Jowonews

Dua Orang PDP COVID-19 di Kudus Meninggal Dunia

KUDUS, Jowonews.com – Dua orang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Loekmono Hadi Kudus, Jawa Tengah meninggal dunia, namun hasil tes sampel “swab” tenggorokan untuk memastikan positif terpapar penyakit virus COVID-19 atau tidak belum keluar. “Kedua pasien berstatus PDP COVID-19 itu meninggal dengan penyakit penyerta yang merupakan warga dari Kecamatan Jekulo dan Kaliwungu,” kata juru bicara pencegahan dan pengendalian COVID-19 Kabupaten Kudus Andini Aridewi di Kudus, Minggu. Meskipun keduanya meninggal status PDP, dia mengingatkan, masyarakat untuk tidak perlu khawatir karena belum tentu hasilnya positif. Hal terpenting saat ini, kata dia, terkait dengan kedatangan pemudik tenaga kerja migran. Ia berharap mereka bersedia melakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Untuk mendukung hal itu, perlu dukungan dari perangkat desa hingga tingkat Rukun Tetangga (RT) maupun Rukun Warga (RW) untuk ikut memantau agar bisa menerapkan isolasi mandiri. Informasi yang diperoleh, jumlah pemudik yang mencapai seratusan lebih namun untuk memastikan harus menunggu hasil pendataan lebih lanjut oleh organisasi perangkat daerah (OPD) terkait. “Masyarakat juga harus ikut peduli untuk melakukan isolasi di rumah demi mencegah potensi penularannya,” ujarnya. Hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Kudus terdapat masyarakat yang berstatus orang dalam pemantauan (OPD) maupun PDP. Untuk itu, kata dia, bentuk kewaspadaan masyarakat agar disiplin tetap berdiam diri di rumah dan tidak perlu melakukan aktivitas di luar rumah sekiranya memang tidak begitu penting. Pemerintah Kabupaten Kudus sendiri sudah berupaya melakukan pencegahan, termasuk dalam bentuk penganggaran juga tengah diupayakan pengalihan anggaran untuk penanganan penyakit virus COVID-19. Total anggaran yang disiapkan mencapai Rp15 miliar untuk pengadaan alat pelindung diri (APD) khusus penanganan pasien “suspect” virus COVID-19, mulai dari penutup kepala, kaca mata, baju serta celana hingga sepatu. “Mudah-mudahan di pasaran APD tersebut tersedia sehingga bisa dimanfaatkan oleh tim medis,” katanya. Jumlah pasien PDP yang meninggal saat dirawat di beberapa rumah sakit di Kabupaten Kudus hingga kini ada empat orang, karena sebelumnya tercatat ada dua orang yang dirawat di RS Mardi Rahayu Kudus, satu orang warga Kudus dan satunya warga Jepara yang hasil “swab”-nya juga belum keluar saat meninggal dunia, demikian Andini Aridewi. (jwn5/ant)

Dinkes Batang Konfirmasi 4 PDP COVID-19 Diisolasi di RSUD Batang

BATANG, Jowonews.com – Rumah Sakit Umum Daerah Kalisari Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mengisolasi empat pasien dalam pengawasan COVID-19,’ kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang, Muchlasin. “Ada empat orang berstatus PDP. Mereka sudah dilakukan isolasi dan mendapat perawatan intensif,” katanya saat Rapat Koordinasi Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di Batang, Minggu. Muchlasin menjelaskan sebanyak 4 orang tersebut pada awalnya masuk dalam daftar orang dalam pantauan (ODP) namun kini statusnya masuk PDP. Adapun usia, 4 orang PDP tersebut, kata dia, yaitu termuda 19 tahun dan tertua 40 tahun terdiri atas 2 pasien laki-laki dan 2 pasien perempuan. Ia mengatakan saat ini jumlah orang berstatus ODP terus menurun yaitu semula sebanyak 39 orang kini menjadi 14 orang. Kondisi mereka semakin membaik dan dinyatakan sudah selesai dalam pantauan. “Oleh karena itu, kami minta masyarakat terus waspada terhadap penyebaran virus corona dengan berpola hidup sehat dan bersih, namun tidak perlu panik,” katanya. Pemerintah Kabupaten Batang terus melakukan pencegahan pandemi  COVID-19 antara lain menggencarkan sosialisasi sampai ke tingkat rukun tetangga (RT) agar sering cuci tangan pakai sabun, gunakan masker bila batuk atau pilek, konsumsi gizi seimbang, perbanyak makan sayur dan buah. Bupati Batang Wihaji mengatakan langkah pemkab dalam upaya pencegahan virus corona secara masif dan terstruktur karena virus itu harus diantisipasi secara serius namun masyarakat tidak harus panik. “Saya minta masyarakat harus terlibat (antisipasi pencegahan) karena jika hanya mengandalkan pemkab maka tidak akan cukup mengingat adanya keterbatasan jumlah pegawai dan anggaran. Oleh karena, perlu solidaritas gerakan bersama mencegah COVID-19,” katanya. (jwn5/ant)