Jowonews

Merapi Alami Guguran Tebing Lava

YOGYAKARTA, Jowonews- Gunung Merapi dilaporkan mengalami guguran tebing lava lama berdasarkan pengamatan pada Ahad 22/11). Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Senin (23/11), mengatakan guguran tersebut merupakan guguran dari tebing lava tahun 1954 yang berada di dinding kawah utara. Material jatuh ke dalam kawah dan hingga saat ini tidak berpengaruh pada aktivitas vulkanik Gunung Merapi. “Guguran seperti ini merupakan kejadian yang biasa terjadi pada saat Gunung Merapi mengalami kenaikan aktivitas menjelang erupsi,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia menjelaskan guguran tebing lava lama terpantau dari CCTV pengamatan Gunung Merapi yang dipasang di Deles pada Ahad (22/11), pukul 06.50 WIB. Guguran ini tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 82 detik. “Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mematuhi rekomendasi dari BPPTKG serta arahan dari BPBD dan pemerintah daerah setempat,” kata dia. Setelah statusnya ditetapkan menjadi Siaga sejak 5 November 2020, hingga saat ini aktivitas kegempaan di Gunung Merapi tercatat masih cukup tinggi. Ia menjelaskan kegempaan dangkal yang dominan terjadi pada aktivitas Gunung Merapi mengakibatkan ketidakstabilan material lama yang ada di puncak. Pada periode pengamatan pada 22 November hingga pukul 24.00 WIB terpantau terjadi 50 gempa guguran, 81 kali gempa embusan, 342 kali gempa multifase, 41 kali gempa vulkanik dangkal, dan 1 kali gempa tektonik jauh. Level Siaga BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Potensi bahaya akibat erupsi Merapi diperkirakan maksimal dalam radius lima kilometer dari puncak. Untuk penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan. BPPTKG meminta pelaku wisata tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi. Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta; Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten, Jawa Tengah juga diminta mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.

Aktivitas Merapi Meningkat, 1000 Lebih Warga Mengungsi

JAKARTA, Jowonews- Lebih dari 1.000 warga telah dievakuasi ke empat kabupaten, setelah terus meningkatnya aktivitas Gunung Merapi. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam pernyataan resmi diterima di Jakarta, Rabu (11/11) malam, mengatakan total 1.294 warga telah dievakuasi ke empat kabupaten yakni Boyolali, Magelang, Klaten dan Sleman. “Mereka yang dievakuasi sebagian besar merupakan kelompok rentan, seperti lanjut usia, anak-anak, balita, ibu hamil, disabilitas dan ibu menyusui,” kata Raditya. sebagaimana dilansir Antara. Para warga paling banyak dievakuasi ke Kabupaten Magelang dengan total 835 warga, Sleman 203 warga, Boyolali 133 warga, dan Klaten 123 warga. Mereka tersebar di tempat evakuasi sementara (TES) dan tempat evakuasi akhir (TEA). Raditya menjamin kebutuhan makan dan minum para warga terpenuhi. Para sukarelawan di lokasi evakuasi terus membantu untuk menyediakan kebutuhan pokok seperti sayuran, kemudian memasak makanan di dapur umum atau pun di mobil dapur lapangan. Pos pendukung di tempat penampungan juga selalu siap untuk memberikan pelayanan seperti pos kesehatan yang siaga 24 jam. “Pihak pemerintah desa menyiapkan tidak hanya tempat, tetapi tenaga serta pelayanan kepada para warga yang harus dievakuasi. Ini menjadi bukti kuatnya sister village dalam konteks kebencanaan, warga dari suatu desa membantu warga desa lainnya,” ujar dia. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), kata Raditya, terus membantu pemerintah desa, kabupaten maupun provinsi untuk memenuhi kebutuhan warga. Dalam upaya kesiapsiagaan maupun penanganan darurat, empat pemerintah daerah di tingkat kabupaten tersebut telah menetapkan status keadaan darurat, baik siaga maupun tanggap darurat. Status tersebut akan mempermudah BPBD dalam aksesibilitas sumber daya, maupun akuntabilitas dalam penyelenggaraan operasi tanggap darurat. Raditya mengatakan BPBD juga terus mengevaluasi tantangan apabila kondisi semakin kritis, seperti jalur dan transportasi evakuasi, jalur dan peralatan komunikasi, maupun penerapan protokol kesehatan saat proses evakuasi maupun di tempat penampungan.

