Jowonews

Mengembangkan Motivasi Belajar Peserta Didik Melalui Metode Permainan Berbasis Teknologi Abad 21

Oleh : Nandia Nurul Lita Saat ini  teknologi berkembang sangat pesat dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak perlu untuk mengenal dan mempelajari mengenai teknologi  yang berkembang di abad 21 ini. Peserta didik amat perlu dikenalkan dengan teknologi agar nantinya dapat mengembangkan kemampuan dan kompetensi nya yang dimilikinya. Seringkali dampak negatif dirasakan oleh peserta didik. Peserta didik perlu dikenalkan lebih dekat dengan cara memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik dapat dikenalkan dengan teknologi melalui pembelajaran di sekolah.  Keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh seorang guru. Guru perlu menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik melalui interaksi komunikasi dengan menggunakan media dan metode yang menyenangkan. Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi dan media sangat bergantung pada metode pembelajaran yang digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran.  Ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. kemajuan teknologi informasi berdampak besar terhadap segala bidang termasuk pendidikan. Pendidikan formal di Indonesia sedang giat-giatnya digalakkan, sayangnya implementasi teknologi informasi ini masih tersendat disebabkan oleh berbagai hal atau kendala teknis yang ada. Hal ini ditemui pada fenomena yang menunjukkan adanya kesenjangan persepsi dan kemampuan sumber daya guru dalam memanfaatkan fasilitas pembelajaran berbasis teknologi.  Proses pembelajaran yang diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang aktif sehingga peningkatan minat belajar peserta didik akan meningkat. Guru dapat memanfaatkan perkembangan teknologi informasi masa kini dengan menyajikan proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan bagi peserta didik. Guru perlu untuk mendorong motivasi belajar peserta didik agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan aktif dan bergairah dalam belajar. Apabila guru telah berhasil dalam mengaktifkan dan menggairahkan peserta didik dalam belajar, maka guru telah berhasil memotivasi peserta didik. Hal ini dapat mempengaruhi peningkatan minat belajar peserta didik yang akan menghasilkan peningkatan dalam hasil belajar peserta didik. Melalui penggunaan media dalam proses pembelajaran khususnya berbasis teknologi. Maka hal ini mampu mendorong peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.  Prinsip dari proses pembelajaran berbasis teknologi ini merupakan intisari dari teknologi pendidikan saat ini. Belajar dengan memanfaatkan teknologi merupakan pembelajaran yang dapat menarik peserta didik dan lekat dalam kehidupan sehari-harinya. Peserta didik mampu menjadikan dirinya menjadi seseorang yang mampu menyelesaikan permasalahannya dengan memanfaatkan teknologi serta menjadikan teknologi sebagai kebutuhan dalam hidupnya.

Yakin Beneran Merdeka?

