Jowonews

Serbuk Biji Salak Diyakini Tingkatkan Imunitas Serangan Covid-19

BOYOLALI, Jowonews- Usaha ramuan herbal serbuk biji salak produksi Boyolali menerima permintaan meningkat di masa pendemi Covid-19. Herbal ini diyakini mampu meningkatkan ketahanan tubuh manusia untuk menjaga kesehatan. Seorang usaha ramuan herbal serbuk biji salak, Putut Tetuko di Ampel Boyolali, Kamis (18/2), mengatakan, sejak pandemi Covid-19, banyak masyarakat mencari ramuan herbal seperti empon-empon. Minuman rempah atau empon-empon seperti jahe, temulawak, kencur dan lainnya populer saat pandemi Covid-19 untuk meningkatkan imun tubuh. Bahkan, dirinya yang membuat ramuan biji salak yang diproses menjadi serbuk diyakini masyarakat kaya akan manfaat, bisa mengobati segala jenis penyakit dan menjaga ketahanan tubuh. Menurut dia,produksi serbuk biji salak terus meningkat pada 2020 hingga sekarang rata-rata hingga mencapai 2 ton per bulan. Padahal, awal produksi serbu biji salak hanya puluhan kilogram, tetapi masa pandemi hingga mencapai 2 ton per bulan. Putut menjelaskan ide tersebut berawal dari kebutuhan pribadi ibunya saat menderita penyakit diabetes melitus, dan rajin mengkonsumsi serbuk biji salak tersebut hingga berhasil sembuh. Dari pengalaman tersebut muncul ide untuk memproduksi serbuk biji salak untuk dipasarkan hingga sekarang. Menurut Putut, ibunya yang menderita penyakit diabetes alhamdulillah bisa sembuh. Serbuk biji salak ini, juga diyakini berkhasiat untuk penyakit hipertensi, kolesterol, asam lambung, menjaga daya tahan, dan imunitas tubuh di masa pandemi Covid-19. Proses pembuatannya cukup mudah. Setelah bahan baku biji salak didapat maka akan dibersihkan kemudian dipotong-potong kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Setelah biji salak kering proses selanjutnya disangrai dan digiling dan dilanjutkan proses pengemasan. “Harga serbuk bijik salak setiap kemasan isi 250 gram cukup dijual Rp20.000. Bahan baku biji buah salak madu didapat cukup mudah dari daerah Magelang dan Sleman,” kata Putut yang juga seorang anggota TNI berpangkat Serka di Koramil Ampel Kodim 0724/Boyolali. Dia menyampaikan serbuk biji salak buatannya tersebut yang diberi merk “Serbuk Biji Salah Supadmi” nama ibunya itu, sudah dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia antara lain Pulau Kalimantan, Lampung, Maluku, Bali, dan termasuk wilayah Jawa. Cara pemasaran kebanyakan secara online, tetapi banyak juga penjual yang mengambil produk di rumahnya. Menurut Agus (47), salah satu pelanggannya asal Solo serbuk biji salak asal Ampel Boyolali memang rasanya lebih enak dibanding kopi biasa. Dirinya setelah mengkonsumsi serbuk biji salak badan terasa lebih segar. Dirinya mengkosumsi ramuan serbuk biji salak ini, untuk menjaga imunitas tubuh pada masa pandemi.

