Jowonews

Angka Kematian Tenaga Medis Indonesia Paling Tinggi di Asia

JAKARTA, Jowonews- Sampai dengan akhir Desember 2020 terdapat 504 petugas kesehatan yang meninggal dunia akibat Covid-19. Mereka terdiri atas 237 dokter dan 15 dokter gigi, 171 perawat, 64 bidan, tujuh apoteker dan sepuluh tenaga laboratorium medik. Menurut pernyataan Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang diterima di Jakarta pada Sabtu (2/1), para dokter yang meninggal itu terdiri dari 101 dokter umum, yang di antaranya adalah empat guru besar, 131 dokter spesialis, dengan di antaranya tujuh guru besar, serta lima residen. Semuanya berasal dari 25 IDI wilayah (provinsi) dan 102 IDI cabang (kota/kabupaten). IDI juga mencatat angka kematian tenaga medis di Indonesia tercatat paling tinggi di Asia dan masuk lima besar di seluruh dunia. Peningkatan kematian tenaga medis itu, ujar Ketua Tim Mitigasi PB IDI dr. Adib Khumaidi, SpOT, merupakan salah satu dampak akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi, seperti berlibur, pilkada dan aktivitas berkumpul dengan orang tidak serumah. “Vaksin dan vaksinasi adalah upaya yang bersifat preventif dan bukan kuratif. Meski sudah ada vaksin dan sudah melakukan vaksinasi, kami mengimbau agar masyarakat tetap menjalankan protokol kesehatan dengan ketat karena risiko penularan saat ini berada pada titik tertinggi dimana rasio positif Covid-19 pada angka 29,4 persen. Situasi akan bisa menjadi semakin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu dengan meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan 3M,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Selain itu, IDI juga meminta pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan untuk memperhatikan ketersediaan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan serta tes rutin untuk mengetahui situasi terkini mereka. Perlindungan bagi tenaga kesehatan mutlak diperlukan, tegas Adib, diperlukan karena petugas kesehatan kini menjadi garda terdepan dan benteng terakhir mengingat masih adanya yang abai pada protokol kesehatan. Dalam pernyataan serupa, Ketua Perhimpunan Obstetri dan Ginekolog Indonesia (POGI) dr. Ari Kusuma Januarto, SpOG(K) mengingatkan pada seluruh ibu hamil untuk menaati protokol kesehatan. Hal itu penting, katanya, mengingat ibu hamil memiliki imun yang lebih rendah selama masa kehamilan sehingga sangat rawan tertular atau terpapar virus. “Meski belum ada penelitian bahwa virus COVID-19 dapat menular pada janin dalam kandungan, namun ketika seorang ibu hamil sudah terkonfirmasi positif, maka bayi yang baru dilahirkan dapat berpotensi tertular juga karena kontak fisik,” demikian ujar dr. Ari.

