Jowonews

Hai Start Up, Buatlah Produk yang “Wow”

SEMARANG, Jowonews- Produk start up bisa diminati pasar selama dia berhasil memenuhi mayoritas pengalaman dan kebutuhan calon penggunanya. Hal tersebut disampaikan mentor start up Zaenal Arifin dalam pelatihan menejemen start up yang diselenggarakan Kementerian perindustrian di Semarang, Jumat (20/11). “Jika produk tersebut bisa memecahkan masalah segmen pengguna yang dituju, maka kemungkinan besar produk tersebut akan sukses di pasar. Disinilah pentingnya riset sebelum membuat produk,” cetus co founder Andromedia itu. Metoda design thinking, kata Zaenal, bisa diterapkan dalam riset produk ini. Dimulai dengan mengindentifikasi masalah pengguna dan mencari kebutuhannya. Lalu membedahnya secara mendalam (insight) dan menentukan ide produk apa yang tepat untuk memecahkan masalahnya. “Selanjutnya, baru kita mulai membuat prototype produk dan melakukan user testing,” tukas Zaenal. Dalam menciptakan produk, sambung Zaenal, buatlah produk yang berkategori “Wow”. “Sebuah produk yang memiliki terobosan baru untuk memecahkan masalah, yang bahkan tak terpikirkan orang lain. Namun tetap realistis untuk dibuat,” jelasnya. Untuk membuat produk yang sukses, kata Zaenal, prosesnya mungkin tidak sekali jadi. Bisa berkali-kali. “Jangan pernah menyerah. Coba terus, berinovasi terus. Sampai menemukan produk yang pas untuk  penuhi kebutuhan pasar,” ujarnya. Design thinking ini, menurut Zaenal, akan membantu para pegiat start up selalu berinovasi menciptakan produk-produk bernilai jual tinggi. Selain materi design thinking, peserta juga diajarkan berbagai keahlian menjual produknya secara daring. Antara lain materi terkait search engine optimization, facebook optimization, dan google adwords. Peserta juga mendapatkan materi terkait pengelolaan perusahaan start up modern. Naik Level Pelatihan menejemen start up ini sendiri berlangsung selama tiga hari penuh dengan menggandeng IKITAS, sebuah komunitas inkubator bisnis Semarang. Mustofa, founder IKITAS menyatakan, pelatihan ini merupakan program rutin untuk mengembangkan keterampilan dan jaringan start up di Semarang dan Jawa Tengah. Pesertanya berasal dari berbagai kota besar di Jawa Tengah. Antara lain dari Semarang, Solo, Purwokerto, Pekalongan dan Jepara “Kita ingin menaikan level start up. Bukah hanya bisa sekedar bisa membuat produk menarik, tapi bisa menjualnya ke customer ataupun menarik investor,” ujar Mustofa. IKITAS, kata Mustofa, menjadi wadah para start up di Jateng untuk saling berjejaring dan menaikkan kemampuan dengan dukungan dari Kementerian perindustrian. Pelatihan ini sendiri disambut baik oleh peserta. Materi pelatihan dinilai cocok bagi para start up yang baru saja memulai bisnisnya. “Kami jadi tahu bagaimana mengelola start up secara benar. Mulai dari membuat produk inovatif dengan sumber daya yang trersedia, sampai cara menaikan level start up yang bervaluasi tinggi,” kata Agung, co founder Citigrower, salah satu start up yang mengembangkan inisiatif urban farming berbasis digital.