Jangan Termakan Klaim Berlebihan Obat Herbal

JAKARTA, Jowonews- Masyarakat diminta tidak termakan klaim obat herbal berlebihan dalam menyembuhkan Covid-19. Karena semuanya harus dicek dulu, teruji secara klinis. “Sebenarnya obat herbal atau jamu yang sudah punya izin edar BPOM dan punya klaim memelihara kesehatan dan meningkatkan daya tahan tubuh itu memang bisa dipakai. Boleh saja untuk meningkatkan imunitas tubuh kita,” ujar Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr. Inggrid Tania, dalam diskusi via daring, Rabu (5/8). Namun Tania mengingatkan, agar masyarakat tidak termakan klaim yang berlebihan apalagi menyesatkan. “Kan harus dicek dulu apalagi sampai saat ini di Indonesia belum ada uji klinisnya. Yang kami lakukan di Wisma Atlet juga belum selesai. Intinya kritis saja dan jangan berharap secara berlebihan dulu,” kata dia, sebagaimana dilansir Antara. Uji klinis obat kimia konvensional dan herbal untuk Covid-19 masih dalam penelitian. Tim peneliti dari LIPI, UGM bersama PDPOTJI, Kalbe Farma, Balitbangkes bersama tim di Wisma Atlet masih menunggu hasil intervensi dengan produk uji. Hingga nantinya menyimpulkan apakah dua produk uji herbal imunomodulator yang diteliti bisa berkhasiat secara signifikan atau bermakna dibandingkan plasebo. Tania dan tim berharap bahan herbal dengan sifat imunomodulator yang mereka uji bisa memodulasi sistem imun tubuh sehingga respon imun bisa lebih optimal. “Kita berharap memang bisa bermanfaat untuk mencegah Covid-19. Tapi kalau klaimnya yang spesifik mencegah Covid-19 harus dibuktikan lewat uji klinis juga. Jadi bukan hanya yang mengobati, tapi mencegah Covid-19 secara spesifik juga harus ada pembuktiannya melalui uji klinis,” kata dia. Selama belum ada pembuktian berdasarkan hasil uji klinis, menurut Tania, obat herbal sekadar bisa meningkatkan imunitas tubuh. “Ada banyak, misalnya kunyit, jahe, meniran, sambiloto, sirsak juga, termasuk kulit manggis. Banyak sekali herbal yang bisa bersifat meningkatkan imunitas tubuh,” demikian tutur Tania. Berlebihan Mengenai informasi obat herbal buatan Hadi Pranoto sebagai obat Covid-19, Tania menilai ini berlebihan. Menurut dia, produk milik Hadi didaftarkan ke BPOM sebagai jamu dengan klaim memelihara kesehatan, menjaga daya tahan tubuh. “Harusnya dia patuh dengan klain yang sudah disetujui BPOM. Tidak membuat klaim secara berlebihan produknya ini bisa mencegah atau mengobati Covid-19. Karena sebenarnya kan belum diuji klinis,” kata Tania. Tania mempertanyakan pengakuan produk Hadi sudah diteliti, hingga testimoni dari orang-orang yang sudah mencoba produknya. Hadi seharusnya membuktikan penelitiannya apakah sudah disetujui Komite Etik Penelitian Kesehatan, BPOM hingga Kemenristek. Testimoni harus diverifikasi sehingga bisa dipertanggungjawabkan dan tidak ada rekayasa. “Pembuktikan apakah memang sembuh karena produk dia. Bisa saja sembuhnya karena orang tersebut juga mengonsumsi herbal lain. Atau kalau Covid-19-nya ringan dia bisa sembuh sendiri juga tanpa bantuan atau konsumsi produknya dia,” tutur Tania.

Obat Herbal Anti Corona Diharapkan Dapat Segera Diuji Klinis

JAKARTA, Jowonews.com – Obat herbal anticorona COVID-19 yang diperkenalkan Jenderal Dr Suradi diharapkan segera dapat diuji secara klinis karena sudah digunakan para penderita yang terinfeksi virus corona jenis baru SARS-CoV-2. “Kita sudah uji baik ke beberapa pasien positif maupun yang bergejala COVID-19 atau ODP, semuanya berhasil dan sembuh,” kata salah satu anggota Tim Riset Herbal COVID-19 Hadi Pranoto dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin. Contoh lain, kata dia, saudara dari Hadi sempat kritis dan setelah menggunakan obat herbal anticorona saat ini sudah sembuh seperti semula. Iqa mengatatakan Tim Riset Herbal COVID-19 terdiri dari para relawan berasal dari profesi dokter, ahli medis, tenaga kesehatan, ahli pengobatan tradisonal dan para akademisi. Mereka mengamati COVID-19 secara mendalam dan menghasilkan formula pengobatan secara alami. Maka dari itu, Hadi mempersilakan pemerintah menguji coba secara langsung, termasuk soal khasiat, keamanan dan keampuhan ramuan herbal tersebut kepada pasien COVID-19 yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit. Terkait higienitas dan kehalalan, dia mengatakan juga dapat diuji dan bisa lolos karena materinya dari alam dan tumbuh-tumbuhan. “Bisa dipastikan obat ini aman dikonsumsi siapa saja, termasuk lansia, anak-anak maupun ibu hamil atau ibu menyusui. Karena semua bahan bakunya terdiri dari unsur tanah dan air, terutama dari bakteri biologi tanah, tanpa bahan kimia sedikitpun,” kata dia. Dia mengatakan obat herbal yang dikembangkan bersama timnya, bekerja di tubuh manusia dengan membunuh virus SARS-CoV-2 dan dapat membersihkan bakteri jahat yang ada dalam tubuh manusia. (jwn5/ant)