Lagi, 3 Dokter Meninggal Akibat Covid-19

JAKARTA, Jowonews- Lagi, tiga dokter gugur akibat Covid-19 di awal bulan Oktober ini. Dengan demikian, Sabtu (3/10) ini, jumlah total dokter yang meninggal virus SARS-CoV-2 itu menjadi 130 orang. “Berita duka kembali datang dari dunia medis. Dalam tiga hari awal Oktober 2020 ini bertambah tiga dokter meninggal dunia akibat Covid-19, ” kata External PR Lead untuk Tim Mitigasi PB IDI Elizabeth dalam keterangan persnya, sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (3/10) di Jakarta. Berdasarkan data yang disampaikan IDI, dari 130 dokter yang telah gugur tersebut, 84,6 persen atau 110 dokter di antaranya adalah dokter laki-laki. Sementara 15,4 persen atau 20 dokter lainnya adalah dokter perempuan. Menurut sebaran wilayah provinsi, ke-130 dokter yang telah gugur dalam perjuangan melawan Covid-19 tersebar di 18 provinsi di Indonesia. Antara lain adalah masing-masing 1 dokter di Sulawesi Utara, Banten dan Papua Barat. Masing-masing 2 dokter di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya, masing-masing 3 dokter di Riau dan Kalimantan Timur, Masing-masing 4 dokter di Aceh, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Lalu, 5 di Bali, 6 di Sulawesi Selatan, 9 di Jawa Tengah, 11 di Jawa Barat, 19 di DKI Jakarta, 22 di Sumatera Utara dan 31 dokter di Jawa Timur. Sementara itu, berdasarkan profesi kedokterannya, dari total 130 dokter yang meninggal tersebut, 67 di antaranya dokter umum, termasuk 4 guru besar di dalamnya. Kemudian dokter spesialis sebanyak 61 dengan 5 guru besar telah termasuk di dalamnya, serta 2 residen. Kemudian, berdasarkan data kematian per bulan, dari 130 dokter tersebut 12 dokter di antaranya meninggal pada Maret, 13 dokter pada April, 6 dokter pada Mei. Selanjutnya, 10 dokter pada Juni, 29 dokter pada Juli, 32 dokter pada Agustus, 25 dokter pada September dan 3 dokter yang meninggal pada Oktober. Di tengah lonjakan kasus Covid-19 yang masih terus meningkat, IDI meminta kepada seluruh masyarakat, terutama awak media, untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan saat beraktivitas di luar rumah guna mencegah penularan Covid-19. “Kami mohon rekan media tetap melaksanakan protokol kesehatan dalam bertugas, seraya mengingatkan pada keluarga, rekan kerja, teman, ataupun orang terdekat lainnya untuk juga menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari,” demikian Elizabeth.

IDI: Masker Kain Dilapisi Saputangan Agar Lebih Tebal

JAKARTA, Jowonews.com – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menganjurkan masyarakat yang menggunakan masker kain agar dilapisi dengan saputangan di dalamnya supaya lebih tebal guna menangkal penularan virus di tengah pandemi COVID-19. “Untuk masyarakat diminta pakai masker kain, tapi sarannya jangan hanya sekadar masker kain saja karena tipis. Kalau bisa dilapisi di dalamnya dengan lipatan saputangan agar lebih tebal,” kata Ketua Umum PB IDI dr Daeng M Faqih di Jakarta, Selasa. Ia menyarankan pelapisan masker dengan lipatan saputangan sebab dianggap lebih kuat menahan. Di tambah lagi ketersediaan saputangan juga masih banyak sehingga masyarakat dapat dengan mudah memperolehnya. Sementara pelapisan masker kain yang hanya menggunakan tisu, menurutnya, tidak disarankan sebab unsur tersebut terlalu tipis dan tidak begitu membantu penyaringan. Penggunaan masker kain di tengah-tengah masyarakat saat ini sudah sesuai dengan imbauan dari WHO dimana semua orang meskipun sehat diminta menggunakan masker tersebut. “Kalau awal-awalnya memang yang pakai masker itu ialah orang yang sakit dan merawat orang sakit. Namun seiring perkembangan kasus COVID-19 WHO sudah meminta semua orang menggunakan untuk mengurangi penularan,” katanya. Hal itu perlu dilakukan sebab saat ini terdapat kasus COVID-19 yang melibatkan orang tanpa gejala sehingga sulit mengetahui seseorang itu sedang sakit atau tidak. Sehingga, dalam situasi penyebaran COVID-19 saat ini perlu diperhatikan agar tidak tertular ataupun menulari orang lain, setiap orang mesti menggunakan masker walaupun merasa sehat. Di sisi lain, ia mengakui kondisi masker di Tanah Air saat ini cukup sulit didapatkan sehingga perlu memilah pilah penggunaan masker bagi tenaga medis dan masyarakat. “Karena sulit didapat jadi kita harus bagi-bagi. Itu masker bedah dan medical grade hanya untuk petugas medis, lalu masker kain yang sebaiknya dilapisi saputangan untuk masyarakat,” ujar dia. (jwn5/ant)

