Jowonews

Pencari Ikan Tewas Tenggelam di Rawa Kudus

KUDUS, Jowonews- Seorang pencari ikan di kawasan rawa di Desa Bulung Kulon, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, yang sebelumnya dikabarkan hilang, Kamis (18/2) pagi, ditemukan dalam kondisi meninggal tenggelam di rawa tersebut. “Korban bernama Basiran (59) pada Rabu (17/2) siang memang diketahui oleh keluarganya mencari ikan dengan sampan di rawa yang ada di Dukuh Karang Rawa, Desa Bulung Kulon,” kata Camat Jekulo Wisnu Brata Jayawardhana di Kudus, Kamis (18/2). Akan tetapi, lanjut dia, hingga malam hari belum juga pulang, sehingga keluarganya melaporkan kepada pemerintah desa setempat. Kemudian BPBD Kudus bersama berbagai pihak, termasuk jajaran Kecamatan Jekulo dan aparat keamanan ke lokasi kejadian untuk melakukan pemetaan. Di lokasi tempat korban mencari ikan, juga ditemukan sepeda kayuh dan sampan yang digunakan korban. Kemudian Kamis (18/2) pukul 05.00 WIB, korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Kedalaman rawa tersebut, kata dia, berkisar 1-1,5 meter, menyusul tingginya curah hujan di daerah setempat sehingga semakin menambah ketinggian genangan airnya. Kepala Pelaksana Harian BPBD Kudus Budi Waluyo membenarkan bahwa tim BPBD Kudus sudah melakukan proses pencarian dan penyisiran di lokasi kejadian pada Rabu (17/2) malam. Sementara laporan adanya orang tenggelam di rawa, kata dia, diketahui Rabu (17/2) pukul 19.00 WIB, setelah dihubungi oleh pemerintah desa setempat. “Pencarian korban dilakukan hingga pukul 22.30 WIB. Kemudian Kamis (18/2) sekitar pukul 05.00 WIB ditemukan sehingga operasi pencarian ditutup pukul 06.00 WIB,” ujarnya.

Harga Kedelai Impor Kembali Naik

KUDUS, Jowonews- Harga jual kedelai impor yang menjadi bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe kembali naik di Kudus. Harganya kini menjadi Rp9.800 per kilogram dari sebelumnya yang hanya Rp9.750 per kilogram. “Kenaikan Rp50/kg tersebut terjadi mulai hari ini (16/2). Sebelumnya juga sudah ada kenaikan secara bertahap karena harga kedelai impor normalnya berkisar Rp6.500/kg. Alasan kenaikan sebelumnya karena keterlambatan pengiriman dari negara asal, yakni Amerika. Faktor lainnya adalah kenaikan indeks harga sehingga turut mempengaruhi harga jualnya di pasaran,” kata Manajer Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Kabupaten Kudus Amar Ma’ruf di Kudus, Selasa. Kenaikan harga jual kedelai impor saat ini, kata dia, termasuk yang tertinggi selama beberapa tahun terakhir. Kenaikan harga jual kedelai sebelumnya berkisar Rp9.000 per kg, sedangkan saat ini mendekati angka Rp10.000/kg. Para perajin tahu maupun tempe di Kudus sudah merespons kenaikan harga jual komoditas tersebut dengan menaikkan harga produknya. Jika kenaikannya terlalu tinggi biasanya permintaan semakin menurun. “Untuk itu, setiap produsen tahu dan tempe dituntut bisa melakukan efisiensi produksi demi kelangsungan usahanya. Karena menaikkan harga jual di pasaran juga tidak mudah,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Lonjakan harga jual kedelai saat ini, dimungkinkan ada produsen tahu atau tempe yang menghentikan produksinya sementara karena daya beli masyarakat juga menurun. Alternatif kedelai yang biasanya ada kedelai lokal, hingga saat ini belum tersedia. Stok kedelai impor saat ini mencapai 30 ton dan masih bisa ditambah karena stok di distributor besar juga tersedia dalam jumlah besar. Sementara permintaan kedelai impor per hari berkisar antara 10-20 ton. Jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai sekitar 300 pengusaha. Mereka tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo dan Jati.