Oleh : Hafidh Haryono Peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan menjadi tantangan utama dalam pembangunan pendidikan di Indonesia. Beberapa tahun belakangan ini pemerintah gencar meluncurkan program yang dapat meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia.Tapi, dalam 2 tahun kebelakang seluruh dunia dibuat kalang kabut karena pandemi covid 19, tidak terkecuali dunia Pendidikan Indonesia. Hal tersebut menjadi tantangan yang sangat berat bagi dunia pendidikan, dari yang semula terbiasa melakukan pembelajaran tatap muka atau pembelajaran luar jaringan dipaksa untuk melakukan pembelajaran dalam jaringan. Krisis pendidikan yang telah terjadi sekian lama, diperburuk dengan Pandemi Covid-19 yang seketika membawa perubahan pada wajah pendidikan di Indonesia. Perubahan yang paling nyata tampak pada proses pembelajaran yang awalnya bertumpu pada metode tatap muka beralih menjadi pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran dalam jaringan. Pembelajaran dalam jaringan sangat berat diterapkan dalam kondisi mutu dan fasilitas pendidikan di Indonesia yang belum merata. Mungkin, di kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya dapat melaksanakan pembelajaran dalam jaringan. Tetapi di daerah lain yang fasilitasnya tidak memadai untuk melakukan pembelajaran dalam jaringan harus bagaimana? Pertanyaan tersebut menggelitik sebab dengan adanya ketimpangan yang semakin besar dengan tuntutan Pendidikan yang sama apakah hal tersebut layak untuk dipertahankan.  Di Indonesia, kesenjangan pendidikan terjadi jauh sebelum pandemi, dan semakin menguat ketika pandemi. Indikasi penguatan kesenjangan pembelajaran sebenarnya telah tampak dari pola keberagaman proses pembelajaran selama pandemi. Peserta didik dengan fasilitas yang cukup memadai akan tetap bisa belajar sementara peserta didik yang tidak atau kurang mempunyai fasilitas yang memadai akan sulit untuk mengikuti pembelajaran. Ini selanjutnya memberi pengaruh pada semakin melebarnya kesenjangan hasil pembelajaran peserta didik selama pandemi.  Mengantisipasi kesenjangan pembelajaran yang timbul karena pandemi pada Agustus 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merilis kurikulum darurat yang merupakan penyederhanaan dari Kurikulum Nasional. Setelah berjalan kurang lebih satu tahun, Kemendikbud telah melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum darurat. Hasil evaluasi tersebut secara umum menunjukkan bahwa peserta didik yang menggunakan kurikulum darurat mendapatkan hasil asesmen yang lebih baik daripada pengguna Kurikulum 2013 secara penuh, terlepas dari latar belakang sosial ekonominya. Atas dasar keberhasilan kurikulum darurat, Menteri Pendidikan Bapak Nadiem mencetuskan Kurikulum Merdeka yang beresensi pada kemerdekaan pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata merdeka adalah bebas (dari penghambaan, penjajahan dan sebagainya). Tujuan pembaharuan kurikulum adalah untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum sebelumnya. Kurikulum merdeka diharapkan mampu untuk menutup kesenjangan yang besar dalam dunia pendidikan. Kurikulum merdeka membebaskan peserta didik untuk mengeksplorasi dirinya.  Kurikulum merdeka terdapat pembelajaran berdiferensiasi yang membedakan peserta didik berdasarkan kesiapan belajar, gaya belajar dan kecerdasan majemuk. Tapi hal tersebut menjadi dilema bagi guru karena menerapkan pembelajaran berdiferensiasi artinya guru harus bisa menyesuaikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, yang menjadi muara di dilema ini adalah tentu saja guru akan semakin sibuk membuat modul ajar ataupun administrasi yang lainnya. Sebagai contoh, dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kesiapan belajar peserta didik maka seorang guru harus menyiapkan materi yang berbeda, lembar kerja peserta didik yang berbeda dan evaluasi yang berbeda, hal tersebut akan membuat tugas seorang guru tambah berat. Pergantian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menjadi modul ajar juga menyisakan dilema, dimana dalam modul ajar pemerintah kurang memberikan pelatihan sehingga guru masih meraba-raba pembuatan modul ajar yang benar. Pembuatan modul ajar dimaksudkan memberi kemerdekaan atau kebebasan bagi guru untuk mengkreasikannya, tetapi pemerintah menganjurkan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dan Project Based Learning. Guru diharapkan dapat membuat modul ajar sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya tetapi hal tersebut justru membuat kebingungan bagi guru karena dalam modul ajar tidak tersedia format pembuatan modul ajar yang pasti. Maka dari itu apakah kurikulum merdeka juga memberi kemerdekaan bagi guru? Ataukah hanya menambah beban kerja bagi guru?

HAH TIDAK SALAH NIH SISWA DIAJARI BERMAIN HUTANG YANG KAKU?