Rusak Parah, Jateng Kucurkan Rp14 Miliar untuk Perbaikan Jalur Evakuasi Merapi

SEMARANG, Jowonews.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengucurkan dana bantuan Rp14 miliar untuk memperbaiki jalur evakuasi erupsi Gunung Merapi yang rusak parah di tiga titik di Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. “Anggaran yang dikucurkan senilai Rp14 miliar. Insyaallah ini sampai Juli, belanja akan kita keluarkan,” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai mengecek kondisi jalur evakuasi erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Klaten, Rabu. Tiga jalur evakuasi erupsi Gunung Merapi di Kecamatan Kemalang yang rusak itu, di Desa Tegalmulyo, Tlogowatu, dan Sidorejo. Di Desa Tegalmulyo kerusakan terjadi di jalan utama desa tersebut sampai Pasar Suworono Desa Tlogowatu. Ruas itu merupakan jalur evakuasi sisi barat Gunung Merapi, namun kerusakan paling parah terdapat di Dusun Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, karena selama ini jalur evakuasi tersebut juga menjadi jalan utama untuk penambangan galian C. Kendati demikian, perbaikan jalur evakuasi di Desa Sidorejo yang juga bersisian dengan Kali Kuning dan merupakan jalur penambangan pasir diserahkan ke Pemkab Klaten. “Wah kalau jalur evakuasinya dijadikan satu dengan jalur truk-truk ini ya rugi. Yang mau kita bantu jalan ini? Janganlah, ribuan truk yang lewat sini?” ujarnya. Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Cipta Karya Provinsi Jateng Hanung Triyono menambahkan untuk perbaikan jalur evakuasi yang akan dibantu Pemprov Jateng adalah jalur evakuasi di Desa Tegalmulyo sampai Tlogowatu. “Total sekitar lima kilometer panjang jalan yang akan dibantu pemprov dengan anggaran yang dikucurkan untuk pembangunan jalur evakuasi tersebut senilai Rp14 miliar,” katanya. (jwn5/ant)

Gunung Merapi Erupsi, Kecamatan Srumbung Diguyur Hujan Abu Tipis

MAGELANG, Jowonews.com – Gunung Merapi di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta pada Sabtu malam kembali erupsi mengakibatkan hujan abu tipis di Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Warga Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Agus, di Magelang, Sabtu malam, menuturkan sempat terjadi hujan abu tipis di wilayah Srumbung, Muntilan, dan Dukun setelah Gunung Merapi terjadi erupsi. Petugas Pengamatan Gunung Merapi Pos Babadan, Yulianto, menuturkan erupsi Gunung Merapi kembali terjadi pada pukul 19.25 WIB. Erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 243 detik. Teramati tinggi kolom erupsi 3.000 meter dan arah angin saat erupsi ke barat. “Meskipun saat erupsi arah angin ke barat, tetapi hujan abu juga terjadi di wilayah Kabupaten Boyolali,” katanya. Yulianto mengatakan berdasarkan laporan masuk, di wilayah timur gunung, antara lain Cepogo dan Selo, Kabupaten Boyolali juga terjadi hujan abu. Ia menuturkan dalam dua hari terakhir Gunung Merapi telah terjadi empat kali erupsi, namun yang paling besar terjadi pada Jumat (27/3), pukul 10.56 WIB dengan ketinggian kolom sekitar 5.000 meter di atas puncak Merapi. Ia menyampaikan saat ini status aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih level II (Waspada). Area dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi tidak boleh ada aktivitas manusia. (jwn5/ant)