Gerakan “Jateng di Rumah Saja” Diminta Ditinjau Ulang

KUDUS, Jowonews- Pedagang Pasar Kliwon Kudus yang tergabung dalam Himpunan Pedagang Pasar Kliwon (HPPK) minta kepala daerah meninjau kembali kebijakan menutup pasar tradisional selama dua hari di akhir pekan. Apalagi di akhir pekan transaksi lebih besar di banding hari-hari sebelumnya.  “Kami mohon kepada pihak pembuat kebijakan, baik Gubernur atau Bupati untuk meninjau kembali kebijakannya atau membatalkan rencana penutupan tanggal 6-7 Februari 2021,” kata Ketua HPPK Sulistiyanto di Kudus, Kamis (4/2).  Ia memastikan pedagang akan merugi jika benar-benar harus libur dua hari di akhir pekan, karena trend transaksinya saat ini tengah naik seiring menjelang bulan puasa. Akhir pekan juga bisa disebut sebagai masa panen pedagang untuk meraih transaksi yang lebih besar karena biasanya memang banyak kunjungan ke pasar. Sementara selama masa pandemi Covid-19, transaksi penjualan para pedagang cenderung turun. Adanya tren penjualan yang positif saat ini tentunya ingin dilanjutkan tanpa mengabaikan protokol kesehatan.  Berdasarkan rapat terbatas pengurus HPPK Kudus menyampaikan keberatan atas ditutupnya pasar tradisional, termasuk Pasar Kliwon dalam rangka gerakan “Jateng di rumah saja”. Hal itu diyakini akan mengganggu roda perekonomian tidak hanya dari pedagang, tetapi menyangkut pula upah karyawan, pemasok , penyetor dan pelaku pasar lainnya, seperti tukang parkir, kuli panggul, penarik becak, maupun jasa ojek.  Jika tujuan libur dua hari untuk menekan kasus Covid-19, kata dia, pedagang juga sudah berupaya melaksanakan kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Bahkan melaksanakan pam swakarsa.  “Kami pelaku pasar sanggup melaksanakan prokes yang diperketat di lingkungan pasar tradisional dan sanggup mengadakan satgas swadaya untuk penegakan prokes di pasar tradisional,” ujarnya sebagaiman dilansir Antara. Pemberitaan sebelumnya, Pemkab Kudus mendukung gerakan “Jateng di rumah saja” dengan menutup pasar tradisional dan pusat perbelanjaan serta pedagang kaki lima selama dua hari pada akhir pekan. Hal ini untuk menekan kasus Covid-19 dengan tetap mempertimbangkan kearifan lokal.  Apalagi di Kudus terdapat beberapa pabrik besar dan hari Sabtu masih tetap ada aktivitas kerja. Bahkan ada perusahaan yang mesin produksinya harus beroperasi selama 24 jam.

Ribuan Nakes di Kudus Segera Divaksin Covid-19

KUDUS, Jowonews– Ribuan tenaga kesehatan (nakes) di Kudus diprioritaskan dalam program vaksinasi setelah kabupaten ini menerima 11.280 vaksin Covid-19.  “Vaksin Covid-19. baru saja kami ambil pada hari Sabtu (23/11) di Gudang Farmasi Provinsi Jateng,” kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kudus Andini Aridewi di Kudus. Pelaksanaan vaksinasi mulai 25 hingga 28 Januari 2021 sebagai tahapan vaksinasi yang pertama. Tempat pelaksanaan vaksinasi di sejumlah fasilitas kesehatan, meliputi 19 puskesmas, dua klinik, dan delapan rumah sakit. Sementara itu, nakes di tempat itu sudah siap melaksanakan vaksinasi karena sebelumnya mereka mendapatkan pelatihan sejak akhir November 2020. Ia menyebutkan jumlah nakes berdasarkan basis data di Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK) Kudus mencapai 5.618 orang.  Meskipun sudah divaksin, nakes maupun masyarakat diminta untuk tetap disiplin terapkan protokol kesehatan. Mulai dari disiplin memakai masker, rajin mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Tanpa dukungan masyarakat, maka upaya pemkab menuju zona aman sulit dicapai karena hingga kini Kabupaten Kudus masih bertahan di zona oranye dengan penularan virus corona tingkat sedang.