Oleh : Puji Siwi Utami Dunia pembelajaran selalu melakukan inovasi, baik dengan melakukan penelitian untuk mengembangkan kurikulum yang ada, berinovasi dengan teknologi pendidikan, model pembelajaran, dan lain sebagainya. Kegiatan berinovasi yang dapat dilakukan guru salah satunya dengan cara merancang pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan bagi siswa. Lalu kenapa kita harus repot-repot berinovasi? Jawabannya adalah dengan melakukan inovasi pembelajaran seorang guru dapat mengembangkan kompetensi serta kecakapan yang dimilikinya untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Pertanyaannya sebagai seorang guru yang super sibuk sekali, apa saja yang dapat kita lakukan untuk menginovasi pembelajaran? Yang dapat dilakukan guru untuk melakukan inovasi pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang variatif, mencoba menggunakan teknologi pendidikan saat menerangkan seperti AR-VR yang sedang hits sekarang ini. Selain itu seorang guru dapat membuat media pembelajaran yang dapat digunakan saat pembelajaran. Media pembelajaran digunakan guru untuk menyalurkan pesan dari guru ke siswa. Selain itu penggunaan media pembelajaran yang tepat akan memudahkan siswa memahami inti pembelajaran yang sedang diajarkan.  Merancang media pembelajaran yang menarik membutuhkan kreativitas yang tinggi. Selain seorang guru harus memutar otak tentang bagaimana membuat media yang menarik serta sesuai dengan kegiatan pembelajaran, kegiatan lain yang harus dipersiapkan adalah mencari kajian literatur untuk mendapatkan ide media pembelajaran. Banyak sekali di jurnal penelitian yang membahas tentang berbagai media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan kita ajarkan. Pentingnya melakukan kajian literatur membuat wawasan guru semakin meningkat. Salah satu inovasi media pembelajaran yang telah saya lakukan yakni membuat media yang berjudul utang kaku. Tidak salah nih siswa diajari berhutang? Jangan salah utang kaku merupakan singkatan dari media pembelajaran ular tangga dan kartu kuartet. Media tersebut saya gunakan untuk membelajarkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila materi penerapan Sila-Sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Media pembelajaran utang kaku saya desain dengan memadukan permainan ular tangga dan kartu kuartet.  Lalu bagaimana cara bermainnya? Untuk memainkan utang kaku sebenarnya sama seperti bermain ular tangga. Namun, ada peraturan yang harus dipatuhi oleh siswa saat memainkannya. Pertama, sebelum menaiki dan menuruni ular siswa wajib menjawab pertanyaan pada kartu kuartet yang telah disediakan. Kedua, apabila menjumpai tanda kartu pada kotak di permainan ular tangga, siswa juga wajib menjawab pertanyaan yang tersedia di kartu kuartet atau tidak bisa menjawab maka tidak boleh menjalankan bidaknya.  Permainan utang kaku ini sangat cocok digunakan dengan model pembelajaran team games tournament. Siswa diajak belajar sambil bermain guna menghidupkan suasana pembelajaran. Selain mengajarkan siswa untuk memahami apa saja penerapan Sila-Sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, permainan utang kaku yang diaplikasikan pada media pembelajaran team games tournament juga digunakan untuk menilai sikap siswa. Adapun yang dinilai adalah kekompakan dan kerja sama siswa dalam sikap sosial. Jadi bagaimana para guru? Ayo berkreasi supaya kegiatan pembelajaran lebih menarik dan mengasyikkan.

