Jowonews

DPMPTSP Rembang Jembatani Pelaku UMKM dan Usaha Besar

DPMPTSP Rembang Jembatani Pelaku UMKM dan Usaha Besar

REMBANG – Di Kabupaten Rembang, semangat untuk memperkuat hubungan antara pelaku usaha besar dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus diperkuat. Langkah nyata terlihat melalui forum yang digelar oleh Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Rembang, yang berlangsung di Hotel Pollos pada Senin (19/2/2024). Kepala DPMPTSP Kabupaten Rembang, Budiyono, menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengoptimalkan kemitraan antara pelaku UMKM dengan pelaku usaha besar. Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari Alfamart, Indomaret, serta BUMN Semen Gresik. Budiyono berharap agar UMKM dapat terlibat secara aktif dalam jaringan usaha besar yang ada di Rembang. Salah satu contohnya adalah dengan menjual produk-produk lokal UMKM di toko-toko modern seperti Alfamart dan Indomaret. “Ini adalah contoh pola kemitraan di sektor perdagangan. Kita tidak hanya berfokus pada sektor perdagangan, tetapi juga pola kemitraan lainnya sesuai dengan ketentuan undang-undang, seperti suplai dan rantai pasok,” jelas Budiyono. Budi menjelaskan lebih lanjut mengenai konsep rantai pasok. Dia memberikan contoh industri pengolahan ikan besar yang diharapkan dapat bermitra dengan nelayan lokal untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksi. “Diharapkan kerja sama antara usaha besar dengan UMKM atau nelayan lokal ini dapat dibentuk dalam bentuk kemitraan. Mereka akan menentukan kebutuhan pasokan ikan, dari nelayan mana pasokannya berasal,” tambahnya. Lebih lanjut, Budi menyatakan bahwa hubungan antara pelaku usaha besar dengan UMKM telah terjalin sebelumnya. Namun, kali ini hubungan tersebut lebih diperkuat dan diperinci. “Dengan adanya fitur kemitraan OSS yang dirilis tahun sebelumnya, kita juga bisa melihat seberapa banyak pelaku usaha yang telah menjalin kemitraan,” tandasnya.

RSUD dr. R Soetrasno Rembang Siap Hadirkan Layanan Baru untuk Penyakit Batu Ginjal

RSUD dr. R Soetrasno Rembang Siap Hadirkan Layanan Baru untuk Penyakit Batu Ginjal

REMBANG – Menyambut usianya yang ke-69 tahun, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. R Sutrasno Kabupaten Rembang telah meluncurkan peralatan canggih untuk menangani penyakit batu ginjal. Mulai 19 Februari 2024, RSUD tersebut menghadirkan layanan pemecahan batu ginjal tanpa operasi, menggunakan metode extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL). Kasi Informasi RSUD dr. R Soetrasno Rembang, Tabah Tohamik, menjelaskan bahwa alat ESWL telah dioperasionalkan mulai tanggal 19 Februari 2024. Alat ini menggunakan tembakan laser untuk menghancurkan batu ginjal, sehingga tidak meninggalkan bekas sayatan pada tubuh pasien. “Pada tahun 2024 ini, RSUD mulai mengembangkan layanan urologi dengan memperkenalkan alat bernama ESWL. Alat ini digunakan untuk merawat pasien dengan batu ginjal, yang sebelumnya harus menjalani operasi dengan sayatan dan meninggalkan bekas luka, kini dapat diatasi dengan tembakan laser,” jelasnya di ruang ESWL pada Senin (19/2/2024). Tabah menambahkan bahwa sejak diluncurkan, sejumlah pasien telah datang dan merasakan manfaat dari alat baru tersebut. Layanan ESWL juga dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. “Kami mengajak masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas ini, karena layanan tersebut sudah dijamin oleh BPJS Kesehatan,” katanya. Salah seorang warga Desa Jatihadi, Kecamatan Kaliori, Markum, yang mengantar istrinya berobat karena sakit batu ginjal, menyambut gembira adanya layanan tembakan laser untuk batu ginjal di RSUD dr. R Soetrasno. Ia mengungkapkan bahwa sebelumnya, untuk mendapatkan layanan tersebut harus pergi ke Semarang atau KSH Pati. “Saya sangat bersyukur karena RSUD Rembang sekarang sudah menyediakan layanan ini. Dulu ketika teman saya sakit batu ginjal, harus dirujuk ke rumah sakit di Semarang. Sekarang istri saya yang sakit, dan alat baru ini sudah dapat digunakan. Semoga semuanya berjalan lancar,” ungkapnya. Bupati Rembang, Abdul Hafidz, juga mengapresiasi upaya RSUD dr. R Soetrasno dalam memberikan layanan terbaik kepada masyarakat. Menurutnya, kemajuan terus terjadi, baik dari segi teknologi maupun sarana dan prasarana. “Di usianya yang ke-69, RSUD mampu memberikan kontribusi besar dalam layanan kesehatan. Ini terbukti dengan berbagai kemajuan, termasuk dalam teknologi, seperti layanan urologi dengan adanya alat baru (ESWL),” ujarnya.