Temanggung dan Kudus Segera Punya Alat Pendeteksi Gempa

BANJARNEGARA, Jowonews –Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) segera memasang alat pendeteksi gempa di Kabupaten Temanggung dan Kudus, Jawa Tengah, sebagai salah satu upaya mitigasi bencana. “BMKG segera memasang ‘shelter seismograph’ sebagai alat deteksi gempa di Kabupaten Temanggung dan Kudus pada tahun 2021,” kata Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara (BMKG Banjarnegara) Setyoajie Prayoedhie di Banjarnegara, Kamis (31/12). Dia mengatakan pemasangan alat pendeteksi gempa tersebut bertujuan untuk memantau aktivitas kegempaan di wilayah Kabupaten Temanggung, Kudus dan sekitarnya. “Pemasangan alat bertujuan untuk memantau aktivitas kegempaan di dua wilayah tersebut serta wilayah kabupaten lain di sekitarnya, sekaligus juga untuk memperkuat jejaring pemantauan gempa di wilayah Republik Indonesia,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Dia menambahkan bahwa Stasiun Geofisika Banjarnegara bersama perwakilan koordinator BMKG Provinsi Jawa Tengah telah melakukan pertemuan dengan pihak pemerintah kabupaten terkait rencana pemasangan alat tersebut. Dia mengatakan pemasangan alat pendeteksi gempa tersebut diharapkan juga akan bermanfaat bagi penguatan jejaring pemantauan gempa di Indonesia. “Selain itu juga diharapkan dapat mendukung upaya mitigasi bencana agar lebih optimal,” katanya. Dia mengatakan, pihaknya juga telah mempersiapkan sejumlah agenda pada tahun 2021 dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19. “Contohnya adalah kami akan mengadakan kegiatan sekolah lapang gempa di Purworejo dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan yang sangat ketat,” katanya. Dia menambahkan, pihaknya juga menurut rencana akan melakukan kerja sama dengan pihak Pemkab Wonosobo terkait rencana kajian kerentanan seismik atau gempa di wilayah setempat. Dia menambahkan pada 2021,  pihaknya akan terus menyosialisasikan potensi cuaca ekstrem guna mendorong kesiapsiagaan masyarakat di wilayah setempat. “Kami terus mengintensifkan sosialisasi mengenai tanggap bencana gempa dan antisipasi potensi cuaca ekstrem,” katanya. Melalui program tersebut, kata dia, pihaknya ingin senantiasa mengingatkan bahwa peningkatan curah hujan juga dapat meningkatkan potensi bencana hidrometeorologis seperti banjir, longsor dan juga angin kencang. “Karena itu kami ingin meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai potensi bencana hidrometeorologis seperti banjir, longsor, angin kencang.Akibat meningkatnya intensitas curah hujan di Banjarnegara,” katanya. Dalam program tersebut, kata dia, pihaknya juga ingin mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya upaya mitigasi bencana gempa. “Masyarakat diimbau untuk senantiasa memeriksa keadaan struktur rumah bangunan secara berkala untuk meminimalisasi potensi kerusakan akibat gempa,” katanya. Selain itu masyarakat juga diimbau untuk senantiasa mengikuti prosedur keselamatan dan mengikuti jalur evakuasi apabila bencana gempa terjadi. “Masyarakat diimbau untuk selalu mengikuti informasi terkini terkait kebencanaan dari sumber terpercaya,” katanya.

