Jowonews

Tetap Gunakan Masker Saat Olahraga Lari

Purwokerto, Jowonews- Masyarakat diingatkan untuk tetap menerapkan protokol kesehatan saat olahraga lari guna mengurangi risiko penularan Covid-19. “Saat melakukan olahraga lari, wajib menggunakan masker. Bisa sesekali buka masker saat di lingkungan yang sepi dan tidak ada orang atau tidak ada kerumunan,” kata Dokter spesialis penyakit dalam dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) Purwokerto dr. Andreas, Sp.PD di Purwokerto, Selasa (16/2). Dia menegaskan bahwa agar masyarakat dapat tetap nyaman menggunakan masker saat melakukan olahraga, maka intensitas lari bisa diturunkan. “Agar masker tidak mengganggu kegiatan lari, maka cukup slow jogging atau easy run dengan intensitas rendah dan sedang saja, dalam durasi sekitar 30 hingga 60 menit per sesi,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Dia juga mengatakan bahwa olahraga merupakan kegiatan positif yang dapat dilakukan di tengah pandemi guna menjaga daya tahan tubuh. “Olahraga lari baik sekali untuk menjaga kesehatan, meningkatkan imunitas dan kekebalan tubuh, namun untuk mendapatkan hasil yang baik dari olahraga, seperti lari, maka cukup dilakukan dengan intensitas moderate atau sedang,” katanya. Dia menambahkan, selain perlu tetap menerapkan protokol kesehatan, masyarakat yang melakukan olahraga, seperti lari, juga harus tetap memperhatikan asupan nutrisi yang adekuat dan hidrasi cairan selama dan pascaolahraga. Dia juga menjelaskan bahwa saat melakukan olahraga lari, maka masker boleh sesekali dibuka saat lingkungan sekitar dalam kondisi yang sepi. “Masker bisa diturunkan atau dibuka sebentar saat lingkungan sepi atau tidak ada orang dalam radius jarak dua meter. Bila lari di jalan raya bisa dilakukan pada arah berlawanan di sisi jalan, jadi kita tahu kendaraan dari arah berlawanan, sehingga kita bisa atur kapan harus bermasker dan kapan bisa diturunkan sesaat dengan aman,” katanya. Dia menambahkan bahwa lari dengan melawan arah di sisi tepi jalan juga lebih aman dari kemungkinan kecelakaan. “Karena jika searah maka ada risiko dapat ditabrak dari belakang apabila lengah,” katanya.

Virus Covid-19 Bertahan 7 Hari dalam Masker

JAKARTA, Jowonews- Virus corona tipe SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 bisa bertahan tujuh hari di bagian dalam masker bedah dan lebih dari tujuh hari di bagian luar masker bedah. Hal tersebut disampaikan peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ratih Asmana Ningrum dalam acara diskusi mengenai pengelolaan limbah masker pada masa pandemi Covid-19 yang disiarkan via daring pada Selasa (16/2). Ratih mengemukakan bahwa SARS-CoV-2 memiliki stabilitas atau ketahanan yang berbeda pada setiap material. “Ternyata stabilitas virusnya di masker bedah di bagian dalam itu ternyata tujuh hari dan di bagian luar lebih dari tujuh hari,” kata peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI itu. Ia menambahkan, masker yang dipakai oleh orang yang terserang Covid-19 bagian dalamnya pasti bervirus dan masker yang dikenakan oleh orang yang tidak terinfeksi virus corona bagian luarnya kemungkinan mengandung virus. Ratih menjelaskan pula bahwa virus SARS-CoV-2 bisa bertahan sampai 12 hari pada alat pelindung diri yang berbahan plastik dan 14 hari pada alat berbahan stainless steel (baja tahan karat). Sedangkan pada sarung tangan karet bertahan empat hari, enam hari pada sarung tangan nitrile, satu hari pada kain katun, dan 21 hari pada masker N95. Disinfeksi Virus yang menempel pada masker dan alat pelindung diri yang lain, menurut dia, bisa dimatikan melalui proses disinfeksi. “Semua tipe disinfektan ternyata bekerja, baik yang sederhana maupun yang sudah lebih banyak digunakan di fasilitas kesehatan. Seperti pemutih di rumah tangga, itu bisa digunakan,” kata Ratih sebagaimana dilansir Antara. Inaktivasi virus, ia melanjutkan, juga bisa dilakukan dengan memanaskan perlengkapan pada suhu 70 derajat Celsius selama lima menit atau merendamnya dalam larutan disinfektan selama lima menit. Ratin mengatakan, pengelolaan limbah medis di tingkat rumah tangga bisa dilakukan dengan memisahkannya dengan sampah rumah tangga lalu mendisinfeksinya menggunakan alkohol. “Yang paling utama adalah disinfeksi itu harus dilakukan sedini mungkin,” katanya. Ratih menjelaskan pula bahwa limbah medis dari tempat perawatan pasien Covid-19 di fasilitas kesehatan membutuhkan penanganan khusus. Dia mencontohkan, limbah medis dari penanganan pasien Covid-19 di fasilitas kesehatan bisa disterilisasi menggunakan alat sterilisasi autoklaf.

