Jowonews

Ratusan Hektar Lahan Padi di Boyolali Diserang Hama

BOYOLALI, Jowonews- Hama mulai menyerang tanaman padi di Boyolali menjelang peralihan musim hujan menuju kemarau atau pancaroba ini. Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto, meminta petani waspada. “Kami mencatat ada tiga hama penyakit mulai menyerang tanaman padi di sejumlah wilayah Boyolali. Yakni tikus, penggerek, dan penyakit blas,” kata Bambang Jiyanto sebagaimana dilansir Antara, Jumat (28/5). Jiyanto menjelaskan hama penggerek batang sudah menyerang area tanaman padi seluas 12 hektare, hama penyakit blas menyerang 56 hektare. Bahkan, hama tikus mulai menyerang lahan tanaman padi di Boyolali seluas 342 hektare, tetapi 115 hektare di antaranya, sudah mampu dikendalikan. “Selain tanaman padi, hama tikus juga menyerang lahan tanaman jagung seluas 25 hektare dan tanaman kedelai 45 hektare,” kata Jiyanto. Kendati demikian, Dispertan Kabupaten Boyolali melakukan mengambil langkah cepat antara lain dengan mengendalian hama terpadu dan upaya-upaya model alami. Yakni dengan pembangunan rumah burung hantu (Rubuha) yang memakan hama tikus. “Jika banyak dipasang rumah-rumah burung hantu di lahan pertanian nanti secara otomatis akan menjadi tempat tinggal bagi burung hantu itu, dan akan ikut memakan hama tikus,” kata Jiyanto. Selain itu, Dispertan juga telah menyediakan pestisida sebagai penggerak pengendalian secara terpadu dan meminta bantuan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk dua paket di Desa Repaking, Kecamatan Wonosamodro, dan 10 paket rubuha untuk Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo Boyolali. Bahkan, petani sejumlah daerah di Boyolali sudah memiliki kesadaran secara pribadi untuk membuat rubuha secara swadaya. “Kami tidak henti hentinya mengkomunikasikan ketersediaan pestisida ke provinsi agar sewaktu waktu terjadi serangan hama penyakit dan melakukan pengendalian secara terpadu pestisida sudah tersedia tinggal dilakukan gerakan,” katanya. Di mengatakan akibat serangan hama terhadap tanaman pangan di Boyolali menyebabkan 55 hektare tanaman padi mengalami puso yang tersebar di Kecamatan Karanggede, Simo, Klego, dan Kemusu. Sedangkan, akibat serangan hama tanaman jagung seluas 118 hektare di Kecamatan Wonosegoro dan Kemusu, juga mengalami puso. 

Produktivitas Padi di Banyumas Capai 8 Ton per Hektare

PURWOKERTO, Jowonews.com – Produktivitas tanaman padi yang dihasilkan petani di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, rata-rata mencapai 8 ton gabah kering panen (GKP) per hektare, kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas Widarso. “Kebetulan sekarang sedang berlangsung panen raya dari MT (Musim Tanam) I Tahun 2019-2020. Alhamdulillah produktivitasnya bisa mencapai 8 ton per hektare karena hama wereng dan tikus dapat dikendalikan. Sampai saat ini, luas panen sudah mencapai kisaran 20.000 hektare dari total luas tanam sekitar 30.000 hektare,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Senin. Ia mengatakan harga GKP di tingkat petani pun saat sekarang masih tergolong bagus dan masih selaras dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang mengacu pada Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah atau Beras. Dalam hal ini, HPP untuk GKP di tingkat petani ditetapkan Rp4.200 per kilogram dan di tingkat penggilingan Rp4.250 per kilogram, sedangkan untuk gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan Rp5.250 per kilogram dan di gudang Bulog Rp5.300 per kilogram, sedangkan beras di gudang Bulog Rp8.300 per kilogram. “Sekarang permintaan akan beras untuk penyaluran bantuan pangan cukup tinggi dan harga GKP-nya juga masih bagus. Kalaupun ada yang anjlok hingga Rp3.500 per kilogram, itu karena tanaman padinya roboh terkena hujan dan angin,” jelasnya. Terkait dengan kondisi tersebut, Widarso mengaku optimistis nilai tukar petani di Kabupaten Banyumas lebih dari 100 sehingga petaninya bisa sejahtera dengan harga gabah dan beras yang masih tergolong bagus. Kendati demikian, dia mengimbau petani untuk menyimpan sebagian hasil panennya ke lumbung padi sebagai cadangan jika terjadi kerawanan pangan. “Berdasarkan data, hingga saat ini di Kabupaten Banyumas sudah ada 15 desa yang menghidupkan kembali lumbung padi untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerawanan pangan,” katanya. Ia mengakui secara global, pandemi COVID-19 berpeluang mengakibatkan terjadinya kerawanan pangan seperti yang diprediksi organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO). Akan tetapi secara lokal khususnya Kabupaten Banyumas, kata dia, hal itu diprediksi tidak akan terjadi karena stok pangan yang ada masih mencukupi kebutuhan selama tiga hingga empat bulan ke depan. Sementara itu petani yang sudah selesai panen, lanjut dia, langsung mengolah sawah dan menanaminya kembali untuk MT II yang diprediksi bisa dipanen dalam tiga bulan ke depan. “Dengan demikian, ketersediaan beras di Banyumas tetap mencukupi kebutuhan,” jelasnya. (jwn5/ant)

Berbagai Macam Hama Serang Lahan Padi Seluas 175 Hektare di Pekalongan

PEKALONGAN, Jowonews.com – Sekitar 175 hektare lahan tanaman padi di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, pada masa tanam (MT) Oktober-Maret diserang hama seperti tikus, wereng cokelat, dan walang sangit. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) Kabupaten Pekalongan, Siswanto di Pekalongan, Sabtu, mengatakan bahwa luas tanaman padi yang terserang hama dengan intensitas ringan sebanyak 140 hektare, kategori sedang 25 ha, dan berat 8 ha. “Bahkan, ada sekitar 2 hektare lahan tanaman padi di Kecamatan Kesesi sudah mengalami puso atau gagal panen,” katanya. Siswanto mengatakan untuk mengantisipasi meluasnya serangan hama ini, pemkab bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan kelompok tani melakukan pengendalian hama dengan melakukan gropyokan dan pemberian bantuan obat pembasmi. “Kami sudah menyiapkan bantuan obat pembasmi hama yang jenisnya sesuai yang dibutuhkan. Selain itu, kita juga melakukan pemberantasan hama tikus dengan melalui sistem gropyokan,” katanya. Komandan Koramil Bojong Kapten Infanteri Wiyoto mengatakan kegiatan gropyokan tikus dilakukan karena adanya laporan dari para petani yang mengaku tanaman padinya diserang hama pengerat. “Berdasar laporan dari warga dan pantauan petugas Babinsa memang terdapat tanaman padi yang terserang hama tikus sehingga perlu diadakan pembasmian agar pertumbuhan tanaman bisa normal,” katanya. Ia mengatakan hama tikus ini sangat berbahaya apabila tidak segera diantisipasi karena akan menghabiskan batang tanaman padi yang sedang tumbuh dan bisa mengakibatkan gagal panen. “Organisme pengganggu tanaman ini kalau dibiarkan sangat berbahaya sehingga kita bersama-sama dan serentak melakukan gerakan gropyokan,” katanya. (jwn5/ant)