Akhir Tahun, Kudus Tutup Semua Obyek Wisata

KUDUS, Jowonews- Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memutuskan untuk menutup semua objek wisata yang ada di Kudus selama tiga hari sejak 31 Desember 2020 hingga 2 Januari 2021. Hal ini Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerumunan pada libur akhir tahun yang berpotensi meningkatkan penularan virus corona. “Keputusan penutupan semua objek wisata diambil setelah menggelar rapat bersama Forkopimda dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait pada Selasa (22/12) malam. Demi mencegah melonjaknya kasus COVID-19, maka diputuskan ditutup selama tiga hari,” kata Pelaksana Tugas Bupati Kudus Hartopo di Kudus, Rabu (23/12). Ia mengingatkan objek wisata yang dimaksudkan, yakni desa wisata, semua daya tarik wisata serta kolam renang. Sementara pada 31 Desember 2020, kata dia, Pemkab Kudus juga menginstruksikan penutupan tempat usaha mulai dari pasar modern, rumah makan, warung makan, restoran, cafe, tempat bermain anak, tempat rekreasi dan olahraga serta pedadang kaki lima. “Khusus tempat usaha tersebut, tutupnya mulai pukul 20.00 WIB,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Ia mengingatkan jika ada yang melanggar, maka dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Bupati Kudus nomor 41/2020 tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit virus corona di Kabupaten Kudus. Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus Bergas Catursasi Penanggungan mengungkapkan surat edaran dari bupati tersebut akan ditindaklanjuti dengan surat edaran dari dinas. “Nantinya, akan kami sampaikan kepada masing-masing pengelola daya tarik wisata, desa wisata serta kolam renang,” ujarnya. Ia berharap dukungan semua pihak bahwa keputusan pemerintah tersebut dalam rangka mencegah adanya penularan virus corona di Kabupaten Kudus, terutama pada masa liburan Tahun Baru. Terkait surat edaran penutupan objek wisata, Manajer Marketing Mubarok Food Muhammad Kirom mengakui belum menerima surat edaran tersebut secara resmi. “Saya mengetahui hal itu melalui media sosial pertemanan bahwa ada penutupan semua daya tarik wisata. Jika sudah menerima suratnya, kami akan membahasnya di internal perusahaan,” ujarnya. Mubarokfood Cipta Delicia tidak hanya menjajakan makanan khas Kota Kudus, seperti jenang Kudus melainkan juga memiliki Museum Jenang yang merupakan wisata edukasi. Koleksi yang ada, mulai dari miniatur Menara Kudus, diorama Pasar Bubar, rumah adat kudus, galeri Alquran, miniatur rumah kembar, rumah kapal, koleksi media promosi Nitisemito serta beberapa koleksi lainnya.

Penerimaan Pajak Kudus Lampaui Target

KUDUS, Jowonews- Realisasi penerimaan pajak daerah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, hingga tanggal 15 Desember 2020 mencapai Rp114,44 miliar atau 105,81 persen dari target sebesar Rp108,15 miliar. Hal ini menyusul banyak sektor usaha yang mulai bergeliat di tengah pandemi virus corona. “Pada akhir November 2020, kami mencatat sudah banyak pos penerimaan pajak yang realisasinya melampaui target, meskipun ada pula yang masih kosong dan realisasinya masih sangat rendah,” kata Kepala Badan Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kudus Eko Djumartono melalui Kepala Bidang Perencanaan dan Operasional Pendapatan Daerah Famny Dwi Arfana di Kudus, Rabu. Ia mencatat dari 11 pos penerimaan pajak daerah hanya tiga pos yang realisasinya di bawah 100 persen dan salah satunya nihil. Pos penerimaan yang masih kosong, yakni pajak pengambilan bahan galian golongan C/mineral bukan logam dan batuan. Sedangkan pos penerimaan pajak sarung burung walet realisasinya hingga kini baru Rp7,97 juta dari rencana Rp17,8 juta, lansir Antara. Untuk bahan galian golongan C, kata dia, hingga kini memang belum ada izin dari Pemprov Jateng sehingga aktivitas galian C belum normal seperti sebelumnya. Sementara untuk sarang burung walet, kata dia, ada satu perusahaan besar yang tutup dan yang ada sekarang perusahaan kecil. Pemasukan yang tercatat saat merupakan penerimaan sebelum masa pandemi. Sedangkan saat pandemi justru sepi transaksi. Dari 11 pos penerimaan pajak daerah di Kabupaten Kudus, meliputi pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, dan pajak penerangan jalan. Pajak lainnya, yakni pajak mineral bukan logam batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, PBB, dan bea perolehan hak tanah bangunan. Pos penerimaan pajak yang capaiannya paling tinggi, yakni pajak restoran mencapai Rp6,23 miliar atau 116,07 persen dari target sebesar Rp5,37 miliar. Sedangkan sumbangan untuk pendapatan asli daerah (PAD) terbesar berasal dari pajak penerangan jalan sebesar Rp45,18 miliar dan saat ini baru terealisasi 92,73 persen dari target sebesar Rp48,73 miliar. 