Apa Dampak Oleskan Kayu Putih pada Masker?

JAKARTA, Jowonews- Mengoleskan minyak kayu putih atau minyak esensial dengan aroma tertentu pada masker ternyata tidak memberi dampak apa-apa. Belum ada data ilmiah yang menyebut bahwa minyak kayu putih bisa membunuh virus corona baru. “Bukan buat sehat, yang ada adalah (mengoles di masker) untuk meyakinkan diri kita masih bisa membaui,” kata dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto, Sp.KO saat dihubungi Antara beberapa waktu lalu. Kendati demikian, Covid-19 tidak selalu menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk membaui. Pada orang tanpa gejala, kondisi tubuh terasa baik-baik saja meski dan tidak ada gejala khusus. Oleh karena itu, olesan minyak kayu putih pada masker bukan jaminan penggunanya pasti akan terlindung dari virus corona baru. Residen Kedokteran Olahraga Freddy Ferdian, menyatakan minyak esensial seperti kayu putih atau peppermint berfungsi sebagai aromaterapi untuk menyegarkan dan meningkatkan konsentrasi. Namun bukan untuk mencegah ataupun mengobati Covid-19. “Penggunaan minyak ini juga bersifat individual karena beberapa orang yang sensitif atau alergi terhadap minyak tertentu dapat mengalami pusing, nyeri kepala, sesak, dan gatal saat menghirupnya,” jelas Freddy. Sementara itu, Dokter Muliadi Limanjaya, Dokter Umum di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, lewat surat elektronik mengatakan dia tidak menyarankan hal itu. “Penggunaan minyak-minyak tertentu pada masker, selain dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan akibat aroma yang terlalu intens, juga dapat menutup pori atau lubang filtrasi pada masker sehingga tidak disarankan.”

Cegah Covid-19, Masker Dianggap Lebih Efektif daripada Vaksin

JAKARTA, Jowonews- Vaksin yang selama ini dinantikan banyak orang untuk menyelamatkan diri dari Covid-19 ternyata tak lebih efektif ketimbang masker. Hal tersebut disampaikan Kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), Robert Redfield. “Saya sejauh ini mengatakan masker lebih menjamin melindungiku dari COVID-19 dibandingkan mendapatkan vaksin Covid-19,” kata dia seperti dilaporkan The New York Times. Dia mengatakan masker menjadi alat kesehatan terpenting saat ini. Saat ini, sudah banyak penelitian yang mendukung efektifnya mengenakan masker untuk mencegah penularan Covid-19. Satu studi dalam jurnal BMJ Global Health menemukan penggunaan masker di rumah tangga masyarakat Beijing berhubungan dengan lebih sedikitnya penyebaran Covid-19. “Virus membutuhkan cara untuk menular dari orang ke orang dan sekarang ada data untuk mendukung penggunaan masker sebagai bentuk pengendalian sumber, terutama pada mereka yang memiliki gejala,” kata Amesh Adalja, pakar penyakit menular di Johns Hopkins Center for Health Security, Maryland seperti dilansir dari Health, Minggu. Masker menjadi penghalang fisik yang sangat efektif untuk menghilangkan kemampuan virus untuk berpindah dari orang ke orang. Menurut Adalja, vaksin Covid-19 generasi pertama bukan agar semua yang menerimanya kebal terhadap infeksi (mereka tidak akan seperti vaksin campak saat ini), tetapi untuk memodifikasi penyakit sehingga tingkat keparahan dan kebutuhan rawat inap lebih rendah. “Infeksi di antara yang divaksinasi pun masih akan terjadi. Infeksi akan menjadi lebih jarang dan tidak terlalu parah,” tutur dia. Jadi, vaksin Covid-19 yang disetujui hanya akan menjadi satu bagian dari pendekatan berlapis-lapis. Adalja berpendapat, memakai masker wajah dan berlatih menjaga jarak secara fisik di depan umum tetap harus dilakukan saat vaksin pertama tersedia. Di sisi lain, ada bahaya. Vaksin mungkin hanya 50 persen efektif memberi orang rasa aman yang salah dan ini menyebabkan penyebaran virus lebih besar karena tindakan pencegahan lain tidak dilakukan. Adalja mengatakan, pada waktunya vaksin Covid-19 generasi pertama akan digantikan oleh vaksin yang memberikan kekebalan seperti vaksin campak. Ini berarti sistem kekebalan tubuh akan dapat menghentikan virus untuk berkembang biak di dalam tubuh. Tetapi tidak ada yang tahu berapa lama itu bisa berlangsung — dan bisa jadi beberapa tahun. Demikin Antara.

