Tradisi Asrah Batin, Tradisi Persaudaraan dan Larangan Menikah di Dua Desa Grobogan
Di Grobogan, Jawa Tengah, tradisi Asrah Batin tetap hidup dengan merayakan momen pertemuan dua desa, Karanglangu dan Ngombak, setiap dua tahun sekali.
Di Grobogan, Jawa Tengah, tradisi Asrah Batin tetap hidup dengan merayakan momen pertemuan dua desa, Karanglangu dan Ngombak, setiap dua tahun sekali.
Nasi jagung di Purwodadi, Grobogan, menjadi primadona kuliner dengan cita rasa yang khas dan harga terjangkau, bahkan menjadi favorit Bupati Sri Sumarni.
GROBOGAN – Di tengah senja yang tenang, Desa Grabagan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, dikejutkan oleh sebuah peristiwa alam yang memukau pada Jumat sore kemarin. Bledug Cangkring, destinasi wisata alam yang biasanya menawarkan kedamaian, tiba-tiba mengeluarkan semburan lumpur yang deras. Fenomena langka ini terjadi pasca gempa berkekuatan 6,5 di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Semburan lumpur tersebut menjadi sorotan utama warga, yang jarang menyaksikan kejadian semacam itu. Budi Aji, seorang tokoh masyarakat setempat, menyampaikan keyakinan bahwa semburan lumpur ini mungkin menjadi pertanda akan adanya bencana besar di tempat lain. “Kami berharap semuanya baik-baik saja,” ujarnya. Tidak hanya menjadi obyek wisata alam, Bledug Cangkring juga menjadi saksi bisu akan mitos dan legenda di sekitarnya. Mitologi lokal mengaitkan fenomena ini dengan legenda Jaka Linglung, yang membuatnya lebih menarik bagi para pengunjung dan peneliti. Peneliti geologi, Handoko Teguh Wibowo, menjelaskan bahwa keberadaan gunung lumpur di beberapa lokasi seperti Bledug Cangkring mengindikasikan adanya sumber daya alam seperti minyak dan gas. Fenomena ini seringkali berkaitan dengan aktivitas migas di sekitarnya. Meskipun peristiwa semburan lumpur ini menjadi topik hangat, Eko Setyawan, Kepala Desa Grabagan, menyampaikan bahwa kejadian serupa pernah terjadi saat gempa besar mengguncang daerah lain. Misalnya, terjadi saat gempa Yogyakarta tahun 2006. Kondisi saat ini, lumpur telah membanjiri area wisata dan sebagian kecil rumah warga. Warga berusaha mengatasi dampaknya dengan membersihkan lumpur yang meluber ke jalan dan pekarangan. Meskipun demikian, pertanyaan akan penyebab sebenarnya tetap menggantung. Apakah ini pertanda alam ataukah sekadar mitos yang terwujud?
PURWODADI – Candi Joglo Purwodadi, Kabupaten Grobogan merupakan salah satu penerima penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah. Sebuah objek wisata di Desa Krangganharjo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan ini dinilai memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata dari pandemi Covid-19. Penghargaan tersebut rencananya akan diserahkan pada Jumat, 23 September 2022 di Pelataran Panca Arga, Ketep Pas, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Direktur Candi Joglo Purwodadi, Muhadi, mengucapkan terima kasih atas penghargaan tersebut. Dia mengatakan telah melakukan sejumlah kegiatan untuk mempromosikan pariwisata di tengah pandemi ini. “Kami memiliki pasar dan acara seni dan budaya. Kami melihat kegiatan ini berpotensi untuk menciptakan ekonomi kreatif. Dengan adanya acara ini terbentuk mindset di masyarakat bahwa perekonomian mulai bergerak,” kata Muhadi, dikutip dari murianews.com, Rabu (21/9/2022). Selain menyelenggarakan acara tersebut, Muhadi mengatakan pihaknya bekerja sama dengan beberapa biro perjalanan lokal di Grobogan dan Jawa Tengah untuk menyelenggarakan perjalanan wisata ke Grobogan. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik wisata Grobogan. Dengan begitu, kunjungan ke Grobogan menjadi lebih menarik minat wisatawan. ”Sudah ada 168 biro tour yang bekerja sama dengan Candi Joglo. Grobogan ini strategis, karena berada di perempatan antar kota-kota daerah, khususnya masyarakat utara (Jawa),” imbuhnya. Tidak hanya itu, Candi Joglo juga menjalin kerjasama dengan objek wisata di kabupaten lain seperti Sragen, Solo, Klaten, Demak, Kudus, Boyolal, Blora dan Semarang. “Kami menciptakan konsep ‘two day tour’, atau perjalanan dua hari satu malam. Sehingga bisa terjalin antar destinasi wisata,” ujarnya. Muhadi mengatakan siap menjalin komunikasi dan bersatu dengan seluruh pegiat pariwisata dan ekonomi kreatif, khususnya di Grobogan. Jadi tidak hanya bangkit dari pandemi, tapi bisa bersaing dengan potensinya masing-masing. “Jika suatu objek wisata tidak bisa mandiri, bisa bermitra dengan orang-orang yang memiliki potensi ekonomi kreatif agar lebih menarik,” ujarnya.