Guru Menembus Lorong Waktu

Oleh : Prisma Adi Putra Perubahan zaman adalah suatu fenomena yang tidak dapat dihindari oleh manusia. dalam perubahan dan perkembangan zaman hampir seluruh aspek kehidupan manusia berubah dan berkembang dengan pesat, tak terkecuali aspek yang berkaitan dengan pendidikan. Pendidikan adalah kebutuhan utama manusia di era sekarang ini. Pendidikan menjadi hal yang fundamental dalam membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga berguna sebagai bekal manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dengan beragam tantangan. Hal ini seperti yang pernah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara (Masitoh dan Cahyani, 2020) tujuan pendidikan adalah untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Alpian dkk. (2019) mengemukakan bahwa peranan pendidikan sangat besar dalam mempersiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal yang mampu bersaing secara  sehat  tetapi  juga  memiliki  rasa  kebersamaan  dengan  sesama  manusia meningkat. Ketika melihat urgensi dari pendidikan, disinilah peran guru sebagai seorang pendidik akan terlihat dan menjadi peran yang sentral. Menurut UU No. 14 Tahun 2015 tentang guru dan dosen, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari undang-undang tersebut dapat kita ketahui jika tugas utama guru berkaitan dengan pengajaran dan pendidikan. Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. Pengajaran dan pendidikan yang dilakukan guru haruslah senada dan seirama dengan perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan kebutuhan anak dari setiap zaman tentu saja berbeda. Hal ini juga pernah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Arti dari kodrat alam adalah berkaitan dengan bentuk lingkungan anak berada, dan kodrat zaman adalah berkaitan dengan era atau zaman anak tersebut berada.  Oleh karena itu, pengajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh seorang guru harus disesuaikan dengan zaman yang sedang berkembang. Seolah-olah guru dituntut untuk bisa menembus lorong waktu dan dapat melakukan pengajaran sesuai dengan perkembangan zaman. Seorang guru harus melek teknologi dan harus mampu mengikuti alur gaya belajar anak. Sebagai contoh di zaman sekarang, anak hidup berdampingan dengan teknologi seolah-seolah teknologi sudah melekat pada diri anak. Oleh karenanya, guru diharapkan dapat menguasai teknologi yang sesuai untuk digunakan sebagai sarana pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran dapat mudah diterima dan diikuti oleh anak. Salah satu hal penting dalam pengajaran dan pendidikan adalah membuat anak senang dengan kegiatan pembelajaran dan membuat pembelajaran tersebut bermakna bagi anak. Penting bagi seorang guru untuk mengikuti perkembangan zaman agar pengajaran dan pendidikan yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan anak di zaman itu. Meskipun guru diminta untuk mengikuti perkembangan zaman, namun perlu diingat bahwa tidak semua hal itu sifatnya baik sehingga guru perlu melakukan filter. Yang terpenting dalam membekali anak di setiap zamannya adalah dengan menanamkan budi pekerti. Budi pekerti berkaitan dengan nilai karakter pada anak. Pada dasarnya kebutuhan yang paling utama dan selalu diperlukan dalam setiap zaman adalah nilai karakter. Nilai karakter inilah yang akan menjadi bekal paling dasar anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. DAFTAR PUSTAKA Alphian, Yayan . dkk. 2019. Pentingnya Pendidikan Bagi Manusia. Jurna Buana Pengabdian. Volume 1 Nomor 1. Republik Indonesia. 2015. UU No. 14 Tahun 2015 tentang guru dan dosen. Jakarta. Masitoh, Siti dan Fibria Cahyani. 2020. Penerapan Sistem Among dalam proses Pendidikan Suatu Upaya Mengembangkan Kompetensi Guru. Jurnal Teknologi Pendidikan. Volume 8 Nomor 1.

Kurikulum Merdeka Efektif ataukah Tidak