IDI: Belum Ada Penelitian Asap Rokok Bisa Tularkan COVID-19

JAKARTA, Jowonews.com – Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan belum ada penelitian secara spesifik yang membuktikan bahwa penularan virus corona baru (COVID-19) dapat terjadi melalui perantara asap rokok yang diembuskan oleh orang terinfeksi virus tersebut. “Penularan itu melalui droplet, lalu apakah dengan asap rokok tadi bisa menularkan? Belum ada penelitian,” kata Ketua Umum PB IDI dr Daeng M. Faqih di Jakarta, Selasa. Namun, kata dia, karena asap rokok tersebut masuk ke dalam saluran pernapasan atau tenggorokan, maka dikhawatirkan berpotensi menularkan kepada orang lain. Meskipun hingga kini belum ada penelitian membuktikan bahwa asap rokok yang diembuskan oleh penderita COVID-19 itu mengandung virus, katanya, tetapi hal tersebut sangat dikhawatirkan. Oleh sebab itu, kata dia, masyarakat diminta lebih berhati-hati. “Karena menghisap rokok itu sampai ke dalam tenggorokan, sangat dikhawatirkan asap yang dikeluarkan mengandung virus,” kata dia. Jika penderita COVID-19 merokok lalu mengeluarkan droplet atau percikan air liur, bersin, dan batuk, katanya, hal itu bisa menularkan virus kepada orang sekitarnya. “Kalau sudah sifatnya percikan maka itu bisa menulari,” ujarnya. Daeng juga menjelaskan perokok aktif akan lebih rentan terserang COVID-19 sebab di dalam saluran pernapasan manusia terdapat mekanisme untuk menangkap dan mengeluarkan semua kotoran, termasuk mikroorganisme yang masuk. Ia mengatakan perokok aktif mengakibatkan mekanisme di saluran pernapasan menjadi rusak sehingga lebih rentan terserang, sebab tidak bisa menyaring kotoran yang masuk, termasuk mikroorganisme. “Jadi merokok itu merusak saluran pernapasan,” katanya. Hingga Senin (13/4), pukul 16.10 WIB, jumlah pasien COVID-19 sembuh di Tanah Air mencapai 380 jiwa, sedangkan yang dirawat 3.778 orang, meninggal dunia 399 orang, dan terkonfirmasi 4.557 orang. (jwn5/ant)

IDI: Belum Ada Anti Virus Corona

JAKARTA, Jowonews.com – Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban mengatakan hingga saat ini belum ada obat untuk anti virus corona yang sedang melanda beberapa negara. “Belum ada obat anti virusnya,” kata dia di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan masyarakat yang terserang virus tersebut biasanya ditandai dengan beberapa hal, diantaranya batuk, pilek, demam panas, sesak napas, dan nyeri otot. dan gejalanya muncul dua hingga 14 hari setelah terpapar. Meskipun demikian untuk mencegah virus tersebut menyebar, masyarakat disarankan beberapa hal yaitu cuci tangan menggunakan sabun atau air mengalir selama 20 detik atau dengan sanitizer alkohol. Selanjutnya hindari mengusap mata, hidung, dan mulut sebelum cuci tangan. Menghindari kontak dengan pasien terjangkit virus, tinggal di rumah apabila sakit, tutup mulut maupun hidung saat bersin. Ia mengatakan berdasarkan penelitian, kasus yang terjadi di Kota Wuhan Cina, sebanyak 763 orang yang sudah melakukan kontak erat dengan pasien corona. Awalnya tidak satu pun tertular. “Awalnya kita kira penularan dari manusia ke manusia tidak ada, namun kemudian telah terjadi penularan dari manusia,” ujar dia. Kasus yang terjadi di Wuhan juga berawal dari masyarakat setempat mengkonsumsi ular. Setelah diteliti, ternyata ular tersebut memangsa kelalawar yang sudah terserang virus corona. “Dari penelitian yang dilakukan, ular tersebut memangsa kelalawar, kemudian ular itu dimakan manusia sehingga terserang virus corona,” ujar dia. Saat ini, ujar dia, beberapa kota di Cina telah dikarantina sehingga akses transportasi yaitu bus, kereta api, pesawat dan sebagainya tidak boleh keluar. Kalau pun ingin keluar, harus memiliki izin khusus, namun sulit diperoleh. (jwn5/ant)