Jowonews

Program Listrik Murah di Desa Kupu Brebes, Masyarakat Rasakan Manfaatnya

Komisi D DPRD Jateng

BREBES – Program bantuan listrik murah dan hemat dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus menarik perhatian Komisi D DPRD setempat. Pada Kamis (6/5/2024), mereka melakukan kunjungan ke Desa Kupu, Wanasari, Brebes untuk memantau implementasinya. Menyampaikan hasil kunjungan tersebut, Anggota Komisi D DPRD Jawa Tengah, Wahyudin Noor Aly, mengungkapkan bahwa mereka ingin memastikan efektivitas program bantuan tersebut, terutama di desa-desa yang masih memiliki keterbatasan akses listrik. “Kami ingin memastikan apakah program ini sudah berjalan dengan baik, dan dari hasil kunjungan kami, ternyata implementasinya sudah baik. Selain itu, kami juga memastikan tidak adanya biaya tambahan yang harus dibayar oleh masyarakat penerima manfaat,” ujar Wahyudin. Program listrik murah ini merupakan bentuk subsidi dari pemerintah untuk membantu masyarakat. Hasil pantauan lapangan menunjukkan bahwa masyarakat penerima manfaat benar-benar merasakan perubahan positif, seperti kemampuan anak-anak untuk belajar di malam hari. Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, Suhardi, menjelaskan bahwa program ini ditujukan khusus bagi masyarakat yang kurang mampu. Penyambungan listriknya gratis dan tarif listrik yang dikenakan juga disubsidi secara signifikan. “Di Desa Kupu, sebanyak 12 Keluarga (KK) menerima bantuan ini, sedangkan secara keseluruhan di Kabupaten Brebes, terdapat sekitar 347 KK yang menjadi penerima manfaat. Mereka berasal dari kalangan yang memang membutuhkan bantuan ini, dan data mereka telah terdaftar di Kementerian Sosial,” jelas Suhardi. (Adv)

Brebes Raih Penghargaan Baznas Award, Bukti Komitmen Dukung Pengelolaan Zakat

Baznas Award

BREBES – Penjabat Bupati Brebes Iwanuddin Iskandar menerima penghargaan Baznas Award dalam kategori Kepala Daerah Pendukung Pengelolaan Baznas. Penghargaan ini diserahkan oleh Ketua Baznas RI Noor Ahmad di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (29/2/2024). Penghargaan ini merupakan bentuk apresiasi atas komitmen Pemkab Brebes dalam mendukung pengelolaan zakat melalui Baznas Kabupaten Brebes. Iwanuddin menyampaikan terima kasih kepada masyarakat Brebes yang telah sadar akan pentingnya membayar zakat melalui Baznas. “Terima kasih atas penghargaan ini. Semoga menjadi berkah dan Baznas Brebes semakin maju,” ujar Iwanuddin. Ketua Baznas Brebes Abdul Haris menjelaskan bahwa Baznas Brebes memiliki keunggulan, yaitu Rumah Sehat Baznas (RSB) yang memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi warga miskin. Setiap hari, RSB melayani sekitar 70 orang pasien. Pada tahun 2022, Baznas Brebes berhasil mengumpulkan zakat, infak, dan sedekah sebesar Rp6,1 miliar. Jumlah tersebut meningkat menjadi Rp9,02 miliar pada tahun 2023. Dana yang terkumpul ini disalurkan ke berbagai bidang, seperti pendidikan, bencana, ekonomi produktif, keagamaan, dan kesehatan. “Untuk penyaluran dana, kami mengalokasikan 90 persen dari penerimaan yang ada,” ungkap Haris. Penyaluran zakat produktif dilakukan dalam bentuk pelatihan dan pemberian modal. Sementara itu, penyaluran zakat konsumtif meliputi program Peduli Bencana, bantuan bagi lansia, penanganan stunting, dan lainnya. Penghargaan Baznas Award ini menjadi bukti komitmen Pemkab Brebes dan Baznas Brebes dalam mengelola zakat secara profesional dan transparan. Dengan demikian, dana zakat dapat dimanfaatkan secara optimal untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