Oleh : Sri Wahyuni Kurikulum merdeka dilatar belakangi dari hasil beberapa kajian nasional dan internasional yang menunjukkan bahwa Indonesia sudah lama mengalami krisis pembelajaran sejak merebaknya pandemi Covid-19. Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai bagian dari upaya Kemendikbud Ristek untuk mengatasi krisis pembelajaran yang telah lama kita hadapi dan yang semakin diperparah oleh pandemi. Krisis ini ditandai dengan rendahnya hasil belajar siswa, bahkan pada keterampilan dasar seperti membaca. Salah satu tujuan dari kurikulum merdeka adalah untuk mencapai pembelajaran akibat pandemi Covid-19. Kurikulum ini dibuat dengan tujuan agar pendidikan di Indonesia bisa seperti di negara maju dimana peserta didik memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ingin mereka pelajari. Hasil Program for International Student Assessment (PISA) menunjukkan bahwa 70% siswa usia 15 tahun memiliki kemampuan kurang dari minimum untuk membaca dengan mudah atau menerapkan konsep dasar matematika. Skor PISA ini tidak meningkat secara signifikan selama sepuluh atau lima belas tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan besar dalam kualitas pembelajaran antar daerah dan kelompok sosial ekonomi. Hal ini diperparah dengan adanya pandemi COVID-19. Dalam dunia pendidikan, kurikulum sangatlah penting. Tanpa kurikulum yang tepat, siswa tidak akan memperoleh tujuan pembelajaran yang sesuai. Tentunya semua disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik pada masanya.Salah satu tujuan kurikulum merdeka adalah mengembalikan pembelajaran akibat pandemi Covid-19. Kurikulum ini dibuat dengan tujuan agar pendidikan di Indonesia bisa seperti di negara maju dimana  siswa memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ingin mereka pelajari. Pengertian Kurikulum Menurut  UU No. 20 Tahun 2003. Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional. Kurikulum merdeka belajar adalah kurikulum dengan berbagai muatan internal pembelajaran yang muatannya lebih optimal untuk memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk membiasakan diri dengan konsep dan memperkuat kompetensinya. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai sumber pengajaran untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan minat belajar peserta didik. Proyek dikembangkan dengan kebutuhan dan minat belajar siswa. Proyek dikembangkan berdasarkan tema-tema tertentu yang ditentukan oleh Pemerintah untuk memperkuat pencapaian Profil Pelajar Pancasila yang merupakan hasil akhir dari tujuan Kurikulum Merdeka. (//dipsd.kemdikbud.go.id/hal/kumer) Pelaksanaan Kurikulum Merdeka mengacu pada keputusan Kemendikbud Ristek yaitu harus sesuai dengan prinsip pelaksanaan pembelajaran. Didalam prinsip pelaksanaan pembelajaran ada proses interaksi antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar dan lingkungan belajar. Prinsip tersebut yakni pembelajaran direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, kelas direncanakan dan dilakukan untuk mengembangkan keterampilan dan karakter belajar sepanjang hayat, proses pembelajaran mendukung pengembangan keterampilan dan karakter peserta didik secara umum dan pembelajaran harus saling terkait.  Kurikulum Merdeka memiliki kelebihan antara lain: Sederhana tapi lebih fokus karena dengan menerapkan kurikulum merdeka peserta didik lebih fokus pada materi penting dan mengembangkan keterampilan siswa. Mandiri didalam kurikulum merdeka peserta didik diperbolehkan memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat, kemampuan dan keinginannya. Lebih Interaktif didalam kurikulum merdeka terdapat pembelajaran project yang menawarkan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran. Meskipun memiliki kelebihan, tetapi Kurikulum Merdeka juga memiliki kekurangan, yaitu : Kurang matang dalam persiapannya, mengingat Kurikulum Merdeka baru diresmikan serta diluncurkan oleh Mendikbudristek beberapa bulan yang lalu. Tentu pengkajian dan evaluasi yang lebih mendalam diperlukan agar penerapannya efektif dan tepat. Sistem pengajaran yang terencana dengan rinci karena jika melihat pelaksanaan didalam kurikulum merdeka sistem pengajarannya masih belum membahas dengan rinci mengenai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. dan Kurangnya kapasitas SDM karena persiapan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum merdeka membutuhkan waktu serta kemampuan guru yang mumpuni.