Akhir Desember Ini, Kudus Punya City Walk

KUDUS, Jowonews- Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, memastikan bahwa pembangunan kawasan pedestrian atau City Walk di Jalan Sunan Kudus bisa selesai sesuai jadwal. Sehingga akhir Desember 2020 sudah bisa dimanfaatkan pedagang kaki lima untuk berjualan. “Hingga kini, progres pengerjaannya sudah sesuai perencanaan. Bahkan, selalu melampaui target tiap pekannya karena saat sekarang pun mengalami deviasi (penyimpangan) positif,” kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Kudus Arif Budi Siswanto di Kudus, Jumat (11/12). Dengan realisasi pengerjaan tersebut, dia optimistis, bahwa proyek pembangunan tersebut bisa selesai tepat waktu, yakni pada tanggal 18 Desember 2020. Setelah selesai dikerjakan, kata dia, bisa dimanfaatkan kembali seperti sebelumnya. Hanya saja, soal teknis penempatan kembali PKL di kawasan pedestrian menjadi ranahnya Dinas Perdagangan. Apalagi, lanjut dia, terdapat beberapa kawasan yang dibangun beberapa ikon Kota Kudus sehingga mengurangi lahan untuk berjualan para PKL. Pengaturan PKL bisa berjualan kembali diserahkan dinas terkait. Sebelum menempati lokasi tersebut, juga perlu ada rapat koordinasi antara Dinas PUPR, PKPLH dan Dinas Perdagangan Kudus untuk mengatur soal sampah, ketersediaan air bersih, lahan yang bisa dipakai berjualan serta ketersediaan energi listrik untuk pedagang. Sehingga ketika menempati tidak ada lagi permasalahan yang dihadapi pedagang. Pengawas Proyek Pembangunan City Walk Kudus Tri Hardiyanto mengungkapkan progres pembangunannya hingga saat ini sebesar 83 persen dan hingga tanggal 18 Desember 2020 dipastikan sudah selesai. “Progres pembangunan saat ini juga mengalami deviasi 18 persen sehingga sebelum batas akhir kontrak, tentunya sudah selesai semuanya,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Selama menjalankan tugas pengawasan, dia mengakui, belum menemukan permasalahan berarti. Hanya permintaan dari masing-masing pemilik toko agar penempatan lampu tidak menghalangi pintu utamanya. Hal tersebut, kata dia, terpaksa mengubah perencanaan karena menyesuaikan kondisi di lapangan. Permintaan serupa juga disampaikan masing-masing pemilik toko dengan harapan tidak mengganggu akses pembeli. Terkait dengan bahan-bahan material bangunan yang digunakan, kata dia, sejauh ini sudah sesuai spesifikasi yang direncanakan sebelumnya. Bahkan, beberapa sampel granit juga ditunjukkan kepada pimpinan guna memastikan kualitasnya memang sesuai rencana. Pembangunan kawasan pedestrian dimulai dari pojok Alun-alun Kudus hingga jembatan Sungai Gelis di Jalan Sunan Kudus dengan panjang jalan 562 meter dan lebar jalan eksisting rata-rata sekitar 22 meter. Konsepnya “City Walk” tersebut, akan menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi pejalan kaki yang dilengkapi dengan berbagai ornamen yang menjadi simbol budaya khas Kudus. City Walk Sunan Kudus menjanjikan spot swafoto yang kekinian. Sementara keberadaan para PKL, yang berjajar di sepanjang Jalan Sunan Kudus pada malam harinya akan menjadi magnet wisata baru di Kudus sehingga menjadi daya tarik wisata.