Nanas Madu Pemalang, Nanas Mungil dan Legit yang Potensial Menjadi Buah Khas Setempat
PEMALANG – Siapa yang tidak kenal nanas kecil ini? Memiliki rasa manis seperti madu, sehingga sering disebut nanas madu atau nanas Pemalang. Tahukah kamu mengapa nanas madu ini banyak ditemukan di selatan Kabupaten Pemalang? Sejak kapan buah manis di Pemalang ini ada? Dikutip dari Detik Jateng, Kepala Dinas Pangan dan Budidaya Pemalang (TPH), Imam Murtarto menceritakan perjalanan nanas yang kini menjadi ikon di kerajaan Pemalang. Mengutip dari Buku Persyaratan Indikasi Geografis (IG) Nanas Madu Pemalang yang disusun Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kabupaten Pemalang Tahun 2022, Imam mengatakan nanas madu ternyata berasal dari Bogor. Para tokoh mengatakan bahwa nanas dibawa pada tahun 1942 oleh seorang tokoh masyarakat dari desa Beluk, Kabupaten Belik, Pemalang bernama Karya Sumar atau Karya Wiyana dan Surjayus juga seorang tokoh agama. “Tahun itu, setelah melakukan wisata religi di wilayah Bogor, dia membawa oleh-oleh nanas nanas ratu,” katanya. Nanas ratu memiliki ciri khas yakni daun dan mahkota berduri, anakannya ada banyak, mata buah menonjol, daging buah matang berwarna kuning cerah, kering dan manis. “Saat sampai di Beluk, buahnya bagian atas dibuang ke pekarangan. Tanpa sengaja, bagian atas buahnya tumbuh. Saat tumbuh, nanas itu kemudian dijadikan lahan konservasi di daerah perbukitan yang rawan longsor, sekalian dibudidayakan,” jelas Imam. Pada tahun 1975, Nanas Ratu tumbuh secara alami di desa Beluk dan sekitarnya. “Semula Nanas Ratu yang dikembangkan, ini hasilnya berbeda dari Nanas Ratu saat perjalanan waktu ditanam di Beluk. Buah nanasnya memiliki rasa yang sangat manis, dengan ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan nanas pada umumnya. Ini terpengaruh dengan kondisi geografis juga,” jelas Imam. Dipengaruhi oleh kelembaban udara yang selalu terjaga dengan adanya embun, bahkan di musim kemarau pun nanas Ratu Beluk tetap tumbuh dengan rasa yang manis dan ukuran yang kecil. Media penanaman nanas juga berbeda dengan bidang lainnya, yakni dengan media batu. “Dulu orang tidak menyebutnya nanas madu atau nanas Pemalang tapi nanas batu, karena tumbuh di tanah dan bebatuan,” kata Imam. Lama kelamaan nanas batu ini disebut nanas madu karena rasanya yang seperti madu. “Budidaya nanas di wilayah Pemalang berkembang pesat, menyebar ke beberapa wilayah di Kecamatan Belik dan kecamatan lainnya,” kata Imam. Pada tahun 2000-an, nanas madu tersebar di kecamatan Belik, terutama di desa Mendelem, Gunungjaya, Gombong, Kuta, Badak dan Gunungtiga. Pada tahun 2015, nanas madu mulai diperkenalkan ke desa Simpur, Sikasur, Kalisaleh, hingga kecamatan Pulosari, Watukumpul, Moga, Randudongkal dan Warungpring. Saat ini Pemerintah Kabupaten Pemalang sedang mengajukan hak Indikasi Geografis (IG) untuk Nanas Madu Pemalang ini. Hak IG terdaftar di Kantor Nasional Kekayaan Intelektual. Dengan hak IG, kata Imam, nanas madu merupakan produk potensial di Pemalang yang akan bersertifikat IG dan menjadi milik bersama masyarakat. Selanjutnya Nanas Madu juga bisa menggunakan nama “Nanas Madu Pemalang”. Menurut data Dinas Pertanian Pemalang, kebun nanas madu Pemalang saat ini memiliki luas lebih dari 2.000 hektar. Tanah ini tersebar di 4 kecamatan yaitu Belik, Watukumpul, Moga dan Pulosari. Areal budidaya nanas madu terluas ada di kabupaten Belik, seluas 1,8 ribu hektar. Hasil panen nanas madu di Belik bisa mencapai 19.300 ton, mendominasi total panen seluruh wilayah Pemalang sebesar 21.700 ton.