Soto Gading, Kuliner Favorit Masyarakat Solo yang Menawarkan Cita Rasa Tak Terlupakan
Soto Gading, kuliner khas Solo, menawarkan cita rasa unik yang menjadi favorit masyarakat dan pejabat, termasuk Presiden Jokowi.
Soto Gading, kuliner khas Solo, menawarkan cita rasa unik yang menjadi favorit masyarakat dan pejabat, termasuk Presiden Jokowi.
SURAKARTA – Menjelang berbuka puasa, kehadiran minuman dingin yang segar dan manis selalu dinanti. Salah satu pilihan yang tidak pernah lekang dari ingatan adalah es dawet telasih bu Dermi, yang menjadi primadona di pasar Gede Kota Solo. Di balik namanya yang terdengar sederhana, es dawet ini menyimpan cita rasa yang luar biasa. Satu mangkok es dawet ini menjadi paduan sempurna dari beragam bahan, termasuk cendol, bubur sumsum, ketan hitam, tape, dan biji selasih. Semuanya disiram dengan kuah santan yang kaya rasa, yang ditambahi dengan pemanis alami. Tak heran jika setiap tegukan menghadirkan kenikmatan yang tak terlupakan. Es dawet telasih bu Dermi telah menjelma menjadi legenda kuliner yang dikenal oleh banyak kalangan. Bagi mereka yang menginginkan sentuhan gurih dan kesegaran dalam satu sajian, es dawet ini adalah pilihan yang tepat. Dan yang menarik, meskipun memiliki cita rasa yang istimewa, harganya tetap terjangkau bagi semua kalangan. Untuk menikmati satu porsi es dawet telasih bu Dermi, pembeli hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp11,000 hingga Rp12,000. Selama bulan Ramadan, sajian ini selalu menjadi favorit sebagai pembuka berbuka puasa. Kehadirannya bukan hanya sekadar minuman, melainkan juga sebagai penyejuk hati dan pelepas dahaga setelah seharian menahan lapar dan haus. Es dawet telasih bu Dermi, tak hanya sekadar minuman, tapi juga sebuah warisan rasa yang tiada duanya.
SURAKARTA – Di Pasar Gede Solo, Kedai Titilaras menarik perhatian dengan konsep uniknya di tengah popularitas kedai kopi dan teh di Kota Solo. Pemilik kedai, Arkha Tri Maryanto (31), menciptakan pengalaman interaktif tanpa menu dan jam buka yang pasti. Kedai ini dikenal sebagai “open bar” karena pengunjung tidak hanya memesan minuman, tetapi juga berinteraksi dengan Arkha yang meracik kopi atau teh. Saat detikJateng mengunjungi kedai di lantai 2 Pasar Gede, pengunjung terlihat menikmati obrolan sambil mengabadikan momen ketika Arkha menyajikan minuman. Dengan luas hanya 2×1 meter, Arkha melayani pengunjung dengan pertanyaan apakah mereka ingin memesan teh atau kopi, karena tidak ada menu yang tetap. Kedai ini menjadi karya idealis Arkha yang diriset sejak 2017 dan diwujudkan pada 2022. Arkha, lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, awalnya bermimpi mendirikan kedai di rumah tua, namun proyek tersebut terlaksana di sudut Pasar Gede. Pria berkeluarga ini dikenal di media sosial karena gaya pakaian khasnya. Kedai Titilaras memiliki dekorasi menarik dengan bunga kering, postcard aktivitas Pasar Gede, dan tulisan filosofis. Selain berbisnis, Arkha ingin menjadikan kedainya sebagai ruang interaksi untuk mengatasi kehilangan keterampilan interpersonal manusia. Melalui ruang interaksi, ia menjadi pendengar bagi pengunjung yang ingin curhat. Kedai ini memiliki aturan unik seperti hari libur dua kali seminggu dan menu yang selalu berganti sesuai dengan bahan baku yang tersedia. Arkha menjalankan kedainya sendiri dan menyatakan keterusan membuat teh dan kopi sampai mati. Meskipun baru dibuka pada 2022, Titilaras telah menarik perhatian pengunjung dari berbagai daerah, termasuk Jakarta dan Lampung.