Merapi Erupsi, Warga Selo Tetap Beraktivitas

BOYOLALI, Jowonews.com – Warga di kawasan Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tetap melakukan aktivitas seperti biasa pascaerupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Selasa pagi. Menurut Kepala Desa Klakah, Marwoto membenarkan terjadi erupsi Gunung Merapi pada sekitar pukul 05.30 WIB, dan asab tebal terlihat jelas dari Desa Klakah Kecamatan Selo Boyolali. “Kami kemudian menuju Dukuh Sumber yang paling tinggi di Desa Klakah, untuk mengkondisikan warga setempat. Warga tetap waspada meski mereka melakukan aktivitas seperti biasa,” kata Marwoto, Selasa. Menurut dia, hujan abu di Dukuh Sumber Desa Klakah tidak terkena dampaknya akibat erupsi Merapi. Abu terlihat masih tipis di atasnya kawasan Sumber. “Dukuh Sumber Klakah ini, pemukiman yang paling atas atau berjarak sekitar 3,4 kilomter dari puncak Merapi masih terkendali aman dan tidak terjadi hujan abu,” katanya. Bahkan, warga yang pergi ke sekolah, bekerja atau berladang tetap berjalan seperti biasa. Jadi kawasan Sumber Klakah tidak terjadi hujan abu, dan arah angin ke utara, sedangkan Klakah di bagian barat gunung. Kades Jrakah Kecamatan Selo Tumar mengatakan peristiwa erupsi Gunung Merapi terlihat dari Jrakah mengeluarkan seperti kilat-kilat kemudian disusul asab tebal membumbung tinggi keluar dari puncak, pada Selasa pagi. Namun, alhamdulilah Desa Jrakah tidak terjadi hujan abu, dan masyarakat juga melakukan aktivitas seperti biasa. Warga tetap waspada meski mereka bekerja bertani di ladangnya. Dari hasil pantauan di Boyolali Kota justru terjadi hujan abu tipis, tetapi kemudian tertutup adanya air hujan gerimis yang turun di wilayah itu, sehingga warga tidak merasakan dampaknya. Hujan abu juga terjadi di wilayah Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali atau bagian sisi utara Merapi . Menurut Yuli warga Jalan Merbabu Boyolali dampak erupsi Merapi Boyolali Kota terjadi hujan abu tipis, tetapi hilang begitu saja akibat adanya hujan gerimis di wilayah itu, sehingga warga setempat tidak begitu merasakan. Melalui akun resminya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) di Yogyakarta menyebutkan Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinisi Jateng dan D.I. Yogyakarta tersebut terjadi erupsi pada Selasa, sekitar pukul 05.22 WIB. Erupsi tercatat dengan amplitudo 75 mm dan durasi 450 detik dengan ketinggian kolom mencapai 6.000 meter dari puncak, dan terjadi guguran ke arah hulu Kali Gendol dengan jarak sekitar dua kilomter, dan status waspada. (jwn5/ant)

Merapi Erupsi, Dua Kecamatan di Boyolali Diguyur Hujan Abu

BOYOLALI, Jowonews.com – Sebanyak dua wilayah kecamatan di Kabupaten Boyolali mengalami hujan abu disertai pasir tipis dampak dari erupsi Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinsi Jateng dan D.I. Yogyakarta, Selasa. Menurut Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali Bambang Sinungharjo, dua kecamatan di Boyolali yang terdampak hujan abu disertai pasir tipis setelah erupsi Merapi, yakni Musuk dan Tamansari yang berada di sisi utara gunung. BPBD Boyolali sudah mengirim ribuan masker untuk masyarakat di daerah yang alami hujan abu disertai pasir tipis setelah erupsi Merapi. “Warga tidak begitu merasakan karena abu turun dari puncak Merapi yang terbawa angin cukup tipis,” kata Bambang saat di lokasi hujan abu Desa Sruni Musuk Boyolali. Menurut dia, sebanyak 10.000 masker sebagai langkah antisipasi telah dibagikan di dua kecamatan tersebut. Masyarakat yang wilayah itu diimbau jangan keluar rumah dahulu atau menggunakan masker selama hujan abu masih berlangsung. “Kami sedang menuju ke daerah Dukuh Sanggup yang berada paling atas di sisi utara Merapi untuk melihat kondisinya,” katanya. Ajik (39) warga Desa Sruni Kecamatan Musuk mengatakan hujan abu di Desa Sruni terjadi sekitar pukul 06.00 WIB atau berjarak waktu sekitar setengah jam setelah erupsi Merapi. “Hujan abu yang disertai pasir tipis ini, tidak begitu dirasakan warga Sruni. Mereka yang melakukan aktivitas di luar rumah sudah menggunakan masker. Warga beraktivitas seperti hari biasa,” kata Ajik. Banyak warga yang berada di dalam rumah menunggu hujan abu reda untuk beraktivitas seperti biasa. Selain dua kecamatan di lereng Gunung Merapi itu, hujan abu juga terjadi di Boyolali Kota dan kecamatan Sawit. Hujan abu di daerah kota dan Sawit hanya tipis. Kisno (56), warga Kecamatan Sawit menambahkan hujan abu juga terjadi di Sawit, tetapi hanya tipis. Warga juga melakukan aktivitas seperti biasa. Begitu juga hujan abu juga terjadi di wilayah Boyolali Kota, meski hanya turun tipis tetapi dampaknya jalan menjadi berdebu. “Dampak hujan abu tipis dari Merapi, jalan di Boyolali kota menjadi berdebu meski hanya tipis,” kata Yulianto warga Jalan Merbabu Boyolali Kota. Melalui akun resminya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) di Yogyakarta menyatakan Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Provinisi Jateng dan DI Yogyakarta tersebut erupsi pada Selasa, sekitar pukul 05.22 WIB. Erupsi tercatat dengan amplitudo 75 mm dan durasi 450 detik dengan ketinggian kolom mencapai 6.000 meter dari puncak dan terjadi guguran ke arah hulu Kali Gendol dengan jarak sekitar dua kilomter dan status waspada. (jwn5/ant)