WHO Tegaskan Anak-anak Harus Pakai Masker

ZURICH, Jowonews-– Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan anak berusia 12 tahun ke atas harus menggunakan masker seperti orang dewasa. Sedangkan anak usia 6 – 11 tahun harus menggunakan masker dengan prosedur berbasis risiko. Hal tersebut termuat dalam dokumen WHO dan Badan Anak-anak PBB (UNICEF) di situs WHO bertanggal 21 Agustus. Demikian Reuters, sebagaimana dikutip Antara, Ahad (23/8). Anak-anak berusia 12 tahun ke atas secara khusus harus menggunakan masker ketika menjaga jarak satu meter dengan yang lainnya. Sementara keharusan anak-anak usia 6-11 tahun menggunakan masker tergantung pada sejumlah faktor. Antara lain intensitas penularan di area tersebut, kemampuan anak untuk menggunakan masker, akses mendapatkan masker, dan pengawasan orang tua yang memadai. Potensi dampak pada pembelajaran dan perkembangan psikososial, serta interaksi anak dengan orang yang berisiko tinggi mengembangkan penyakit serius, juga harus menjadi dasar pertimbangan. Anak-anak berusia di bawah lima tahun tidak diharuskan menggunakan masker berdasarkan keamanan dan keinginan sepenuhnya dari anak, lanjut mereka. Riset menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tua berpotensi memiliki peran yang lebih aktif dalam penularan Covid-19 ketimbang anak-anak yang lebih muda, kata WHO dan UNICEF. Keduanya mengatakan perlu lebih banyak data untuk memahami lebih baik peran anak-anak dan remaja dalam penularan corona jenis baru, virus yang menyebabkan Covid-19 WHO pertama kali mengimbau masyarakat agar menggunakan masker di depan publik pada 5 Juni guna membantu mengurangi penyebaran virus corona. Namun terlebih dahulu belum mengeluarkan pedoman spesifik untuk anak-anak. Sejak pertama kali muncul di China tahun lalu, virus corona telah menjangkiti lebih dari 23 juta orang di dunia. Sebanyak 798.997 orang telah meninggal dunia menurut hitungan Reuters.

Indonesia Terima Bantuan 500 Ribu Masker Senilai Rp 2,4 Miliar dari UNDP

JAKARTA, Jowonews.com – Pemerintah Indonesia telah menerima secara simbolis bantuan 500 ribu masker medis dari Program Pembangunan PBB (UNDP), untuk penanggulangan wabah COVID-19. Bantuan diserahkan oleh Kepala Perwakilan UNDP di Indonesia dan diterima langsung oleh Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri serta Deputi Bidang Logistik dan Peralatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Jakarta, Jumat. Melalui keterangan tertulisnya, Kemlu menyampaikan bahwa bantuan UNDP itu merupakan buah dari kemitraan dan hubungan baik yang dibina Indonesia melalui berbagai forum multilateral. Dengan didanai oleh Soong Ching Ling Foundation, bantuan masker senilai Rp 2,4 miliar itu telah tiba di Indonesia pada 30 Mei 2020 atas koordinasi KBRI Beijing dan kantor perwakilan UNDP di China. Masker akan didistribusikan oleh Kemlu dan BNPB kepada tenaga kesehatan di seluruh Indonesia untuk penanggulangan pandemi COVID-19. Perwakilan UNDP Indonesia menyampaikan bahwa penyaluran bantuan berupa masker medis tersebut adalah sebagian dari program yang dikoordinasikan oleh UNDP untuk penanggulangan pandemi COVID-19 di Indonesia. Selain masker medis, UNDP melalui kerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) juga telah mengirimkan paket bantuan gelombang pertama, berupa ventilator, ke Indonesia. (jwn5/ant)