Pentingnya Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi

Oleh : Siti Noor Alifah Sebagai seorang guru, tentunya kita menyadari bahwa sejatinya setiap peserta didik berbeda satu dengan yang lainnya. Begitu banyak kebutuhan peserta didik yang harus dipenuhi. Tanpa disadari guru setiap harinya menghadapi peserta didik dengan berbagai macam keragaman. Tentunya dengan melihat banyak perbedaan antara satu peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, perlu adanya pembelajaran berdiferensiasi untuk memastikan bahwa peserta didik sukses dalam proses belajarnya.  Salah satu hasil penelitian Indah Septa Ayu Laia pada tahun 2022 yang dimuat dalam Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, menjelaskan bahwa implementasi pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.  Pembelajaran berdiferensiasi memberikan keleluasaan kepada guru untuk mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik dalam meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-beda. Menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang” peserta didik untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap peserta didik di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka disepanjang prosesnya. Guru dapat menerapkan penilaian berkelanjutan yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan peserta didik mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, peserta didik mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar peserta didiknya. Menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda. Guru pun harus pandai memanajemen kelas secara efektif, menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.  Implementasi pembelajaran berdiferensiasi dimulai dengan memetakan kebutuhan belajar peserta didik, yakni kesiapan belajar minat, dan profil belajar peserta didik. Penerapan kurikulum merdeka saat ini, pembelajaran berdiferensiasi sangat ditonjolkan dalam proses pembelajaran. Memang, pembelajaran berdiferensiasi tidaklah mudah diterapkan. Banyak sekali tantangan dalam usaha menjalankan pembelajaran berdiferensiasi. Persiapan guru yang memakan waktu lama, terbatasnya waktu belajar di kelas, kemampuan guru, dan masih banyak faktor lainnya. Namun jika guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, peserta didik dapat mengasah self management skillnya, merealisasikan pembelajaran yang didapat dengan kehidupannya, belajar pun dilakukan berdasarkan minat peserta didik, dan tentunya akan meningkatkan motivasi dan prestasi belajar peserta didik  Untuk itu pembelajaran berdiferensiasi harus diimplementasikan dalam merdeka belajar.