Sejarah Rembang, Kabupaten yang Dijuluki ‘The Cola of Java’

Sejarah Rembang, Kabupaten yang Dijuluki ‘The Cola of Java’

REMBANG – Bagi para pengendara yang sering melalui jalur Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur, Kabupaten Rembang adalah sebuah anugerah yang tak terduga. Terletak di tepi pantai, kabupaten ini menawarkan pemandangan yang memesona yang bisa dinikmati sembari melaju di jalan raya. Namun, keindahan alamnya bukanlah satu-satunya hal yang membuat Rembang istimewa. Kota ini juga menyimpan sejarah yang kaya dan unik, memberikan sentuhan sejarah yang dalam kepada setiap pengunjungnya. Eksistensinya sudah tercatat sejak ratusan tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 Juli 1741. Namun, jika kita merunut sejarah lebih jauh lagi, permukiman di Rembang telah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Dalam buku “Menggali Warisan Sejarah Kabupaten Rembang,” diungkapkan bahwa pada tahun 1447, ada 8 keluarga yang bermigrasi dari Campa (kini Kamboja) dan menetap di sana. Orang-orang dari Campa ini melakukan perjalanan jauh dan akhirnya tiba di tepi sungai yang dipenuhi oleh hutan bakau, mencari kehidupan yang lebih baik. Di bawah pimpinan Pow Le Din, mereka mulai menebang pohon-pohon bakau dan mendirikan pemukiman. Pohon bakau tersebut disebut sebagai Bonga atau Kabongaan, dan tempat ini kemudian dikenal sebagai Kabongan. Untuk bertahan hidup, 8 keluarga ini mulai memproduksi gula dari tanaman tebu. Ritual khusus yang disebut Ngrembang Sakawit dilakukan setiap kali mereka akan panen tebu. Dari upacara inilah nama “Rembang” lahir dan terus digunakan hingga sekarang. Selain dari legenda tersebut, nama Rembang juga disebut dalam kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca pada tahun 1365, khususnya pada Pupuh XXI. Bahkan, sejumlah penjelajah dunia mencatat bahwa antara tahun 1682 hingga 1741, Rembang dipimpin oleh Ingabehi Tumenggung Anggododjo. Tidak hanya memiliki sejarah yang kaya, Rembang juga dikenal dengan tiga julukan yang menarik. “The Cola of Java,” “Little Tiongkok,” dan “Kota Garam” merupakan julukan-julukan yang melekat pada kabupaten ini. “Kota Garam” berasal dari banyaknya petani garam di sepanjang pesisir Rembang. “Little Tiongkok” merujuk pada Kecamatan Lasem yang kaya akan warisan sejarah Tionghoa. Sedangkan, “The Cola of Java” berasal dari minuman kawista yang khas dan memiliki rasa mirip dengan minuman cola. Minuman ini kini menjadi oleh-oleh khas Rembang yang sangat populer. Dengan pesona alam yang memesona dan warisan sejarah yang memikat, perjalanan melalui Kabupaten Rembang adalah sebuah pengalaman yang tidak boleh dilewatkan bagi siapa pun yang menjelajahi jalur Pantura.

Tawur Sego Desa Palemsari Rembang, Ritual Tolak Bala dan Rasa Syukur

Tawur Sego Desa Palemsari Rembang, Ritual Tolak Bala dan Rasa Syukur

REMBANG – Ratusan warga Desa Palemsari, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, berbondong-bondong membawa sebakul nasi ke sebuah tempat yang dipercaya sebagai lokasi Pepunden, pada Rabu (10/8/2022). Pada nantinya nasi tersebut akan digunakan untuk ritual Tawur Sego atau Tawur Nasi. Nasi yang dibawa para warga itu kemudian dikumpulkan menjadi satu di lokasi pepunden dan membentuk gunungan atau gundukan nasi. Nasi yang telah bercampur itu ditempatkan pada sebuah tikar plastik berwarna biru. Prosesi Tawur Sego diawali dengan doa bersama yang dipimpin sesepuh desa di bawah sebuah pohon di area pepunden. Selanjutnya ada pementasan tari orek-orek oleh sejumlah warga setempat. Setelah itu barulah tradisi Tawur Sego dimulai. Tradisi tawuran dengan saling melempar nasi ini hanya diikuti belasan orang saja. Sementara warga lain yang turut hadir ke lokasi tersebut hanya menjadi penonton. Acara berlangsung cukup seru dan meriah. Warga mulai dari orang dewasa hingga anak-anak tampak antusias mengikuti dan menyaksikan rangkaian acara tersebut. Mengutip dari Detik Jateng, Edi Rajarimba, salah satu warga yang turut terlibat dalam prosesi Tawur Segi ini mengaku dirinya selalu berpartisipasi dalam setiap tahunnya. Bahkan warda Desa Palemsari ini mengungkapkan selama dua tahun pandemi lalu, tradisi ini tetap digelar. Lebih lanjut Ia menjelaskan, tradisi ini telah berlangsung turun-temurun. Dalam kepercayaan masyarakat tradisi ini dilaksanakan sebagai wujud syukur dan bersih desa dari segala bala. “Masyarakat biar dapat hidup makmur, panen melimpah. Ini telah menjadi kepercayaan masyakarat. Adatnya sudah seperti itu. Kami hanya meneruskan saja,” terangnya. Sementara itu Kepala Desa Pelemsari, Pin, mengatakan di desanya terdapat dua pedukuhan, yakni Dukuh Glagah dan Dukuh Plempoh. Total ada sekitar 400 Kepala Keluarga (KK). Pin juga mengatakan tradisi ‘Tawur Sego’ sudah dilakukan secara turun-temurun. “Sudah menjadi adatnya warga desa dan turun-temurun sejak dulu. Intinya untuk mengungkapkan rasa syukur atas limpahan nikmat yang diberikan Tuhan,” terangnya. Foto: Doc. Detik Jateng