Siap-siap, Tak Pakai Masker di Wonosobo Bakal Dihukum Push Up

WONOSOBO, Jowonews.com – Warga Kabupaten Wonosobo yang tidak mengenakan masker saat beraktivitas di luar rumah mendapat sanksi push up oleh tim gabungan Satpol PP bersama unsur TNI dan Polri dalam operasi masker di daerah tersebut. Sekretaris Satpol PP Kabupaten Wonosobo Budi Pranoto di Wonosobo, Rabu, mengatakan tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Wonosobo terus berupaya menggugah kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan guna menghindarkan diri dari paparan virus corona. “Operasi masker yang kami lakukan ini menjadi salah satu langkah yang secara periodik digelar di berbagai titik keramaian,” katanya. Budi Pranoto usai razia di Siyono, Kecamatan Kertek menjelaskan pihaknya tidak sampai memberikan sanksi tilang atau denda melainkan hanya sanksi ringan kepada warga yang berada di luar rumah tanpa mengenakan masker. “Tindakan yang diambil sebagai sanksi adalah dengan meminta mereka untuk olah fisik berupa push up, khususnya bagi laki-laki yang masih muda dan kuat menjalani sanksi fisik tersebut,” katanya. Setelah menjalankan sanksi push up, katanya petugas langsung memberikan masker untuk dikenakan kepada yang bersangkutan selama berada di luar rumah. “Tujuannya memang selain untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, kami juga memberikan edukasi terkait bagaimana COVID-19 bisa menular sampai menginfeksi dan potensial menimbulkan risiko sampai pada kematian,” katanya. Sebagaimana telah dipesankan bupati dan jajaran pimpinan daerah, katanya kesadaran masyarakat akan pentingnya memutus rantai penyebaran virus corona merupakan salah satu kunci. Oleh karena itu, katanya kegiatan operasi keliling ke berbagai tempat, termasuk di sejumlah titik keramaian di malam hari akan tetap digelar. Dalam beberapa waktu terakhir, katanya tim gabungan juga telah menyisir sejumlah sarana hiburan malam dan masih menemukan warga yang melanggar aturan pembatasan jam malam. “Kepada warga yang memang kita temukan berada di tempat-tempat hiburan malam tersebut telah dilakukan pendataan dan pembinaan melalui apel pagi di Mako Satpol PP,” katanya. Demikian pula kepada sejumlah pemilik usaha kuliner dan PKL yang masih buka di luar ketentuan jam malam, katanya juga telah diminta untuk menutup warung. “Mari kita bersama-sama menguatkan komitmen untuk tidak tertular dan tidak menjadi penular dengan tetap mentaati imbauan pemerintah melalui protokol kesehatan COVID-19,” katanya. (jwn5/ant)

Ngeyel Para Pedagang tak Pakai Masker, Pasar Kliwon Kudus Akhirnya Ditutup

KUDUS, Jowonews.com – Pemerintah Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, akhirnya bertindak tegas dengan menutup sementara Pasar Kliwon menyusul adanya temuan pelanggaran para pedagang maupun pengunjung yang tidak mematuhi protokol kesehatan untuk selalu memakai masker saat di dalam pasar. Kepala Pasar Kliwon Sugito di Kudus, Kamis, membenarkan adanya keputusan penutupan Pasar Kliwon karena adanya pelanggaran protokol kesehatan yang sebelumnya sudah disampaikan dan disosialisasikan kepada pedagang maupun pengunjung. “Dari sidak yang digelar sebelumnya, ternyata ditemukan pedagang yang membawa masker namun tidak dipakai, demikian halnya pembeli juga sama. Bahkan, Plt Bupati Kudus M. Hartopo yang melakukan inspeksi mendadak di pasar juga menemukan pemandangan serupa sehingga memutuskan untuk menutup sementara,” ujarnya. Penutupan pasar dijadwalkan berlangsung selama dua hari, yakni mulai Jumat (5/6) hingga Sabtu (6/6). Dengan adanya kebijakan tersebut, diharapkan menjadi efek jera bagi pedagang bahwa kepatuhan terhadap protokol kesehatan di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19) sangat penting dan menjadi kepentingan bersama. “Ketika ada salah satu pedagang yang terpapar COVID-19, tentunya yang lainnya juga ikut khawatir tertular,” ujarnya. Terkait dengan salah satu pedagang Pasar Kliwon yang positif COVID-19, dia membenarkan, yang bersangkutan merupakan warga Desa Teluk Wetan, Kecamatan Welahan, Jepara, dan teregristasi sebagai pedagang di Pasar Kliwon pada los 136 di blok A berjualan konveksi. Hanya saja, kata dia, yang bersangkutan tidak selalu di pasar karena sebelumnya sedang ke Jawa Timur untuk kepentingan usaha. Pemkab Kudus sendiri sudah menyosialisasikan rencana penutupan pasar melalui pengeras suara dari pagi hingga siang hari, termasuk Kepala Dinas Pasar Sudiharti juga ikut mengumumkan hal itu. Surat terkait penutupan pasar tersebut, juga sudah diedarkan dengan harapan semuanya membaca. Penutupan pasar juga berlaku untuk para pedagang kaki lima yang biasa berjualan di halaman pasar selama dua hari. Berdasarkan surat edaran dari Dinas Perdagangan Kabupaten Kudus yang ditandatangani Kepala Dinas Perdagangan Sudiharti tertanggal 4 Juni 2020, disebutkan alasan penutupan karena temuan pelanggaran protokol kesehatan dalam pencegahan penyebaran COVID-19 di pasar masih banyak pedagang maupun pengunjung yang mematuhinya. Selama penutupan pasar, akan dievaluasi dan penataan kembali serta penyemprotan disinfektan di lingkungan Pasar Kliwon. (jwn5/ant)