Menggali Makna “Kemerdekaan” dalam Kurikulum Merdeka

Oleh : Faizatur Rifqiyah Pendidikan di Indonesia saat ini tengah berada pada masa pemulihan kembali setelah badai Pandemi Covid-19 yang dapat dinilai berhasil Indonesia lalui, kondisi pendidikan Indonesia di masa pandemi yang menjadikan seluruh kegiatan pembelajaran beralih menjadi moda daring dengan segala keterbatasan dan tantangan yang dihadapi oleh seluruh pendidik dan juga peserta didik di Indonesia khususnya. Wilayah Indonesia yang luas dengan kekayaan geografis serta keragaman latar belakang ekonomi turut menyumbang kendala besar bagi terlaksananya pembelajaran di masa pandemi, ketidakmampuan dalam menyelenggarakan pembelajaran efektif menggunakan moda daring menjadi permasalahan yang sangat sulit diselesaikan sehingga berdampak pada menurunnya kualitas pembelajaran yang dilakukan selama pandemi Covid-19 yang secara langsung memberikan pengaruh pada kualitas Pendidikan Indonesia.  Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang menempatkan Indonesia dalam urutan ke 74 yang merupakan peringkat keenam dari bawah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa 7-% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA Indonesia tersebut tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam sepuluh hingga lima belas tahun terakhir. Kondisi tersebut diperparah dengan kondisi pandemi Covid-19 yang menjadikan adanya ketertinggalan pembelajaran (learning loss). Pemerintah berupaya mengatasi permasalahan tersebut dengan melakukan pemulihan pembelajaran, pemulihan tersebut dengan dilaksanakan Kurikulum Merdeka yang dikembangkan sebagai kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Konsep kurikulum merdeka sebenarnya telah selaras dengan pandangan Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus memperhatikan kodrat alam dan juga kodrat zaman. Ki Hadjar Dewantara (Eko Mujito, 2017) dalam Handiyani (2022) menjelaskan mengenai konsep pembelajaran adalah pembelajaran yang tidak menyalahi kodrat keberagaman telah manusia miliki, oleh karena hal tersebut pendidikan harulah tetap menjaga keberagaman yang ada dan tidak melakukan penyamarataan terhadap hal-hal yang tidak dapat disamakan.  Indarta dkk (2022) menjabarakan bahwa guru mempunyai hak dan kebebasan secara mandiri dalam memaknai kurikulum sebelum dilakukan pengajaran kepada peserta didik sehingga guru mampu mengakomodir setiap kebutuhan belajar peserta didik ketika proses pembelajaran. Kurikulum Merdeka Belajar merupakan langkah pendidikan Indonesia dalam upaya mengatasi persaingan sumber daya manusia secara global yang makin meningkat di abad-21. Kurikulum merdeka mengimplementasikan proses pembelajaran yang aktif serta kreatif. Pelaksanaan kurikulum ini bukan untuk mengganti kurikulum sebelumnya, namun sebagai upaya melaksanakan perbaikan sistem dari yang telah dijalankan (Achmad et al., 2022) dalam Aprima (2022:96).  Kemerdekaan yang ditawarkan dalam kurikulum Merdeka ini adalah bentuk kemerdekaan bagi guru sebagai pendidik dalam menyelenggarakan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kebutuhan belajar dan tingkat pemahaman belajar peserta didik karena mengacu pada learning loss yang terjadi selama Pandemi. Diberikannya kemerdekaan tersebut diharapkan mampu mengejar kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah maupun di setiap sekolah, kemerdekaan lainnya yang digaungkan dalam kurikulum ini adalah menitikberatkan pada pengetahuan yang esensial dan pengembangan peserta didik sesuai tingkat berpikirnya atau fase.  Kemerdekaan lain yang diberikan pada kurikulum ini adalah kemerdekaan bagi peserta didik khususnya pada jenjang SMA yang tidak lagi ditentukan mata pelajaran peminatan, namun peserta didik dibebaskan untuk memilih sendiri mata pelajaran yang diminatinya. Untuk sekolah pada penerapan kurikulum merdeka ini diberikan wewenang dalam pengembangan dan pengelolaan kurikulum serta proses belajar-mengajar yang disesuaikan dengan karakter satuan pendidikan dan peserta didik. Kemerdekaan lainnya yang dapat dirasakan dalam Kurikulum Merdeka ini adalah kebebasan yang bertanggung jawab dan kebebasan yang kreatif, guru bisa kreatif dan inovatif dalam pembelajaran, selain itu ada project kelas yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga membuat siswa tertantang untuk belajar. Materi pembelajaran kepada anak diberikan dengan kebebasan, bebas untuk disampaikan dari a sampai bisa diacak tergantung dari mana dulu yang harus kita kuasai dan kita kuasai oleh siswa.  Pada mata pelajaran matematika, hasil analisis diagnostik anak belum bisa konsep pembagian, maka guru bisa mengajarkan materi lain terlebih dahulu misalnya tentang sudut. Istilah RPP sekarang diganti dengan Modul Ajar. Modul ajar yang digunakan bisa sesuai dengan yang dari pemerintah atau berkreasi sendiri atau modifikasi dari yang dikeluarkan pemerintah. Sementara, di sekolah memanfaatkan modul ajar yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Capaian Pembelajaran, Tujuan, Alur Tujuan Pembelajaran kita masukan ke modul ajar. Satu Modul ajar bisa digunakan dalam satu semester dan cukup satu kali membuatnya. Hingga saat ini selama dilaksanakannya Implementasi Kurikulum Merdeka di seluruh jenjang pendidikan, terdapat perubahan-perubahan nyata yang dirasakan oleh siswa dan juga guru. Dampak yang dirasakan oleh guru dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka, yaitu: (1) Guru dituntut untuk kreatif inovatif dalam metode, media, dan teknik pembelajaran; serta (2) Pola pikir guru berubah dalam melaksanakan pembelajaran. Sedangkan bagi siswa, yaitu: (1) Siswa belajar dengan menyenangkan; (2) Siswa lebih bergairah jika tatap muka; serta (3) Ada Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Contoh Proyek Pengelolaan sampah; Proyek langsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dibiasakan seefektif mungkin untuk memanfaatkan sampah, dan ini cocok untuk pendidikan karakter. Dampak yang dirasakan dengan adanya Merdeka Belajar pada kurikulum ini adalah membawa kegembiraan pada diri siswa dari awal masa pandemi hingga sekarang. Implementasi Kurikulum Merdeka yang dilaksanakan saat ini adalah bentuk upaya pemerintah dalam mengatasi ketertinggalan pembelajaran (Learning loss) yang terjadi di Indonesia dan diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang secara nyata memberikan pengaruh pada menurunnya kualitas pendidikan Indonesia. Pelaksanaan kurikulum merdeka saat ini masih satu tahun pelaksanaan telah memberikan kondisi serta dampak yang baik dalam hal peningkatan kreativitas dan inovasi pendidik serta peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu dengan pelaksanaan kurikulum merdeka ini guru diberikan kemerdekaan dengan bebas menentukan strategi, model dan pembelajaran yang seperti apa yang akan diterapkan, serta kebebasan kepada peserta didik untuk belajar dengan cara yang bebas sesuai dengan karakteristiknya.  Daftar Pustaka  Handiyani, M., Muhtar, T. (2022). Mengembangkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Strategi Pembelajaran berdiferensiasi: Sebuah Kajian Pembelajaran dalam Persepektif Pedagogik-Filosofis. Jurnal basicedu. Vol. 6(4), 5817–5826. Indarta, Y., Jalinus, N., Samala, A. D., Riyanda, A. R., & Adi, N. H. (2022). Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Era Society 5 . 0. EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN Vol.4(2), Hal. 3011–3024. Aprima, D., Sari, Sasmita. (2022). Analisis Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka pada Pelajaran Matematika SD. Cendikia : Media Jurnal Ilmiah Pendidikan. Vol 13(1), Hal. 95–101.