Kemendikbud Sediakan Pelatihan Keterampilan dan Wirausaha

JAKARTA, Jowonews.com – Direktorat Kursus dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyediakan program pelatihan keterampilan dan kewirausahaan bagi warga. Dalam siaran pers kementerian yang diterima di Jakarta, Kamis, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto menjelaskan bahwa Program Kecakapan Keterampilan (PKK) dan Program Keterampilan Kewirausahaan (PKW) dibuka bagi warga berusia 15 sampai 30 tahun. Warga yang kurang mampu serta mereka yang putus sekolah, sedang menganggur, atau tengah mengikuti program belajar Paket C bisa mengikuti program pelatihan tersebut, yang dijalankan dari Juni hingga Desember. PKK ditujukan untuk mendidik dan melatih warga dengan keterampilan yang selaras dengan kebutuhan dunia kerja. Peserta program pelatihan tersebut akan mendapatkan sertifikasi. Wikan menjelaskan bahwa ada empat sektor prioritas dalam PKK, yakni mesin dan konstruksi, ekonomi kreatif, keramahan, dan layanan perawatan. “Sedangkan PKW fokus pada pendidikan kursus dan pelatihan,” katanya. PKW ditujukan untuk membangun mental wirausaha, memotivasi warga membangun rintisan usaha baru dan mengembangkannya. “Ke depan mereka menjadi warga masyarakat yang terampil sesuai dengan kebutuhan serta bermitra dengan usaha mikro kecil dan menengah,” kata Wikan. Warga yang ingin menjadi peserta program pelatihan Kemendikbud bisa mengakses laman resmi Direktorat Kursus dan Pelatihan untuk mendapatkan informasi mengenai program dan tata cara pendaftarannya. (jwn5/ant)

Pemerintah Siapkan 60 Jenis Pelatihan Untuk Peserta Kartu Pra Kerja

JAKARTA, Jowonews.com – Pemerintah menyiapkan sekitar 60 jenis pelatihan bagi peserta program Kartu Pra Kerja untuk mendukung peningkatan keahlian dan keterampilan pencari kerja. Deputi III Kantor Staf Kepresidenan Denni P Purbasari dalam seminar publik terkait Kartu Pra Kerja di Jakarta, Selasa, menjelaskan pelatihan itu mulai dari teknologi informasi, bahasa hingga kuliner. “IT (Teknologi Informasi) paling banyak dibutuhkan di Jakarta,” katanya dalam pemaparan seminar yang diadakan Center for Strategic and International Studies (CSIS). Selain jenis pelatihan tersebut, juga ada fotografi, terapis perawatan, menjahit, petugas keamanan, keamanan dan keselamatan kerja, ternak ikan konsumsi, hidroponik, kewirausahaan hingga pengemudi truk. Menurut dia, angka pengangguran di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar tujuh juta orang dan angkatan kerja setiap tahun mencapai 2,8 juta orang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). Dia menjelaskan dari tujuh juta pengangguran itu, 52 persen di antaranya berusia 18-24 tahun. Sedangkan angkatan kerja, lanjut dia, dari 2,8 juta orang per tahun itu 88 persen di antaranya berada di wilayah perkotaan. “Sebanyak 65 persen adalah berpendidikan SMA dan sederajat dan 28 persen diploma,” katanya. Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan pemerintah sudah memetakan yang dibutuhkan perusahaan agar mereka bisa terserap di dunia kerja. “Sementara ini kami coba hubungkan supply dan demand agar mereka terakomodasi di lapangan. Kami tidak ingin buat kursus yang tidak dibutuhkan oleh pengusaha,” katanya dalam sambutan. Ia mengakui setiap daerah memiliki keunggulan dan kebutuhan masing-masing terkait tenaga kerja. Moeldoko lebih lanjut mengatakan pemerintah menggandeng perusahaan berbasis aplikasi yakni Tokopedia dan Gojek sebagai platform karena pendaftaran termasuk pembayaran kursus dilakukan secara digital. Dalam sambutannya, Moeldoko menambahkan pemerintah menyasar dua juta peserta program Kartu Pra Kerja yang 500 ribu di antaranya akan dikelola secara konvensional dan 1,5 juta peserta lainnya dikelola digital. Pemerintah melibatkan lintas sektor di antaranya Kementerian Ketenagakerjaan, perusahaan berbasis aplikasi, pemerintah daerah dan Project Management Office (PMO) atau organisasi yang menentukan dan menjaga standar dalam manajemen proyek Kartu Pra Kerja. “PMO yang buat ekosistem, ekosistem itu melibatkan berbagai stakeholder seperti pemda, digital platform, mulai dari Tokopedia, Gojek, semua dilibatkan,” imbuhnya. (jwn5/ant)