Jowonews

BNPB: Tidak Mungkin Selter Pengungsi Andalkan Pemerintah

JAKARTA, Jowonews.com – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan penyediaan selter atau tempat penampungan sementara bagi korban bencana yang mengungsi di daerah tidak sepenuhnya mengandalkan dukungan pemerintah. “Penyediaan selter ini juga bisa kita harapkan menjadi salah satu upaya dari masyarakat yang mungkin saja lahannya merupakan lahan publik,” katanya di Jakarta, Senin. Ia mengatakan balai desa, masjid, gereja, dan pura yang berada di tepi pantai bisa difungsikan menjadi selter saat ada kejadian bencana mengingat keterbatasan kemampuan pemerintah untuk membangun tempat penampungan sementara pengungsi di seluruh daerah. “Apalagi jika melihat kebutuhan selter di sepanjang ratusan kilometer pantai barat Sumatera,” kata dia. Kawasan yang rawan menghadapi gempa dan tsunami seperti pantai selatan Pulau Jawa, bagian timur Indonesia termasuk Sulawesi, Maluku, Palu, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur juga luas. Pemerintah tidak mungkin bisa menyediakan tempat penampungan di seluruh wilayah tersebut. “Kalau sebanyak itu tentu tidak mungkin,” katanya. Oleh karena itu, BNPB menawarkan fasilitasi bagi lembaga/instansi maupun pendonor yang ingin membantu menyediakan selter di daerah rawan gempa dan tsunami. (jwn5/ant)

Kemensos Telah Salurkan RP15 Miliar Bantuan ke Korban Bencana Banjir

JAKARTA, Jowonews.com – Kementerian Sosial (Kemensos) sudah menyalurkan bantuan senilai hampir Rp15 miliar untuk mendukung penanganan dampak banjir dan tanah longsor yang melanda kawasan Jabodetabek dan Banten pada awal tahun. “Saat ini kurang lebih hampir Rp15 miliar termasuk untuk santunan ahli waris korban meninggal,” kata Menteri Sosial Juliari P Batubara di Jakarta, Jumat. Kementerian Sosial antara lain menyalurkan bantuan berupa logistik penanggulangan bencana, makanan siap saji, beras, selimut, tenda, peralatan kebersihan, dan perlengkapan sekolah ke daerah banjir di Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) dan Lebak, Banten. Saat meninjau posko induk penanggulangan bencana Kemensos di Gedung Cawang Kencana Jakarta, Menteri Sosial mengatakan bahwa saat ini Kemensos masih memiliki stok logistik dengan nilai total Rp22 miliar.   Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos Rachmat Koesnadi menjelaskan, stok logistik sejak awal tahun sudah dikirim ke gudang-gudang logistik di provinsi dan kabupaten/kota untuk stok penyangga supaya bisa segera disalurkan saat bencana terjadi. Kemensos punya tiga gudang logistik regional, yakni gudang logistik di Palembang untuk wilayah Sumatera, gudang logistik di Bekasi untuk wilayah Jawa, dan gudang logistik Makassar untuk wilayah Indonesia timur. Guna menghadapi kemungkinan terjadinya bencana selama musim penghujan, Kemensos juga menyiagakan posko induk penanggulangan bencana untuk merespons cepat setiap kejadian bencana. (jwn5/ant)

Mahasiswa UNS Ciptakan Robot Pencari Korban Bencana

SOLO, Jowonews.com – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menciptakan alat penemu korban bencana di lokasi yang tidak terjangkau oleh manusia. “Kami menciptakan prototipe robot untuk mencari keberadaan korban ketika ada bencana,” kata salah satu mahasiswa Syaifullah Filard Latifah di Solo, Jumat. Ia mengatakan alat berbentuk robot yang diberi nama Rescue UGV ini bisa digunakan di zona-zona sulit, di antaranya gunung berapi yang masih aktif, zona yang terkena kebakaran hutan, dan zona yang terpapar radioaktif. Ia mengatakan Rescue UGV dilengkapi dengan kamera dan infra merah sehingga bisa mendeteksi suhu tubuh manusia. “Manusia akan terlihat berwarna merah kuning saat dideteksi menggunakan infra merah. Kemudian robot ini dikendalikan dengan jaringan internet. Scan pakai kamera infrared yang bisa melihat suhu tubuh sehingga bisa diketahui itu manusia apa bukan, masih hidup atau sudah meninggal,” katanya. Ia mengatakan alasan diciptakannya alat yang sudah dibuat sejak tiga bulan lalu tersebut karena banyak daerah di Indonesia yang sering terkena bencana alam. “Bencana bisa sewaktu-waktu datang, dari situlah kami memiliki ide untuk membuat alat pendeteksi atau pencari korban bencana. Apalagi selama ini kita terkadang terkendala untuk mendeteksi keberadaan korban,” katanya. Mahasiswa lain yang juga masuk dalam tim penemu, Taufik Widyastama mengatakan ke depan alat tersebut akan terus dikembangkan supaya kemampuannya bisa bertambah. “Nantinya kami akan memakai pemancar portabel agar bisa digunakan seluas-luasnya, karena masih prototipe maka saat ini masih pakai wifi handphone atau router, jadi hanya bisa 10 meter,” katanya. Ia mengatakan saat ini roda robot tersebut didesain seperti tank dan prototipe ini masih berukuran kecil. Nantinya, dikatakannya, robot akan dibuat lebih panjang agar lebih stabil ketika melintasi medan sulit, seperti saat berada di tanah longsor atau di jurang. “Ke depan robot juga akan dirancang supaya bisa digunakan berkomunikasi dua arah. Saat ini robot baru bisa mentransmisikan suara dari lapangan,” katanya. Sementara itu, selain Syaifullah dan Taufik, mahasiswa lain yang juga tergabung dalam tim yaitu Nada Syadza Azizah. Ketiganya merupakan mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik UNS. (jwn5/ant)