid bagai kehilangan seorang guru bangsa dan panutan umat beragama. Hidayat yang mengikuti prosesi pemulasaraan jenazah di rumah duka, sejak Minggu malam pun memahami hal tersebut ketika melihat hadirnya tokoh-tokoh nasional lintas organisasi kemasyarakatan, politik, agama, dan profesi. Bahkan, ia juga melihat Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Ma’ruf Amin, serta Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, Jusuf Kalla ikut mendoakan kepergian almarhum. “Saya kan diminta oleh keluarga almarhum untuk memimpin pembacaan doa sesudah tahlilan, maupun sebelum pemberangkatan jenazah ke Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Dari rombongan yang melayat, saya melihat beliau telah berhasil diterima publik sebagai guru bangsa dan panutan umat,” kata Hidayat saat dihubungi Antara di Jakarta, Senin. Gus Sholah, menurut dia, merupakan figur yang dapat dijadikan panutan untuk kehidupan berbangsa bernegara terutama dalam menjaga hubungan antar-umat beragama. Hal itu didasarkan dari pengetahuan almarhum yang tidak hanya memiliki pengetahuan/ tradisi agama, namun juga memiliki pengetahuan umum yang luas. Gus Sholah adalah tokoh yang dibesarkan oleh ulama pendiri Pondok Pesantren Tebu Ireng, KH Wahid Hasyim, putra pendiri Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari. Namun, KH Wahid Hasyim memilih untuk menyekolahkan Gus Sholah di sekolah umum, hingga ia menjadi Insinyur dari Institut Teknologi Bandung (ITB). “Beliau bersekolah di sekolah umum, hingga menggapai gelar insinyur. Jadi memang selain memiliki basis ilmu/tradisi beragama, juga beliau memiliki kemampuan di bidang ilmu umum (sains) arsitektur,” kata Hidayat. Sehingga, ketika dipercaya memegang amanah memimpin pondok pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, Gus Sholah mampu memadukan keunggulan yang dimiliki sekolah umum dengan nilai-nilai agama sehingga pesantren tersebut terbilang maju cukup pesat. Sosok Salahuddin Wahid juga berkesan bagi Hidayat Nur Wahid karena selain bergiat di pendidikan, beliau juga merupakan tokoh yang besar namanya di kancah nasional. Salahuddin Wahid juga pernah diusung menjadi Calon Wakil Presiden oleh Partai Politik di Pemilihan Presiden Tahun 2004 berpasangan dengan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto. (jwn5/ant)

Bersama Dompet Dhuafa, Gus Sholah Mendirikan RS Hasyim Asyari

SEMARANG, Jowonews.com – Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Dr. (H.C.) Ir. K.H. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) semasa hidupnya bersama Yayasan Dompet Dhuafa Republika (YDDR) mendirikan RS K.H. Hasyim Asyari di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. “Inna lillāhi wa inna ilaihi rājiun, Keluarga Besar Dompat Dhuafa berduka atas wafatnya Gus Sholah yang juga Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika di RS Harapan Kita Jakarta, Ahad (2/2),” kata Pendiri Yayasan Dompet Dhuafa Republika Parni Hadi di rumah duka, Jalan Bangka Raya, Tendean, Mela Mampang, Jakarta Selatan, Senin pagi. Sebelumnya, Irfan Wahid, putra almarhum, mengabarkan melalui akun Twiter-nya pada pukul 21.16. “Gus Sholah baru saja wafat pada pukul 20.55. Mohon dimaafkan seluruh kesalahan. Allahummahfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu….” tulis akun @ipangwahid. PH (sapaan akrab Ketua Pembina YDDR Parni Hadi) turut berduka mendalam atas wafatnya kiai karismatik yang juga sahabatnya. “Beliau adalah bagian dari keluarga besar Dompet Dhuafa,” kata PH melalui pesan WA-nya kepada ANTARA di sela-sela bertakziah di rumah duka. Gus Sholah bersama PH menginisiasi pendirian Rumah Sakit K.H. Hasyim Asyari Dompet Dhuafa di Pesantren Tebuireng, Jombang. Peletakan batu pertama pendirian RS ini pada tanggal 19 September 2018 oleh Mundjidah Wahab, Plt. Bupati Jombang saat itu. PH menjelaskan bahwa Rumah Sakit Hasyim Asyari Dompet Dhuafa merupakan rumah sakit keenam yang dibangun dari dana umat melalui Dompet Dhuafa. Rumah sakit ini dibangun tiga lantai di atas tanah seluas 1 hektare yang merupakan wakaf dari keluarga besar K.H. Hasyim Asyari. Sementara itu, Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Nasyith Majidi mengatakan bahwa RS Hasyim Asyari Dompet Dhuafa memenuhi fasilitas dan pelayanan sebagai rumah sakit tipe C. Karena tipe C, RS tersebut dapat melayani lebih banyak duafa. Ia berharap kehadiran RS Hasyim Asyari Dompet Dhuafa dapat menyempurnakan lingkungan Ponpes Tebuireng dalam menebar manfaat bagi masyarakat Jombang. Rumah sakit ini, kata Nasyith Majidi, akan melayani kebutuhan masyarakat berlandaskan kesetaraan akses layanan kesehatan. “Inisiasi pendirian RS tersebut muncul saat Gus Sholah berkunjung ke RS Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa Parung, Bogor,” Nasyith Majidi dalam rilisnya yang diterima ANTARA, Senin. Kunjungan pertama Salahuddin Wahid menjadi sejarah inisiasi pendirian RS Hasyim Asyari Dompet Dhuafa di Jombang. Agenda keliling di beberapa ruang rumah sakit memantapkannya untuk membuka bentangan kebaikan di Jombang, Jawa Timur. “Kita mulai di Pondok Pesantren Tebuireng,” kata Gus Sholah ketika itu. Hingga beberapa bulan setelahnya, ada kesepakatan antara Dompet Dhuafa dan keluarga besar K.H. Hasyim Asyari untuk mewakafkan sebidang tanah seluas 1 hektare. Lokasinya masih dalam lingkungan Pesantren Tebuireng di Jombang. Tidak jauh dari sebidang tanah itu, terletak makam Gusdur yang atap kubahnya terlihat dari kejauhan. Nasyith Majidi mengatakan bahwa pembangunan RS K.H. Hasyim Asyari sedang berjalan. Ia berharap dalam waktu tidak lama lagi segera dapat beroperasi. “Meski Gus Sholah tidak sempat menyaksikan langsung RS yang diinisiasinya saat beroprasi nanti,akan menjadi amal jariah almarhum dan keluarga besar K.H. Hasyim Asyari dan para donatur Dompet Dhuafa,” kata Nasyith Majidi. Dalam rilisnya, dia menyampaikan, “Selamat Jalan Gus Sholah… doa kami dan para duafa, husnulkhatimah.” (jwn5/ant)