Pascaerupsi, Masyarakat Sekitar Merapi Beraktivitas Normal

MAGELANG, Jowonews.com – Masyarakat di sejumlah desa di sekitar Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah beraktivitas secara normal pascaerupsi dengan tinggi kolom 2.000 meter dari puncaknya pada Kamis pagi. Mereka antara lain menggarap areal pertanian sayuran, melakukan penambangan material galian C, ke pasar, ke sekolah, mencari pakan untuk ternak, dan merawat ternaknya. Warga dari sejumlah desa di kawasan itu menyatakan tidak terjadi hujan abu pascaerupsi Gunung Merapi yang wilayahnya meliputi sejumlah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Koordinator Organisasi Pengurangan Risiko Bencana Desa Srumbung, Ahmad Muslim, mengatakan warga setempat beraktivitas seperti hari-hari biasa setelah keluarnya awan panas dari Gunung Merapi. “Ada yang ke sawah, kegiatan di Pasar Sumbung juga ramai, kebetulan hari ini hari pasaran,” kata Muslim yang juga Kepala Urusan Perencanaan Desa Srumbung itu. Ia menyebut tidak terjadi hujan abu di desanya yang berjarak sekitar 12 kilometer arah barat daya puncak Gunung Merapi. Sekitar pukul 07.10, puncak Gunung Merapi tidak terlihat dari desanya karena tertutup kabut. Seorang pemuka warga Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Yatin, juga menyebut aktivitas warga yang tinggal di desa sekitar 10 kilometer barat daya dari puncak Merapi normal, antara lain bertani, mencari pakan ternak, merawat ternak, dan kayu bakar. Di desa setempat, kata mantan Kades Ngargomulyo itu, juga tidak terjadi hujan abu. “Tadi memang ada letusan, tetapi tidak berpengaruh terhadap aktivitas warga di sini, tidak panik seperti 2010 dulu (erupsi besar Merapi, red.),” katanya. Seorang warga Dusun Grogol, Susanto, juga mengatakan masyarakat setempat beraktivitas seperti biasa setelah terjadi erupsi gunung tersebut. Dusun Grogol, Desa Mangunsoko, Kecamatan Dukun berjarak sekitar 10 kilometer barat daya puncak Merapi. “Tidak ada hujan abu, dari sini kelihatan puncak Merapi mengeluarkan asap tipis, kalau tadi memang terjadi letusan sekitar pukul 06.00 WIB,” katanya. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Edy Susanto juga mengatakan hingga sekitar pukul 07.00 WIB belum ada laporan dari petugas dan relawan di lapangan tentang terjadinya hujan abu di desa-desa sekitar Gunung Merapi di wilayah itu. “Belum ada laporan dari lapangan tentang hujan abu,” katanya. Ia mengimbau warga kawasan Gunung Merapi tetap tenang dan mengikuti perkembangan informasi terkait dengan aktivitas gunung berapi itu yang dikeluarkan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi di Yogyakarta melalui berbagai saluran resmi. “Kalau memang terjadi hujan abu, segera gunakan penutup hidung, bisa masker atau lainnya. Ikuti informasi dari BPPTKG. Warga tetap tenang meskipun selalu waspada,” katanya. Akun Twitter Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) yang dipantau di Yogyakarta, menyebutkan bahwa awan panas letusan Gunung Merapi yang terekam di seismogram pada pukul 05.16 WIB memiliki durasi 150 detik dengan amplitudo 75 mm, sedangkan tinggi kolom erupsi sekitar 2.000 meter dan arah angin ke barat laut. Hingga saat ini, BPPTKG mempertahankan status aktivitas vulkanik Gunung Merapi pada Level II atau Waspada. Untuk sementara, pihaknya tidak merekomendasikan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana. BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi. (jwn5/ant)