MEDIA TRADISIONAL : Budaya Mampu Tumbuhkan Sikap Toleransi

Sikap Toleransi

BREBES – Menumbuhkembangkan sikap toleransi melalui kesenian dan kebudayaan tradisional menjadi pembahasan utama dalam acara sosialisasi kebijakan melalui media tradisional yang diselenggarakan Iskhak anggota Komisi D DPRD Provinsi Jawa Tengah di Lapangan Balai Desa Kutamendala,, Kecamatan Tonjong, Brebes, Jumat (11/8/2023) malam.  Dewasa ini, kata Iskhak, perbedaan pendapat menjadi dasar permasalahan yang sering terjadi di tengah masyarakat. Untuk itu peran budaya diharapkan mampu mempersatukan segala perbedaan yang ada, saling menghargai dan memahami menjadi kunci utama. “Budaya harus dapat meningkatkan rasa persaudaraan di antara kita semua, saling mengikat dan menguatkan satu dengan yang lainnya” ujar politikus Gerindra itu. Iskhak menambahkan, perlunya menyaring budaya asing yang masuk dan mempengaruhi budaya tradisional melalui kecanggihan teknologi dengan kecepatan penyebarannya. “Kita semua harus bijak dalam menyikapi perkembangan teknologi, tentu dengan kemudahan yang ditawarkan, sangat mudah kita jumpai hal yang baik dan yang buruk, ambil yang baik dan sesuai dengan budaya kita, tinggalkan keburukannya,”  pungkas Iskhak. Sebagai tambahan informasi, dalam acara tersebut menampilkan beberapa kesenian diantaranya kuda lumping dan kasidah. (Adv)

Warga Jalawastu Brebes Gelar Ritual Ngasa Untuk Melestarikan Adat Sunda Wiwitan

Jalawastu

BREBES – Kampung Jalawastu, Desa Ciseureuh, Kecamatan Untung, Kabupaten Brebes memiliki tradisi unik yang masih dilestarikan hingga saat ini. Meski terletak di Jawa Tengah, desa ini memiliki adat budaya Sunda Wiwitan. Untuk menjaga kelestarian adat ini, masyarakat setempat tetap menjaga tradisi Ngasa. Ritual ini sudah dilakukan sejak zaman nenek moyang mereka, penganut Sunda Wiwitan. Prosesi ngasa ini berlangsung setiap hari Selasa Kliwon pada mangsa kesanga dalam bahasa jawa dan dilaksanakan setahun sekali. Ritual adat juga dipusatkan di hutan adat yang dikeramatkan, yakni Gedong Pesarean. Gedong Pesarean terletak di kawasan tanah putih (tanah suci) di atas kampung adat Jalawastu, kampung Ciseureuh, kecamatan Keuntungan. Ngasa tahun ini jatuh pada 28 Februari 2023. Prosesi dimulai pagi-pagi sekali. Masyarakat adat Jalawastu di dataran tinggi Gunung Sagara tampak sibuk mempersiapkan hari suci. Sebagai wilayah adat yang mayoritas penduduknya bergantung pada hasil alam, masyarakat membawa dan mengarak hasil tersebut. Berbagai hasil pertanian mulai dari beras, jagung, kelapa hingga sayur mayur disajikan di Ngasa ini. “Ritual Ngasa ini kami adakan setiap tahun dengan tujuan untuk melestarikan tradisi nenek moyang kami. Upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur warga Jalawastu asli atas hasil panennya,” kata Lurah Cisereuh, Darsono, disela-sela. oleh ritual Ngasa, Selasa (28/2/2023) dikutip dari Detik Jateng. Dalam ritual Ngasa, seorang tetua adat yang dikenal sebagai kakolot membacakan mantra Sunda ke Gedong Pesarean. Selanjutnya dilakukan pemanjatan doan sebagai wujud syukur atas hasil panen yang telah mereka terima. Usai berdoa, upacara diakhiri dengan makan bersama-sama dengan menu nasi, jagung, dan sayur mayur. Ritual Ngasa ini merupakan tradisi Jalawastu kuno untuk mempertahankan tradisi Sunda Wiwitan. Meski mayoritas masyarakat beragama Islam, namun tradisi leluhur mereka yang mengikuti Sunda Wiwitan masih dipertahankan. Sejarawan Pantura Wijanarto menjelaskan, pengaruh Sunda Wiwitan yang masih tersisa adalah penggunaan bahasa Sunda di desa ini. Masyarakat setempat masih bergantung pada alam dan mereka sangat peduli terhadap alam sebagai sumber penghidupan. Selain itu pantangan adat Sunda Wiwitan tetap ada dan tidak dilanggar. “Secara historis Sunda Wiwitan berasal dari Jalawastu. Setelah kedatangan Islam, warga yang menolak memilih bermukim di berbagai daerah, termasuk ke Baduy. Pengaruh Sunda Wiwitan terlihat dari penggunaan bahasa Sunda, ketaatan tentang menjaga alam dan tidak berani melanggar pantangan,” kata Wijanarto. Beberapa pantangan dipertahankan seperti tidak beternak kambing, domba, kerbau, tidak menanam bawang merah dan kacang-kacangan, serta tidak menggunakan semen atau batu di rumah-rumah penduduk. Mereka percaya, jika dilanggar akan membawa malapetaka. Julianus Limbeng yang hadir dalam upacara Ngasa Jalawastu mengatakan, pihaknya membantu penguatan lembaga adat dan upacara adat Ngasa Jalawastu. “Kami juga mendorong mereka untuk memiliki hak mengelola hutan yang kami sebut hutan rakyat dengan luas 64,9 hektare,” kata Julianus.  Foto dok. Detik Jateng