BEST PRACTICE OF STORY TELLING SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN

Oleh : Dewi Fitriana Perkembangan teknologi saat ini tidak menutup kemungkinan berdampak positif maupun negatif pada perkembangan anak, Kecanggihan teknologi dengan keragaman aplikasi yang ditawarkan oleh pembuat jasa menjadi daya tarik orang tua membelikan untuk anaknya. Orang tua beranggapan bahwa teknologi akan memberi kemudahan anaknya dalam beraktivitas maupun belajar. Disisi lain, orang tua orang tua juga beranggapan bahwa adanya teknologi tersebut memberi ruang dalam bekerja dan anak lebih diam di rumah.  Kebiasaan anak menggunakan gadget juga akan mengikis kebiasaan yang dulu pernah dilakukan orang tua di rumah. Contohnya peran ibu bercerita atau mendongeng kepada anak-anaknya sebelum tidur. Kedekatan emosional anak terhadap orang tua terjalin baik. Akan tetapi, kondisi ini berubah ketika perkembangan teknologi yang tidak diimbangi filter orang tua. Kebiasaan-kebiasaan yang dulu sering dipakai orang tua dalam mendidik karakter anak sekarang sudah ditinggalkan. Padahal dengan kondisi yang demikian, orang tua sudah kehilangan momen indah dalam kehidupan anak-anak mereka. Tidak ada kedekatan antara orang tua dan anak. Kepekaan sosial hilang tergantikan dengan manusia-manusia robot yang tanpa perasaan. Permasalahan tersebut menjadi persoalan yang perlu ditangani. Mindset orang tua terhadap perkembangan teknologi juga perlu diarahkan dengan baik. Membudayakan kegiatan yang dulu pernah ada perlu diterapkan lagi. Salah satunya kebiasaan mendongeng atau story telling sebelum tidur. Story telling menjadi media yang tepat untuk membangun karakter dan penanaman nilai moral dan etika pada diri anak. Melalui aktivitas bercerita anak dapat memahami karakter dari setiap tokoh yang ada dalam buku, bahkan anak dapat secara mandiri mengenal tokoh baik dan tokoh jahat dari sebuah cerita. Secara tidak langsung anak-anak dapat membedakan mana tokoh yang memiliki sifat baik dan mana tokoh yang memiliki sifat buruk. Melalui kegiatan story telling, anak akan terbiasa menyerap pengetahuan dan pengalaman berbeda.  Story telling memberikan pengalaman bagi anak dalam proses pembelajarannya. Kegiatan story telling mendukung pemahaman anak dan sangat penting dalam perkembangan bahasa anak. Selain itu juga dengan kegiatan story telling membantu anak memahami berbagai perbedaan multicultural. Story telling menjelaskan ada empat aspek yang mendasari cerita pada anak diantaranya adalah (1) mengingat informasi penting lebih banyak dan lebih luas ketika guru berbicara tentang cerita yang sudah dibaca; (2) ambil peran yang mereka ketahui ketika menceritakan kisah; (3) tempatkan kegiatan bercerita dengan urutan yang benar; (4) gunkan bahawa bercerita ketika menceritakan kembali sebuah cerita. Kegiatan story telling pada anak sama dengan memberikan mereka referensi positif sekaligus menstimulasi otak anak. Anak kemudian mempunyai role model yang mereka jadikan teladan dan jika referensi positif ini tidak diberikan maka kemungkinan besar anak berkembang dengan karakter yang buruk. Story telling erat kaitannya dengan naskah atau teks yang akan dibacakan. Untuk itu, pemilihan buka merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan. Maka dalam memilih buku atau cerita disesuaikan usia anak serta didalamnya berisi nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada anak. Konten buku cerita akan memberi pengaruh pada pembentukan karakter anak. Oleh karena itu, peran orang tua dalam menyortir buku juga diperlukan. Tidak sekedar hanya bercerita saja melainkan banyak peran yang perlu dilakukan. Untuk itu, menganalisis buku cerita sebelum dibacakan merupakan tahapan yang perlu dilakukan.   Sukses atau tidaknya dalam menerapkan pendekatan story telling pada anak dipengaruhi beberapa hal. Pertama habituasi (mendidik bukan mendadak), artinya membiasakan sejak dini story telling sebelum tidur. Memberi waktu untuk terbiasa dan kebiasaan ini harus dilakukan dengan “pendampingan”. Dukungan orang tua sangat diperlukan dalam menanamkan pendidikan karakter lewat media story telling. Hal ini dikarenakan mendidik itu butuh waktu dan proses. Orang tua harus lebih sabar dan telaten dalam pembiasaan bercerita. Kedua, karakter itu erat kaitannya dengan pendidikan. Artinya mendidik itu tidak sekedar “transfer of knowledge” tetapi lebih dari itu “transfer of character”. Story telling tidak hanya pengetahuan yang didapatkan melainkan nilai-nilai karakter juga didapatkan. Pengetahuan ini yang biasanya orang tua atau masyarakat salah mengartikan dari kegiatan bercerita. Penanaman nilai karakter dengan kegiatan story telling merupakan sebuah dasar dalam penanaman nilai karakter di sejak dini.