Jowonews

Fenomena Waterspout di Waduk Gajah Mungkur

SEMARANG, Jowonews- Fenomena angin langkisau atau puting beliung yang berada di atas permukaan air atau Waterspout terjadi di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri pada Rabu (20/1) sore. Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang Iis Widya Satmoko di Semarang, Rabu, mengatakan Waterspout bisa terjadi di permukaan air, seperti danau atau laut. Menurut dia, Waterspout terhubung dengan sejumlah awan, seperti Cumulus Vongestus, Cumuliform, dan Cumulonimbus. “Analisa sementara, dinamika atmosfer menunjukkan adanya sirkulasi siklonik di selatan Indonesia yang memicu belokan angin dan pertemuan angin di wilayah Jawa Tengah,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Kondisi tersebut, lanjut dia, didukung dengan massa udara yang labil serta kelembapan yang cukup tinggi, dari bawah hingga atas. Selain itu, menurut dia, terdapat fenomena MJO aktif, tetapi tidak cukup berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan. Ia menyebut peringatan sini cuaca ekstrem sudah dikeluarkan, di mana wilayah Wonogiri termasuk dalam peringatan yang disampaikan itu.

Warga Diimbau Waspadai Puting Beliung

CILACAP, Jowonews- Warga Jawa Tengah bagian selatan khususnya Kabupaten Cilacap, Banyumas, dan sekitarnya diimbau untuk mewaspadai potensi terjadinya puting beliung “Kalau untuk saat ini, kondisi atmosfer yang aktif, yaitu suhu permukaan laut yang masih hangat secara umum maka mengakibatkan penguapan untuk wilayah Indonesia terutama di wilayah Jawa itu cukup banyak, sehingga terbentuknya awan yang menyebabkan hujan cukup besar,” kata , kata analis cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Rendi Krisnawan. di Cilacap, Rabu (11/11) Faktor berikutnya, kata dia, ada daerah pertemuan angin atau daerah konvergensi di atas wilayah Jawa sehingga proses pembentukan awan di daerah tersebut juga cukup tinggi. Dalam hal ini, lanjut dia, daerah pertemuan angin merupakan pumpunan massa udara yang mengakibatkan pertumbuhan awan-awan hujan. “Sementara untuk fenomena global seperti MJO (Madden Julian Oscillation) maupun gelombang Rossby saat ini tidak aktif untuk wilayah Indonesia, sedangkan La Nina masih bertahan hingga awal tahun 2021 nanti,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Terkait dengan hal itu, dia memprakirakan kondisi cuaca dalam beberapa hari ke depan tidak seekstrem akhir Oktober yang dipengaruhi oleh sejumlah fenomena global termasuk La Nina moderat sehingga terjadi peningkatan curah hujan yang cukup tinggi. Kendati demikian, Rendi mengimbau masyarakat khususnya di wilayah Jateng bagian selatan untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya hujan lebat disertai angin kencang atau puting beliung dan petir. “Kalau saat ini, hujannya cenderung akibat penguapan namun perlu diwaspadai terhadap kemungkinan terjadinya angin puting beliung. Kecenderungannya pada pagi hari terlihat cerah dan sore harinya terbentuk awan-awan hujan termasuk awan Cumulonimbus yang bisa mengakibatkan terjadinya angin puting beliung,” katanya. Faktor berikutnya, kata dia, ada daerah pertemuan angin atau daerah konvergensi di atas wilayah Jawa sehingga proses pembentukan awan di daerah tersebut juga cukup tinggi. Dalam hal ini, lanjut dia, daerah pertemuan angin merupakan pumpunan massa udara yang mengakibatkan pertumbuhan awan-awan hujan. “Sementara untuk fenomena global seperti MJO (Madden Julian Oscillation) maupun gelombang Rossby saat ini tidak aktif untuk wilayah Indonesia. Sedangkan La Nina masih bertahan hingga awal tahun 2021 nanti,” katanya. Terkait dengan hal itu, dia memprakirakan kondisi cuaca dalam beberapa hari ke depan tidak seekstrem akhir Oktober yang dipengaruhi oleh sejumlah fenomena global termasuk La Nina moderat sehingga terjadi peningkatan curah hujan yang cukup tinggi. Kendati demikian, Rendi mengimbau masyarakat khususnya di wilayah Jateng bagian selatan untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya hujan lebat disertai angin kencang atau puting beliung dan petir. “Kalau saat ini, hujannya cenderung akibat penguapan namun perlu diwaspadai terhadap kemungkinan terjadinya angin puting beliung. Kecenderungannya pada pagi hari terlihat cerah dan sore harinya terbentuk awan-awan hujan termasuk awan Cumulonimbus yang bisa mengakibatkan terjadinya angin puting beliung,” katanya.

Waspadai Peningkatan Curah Hujan Oktober-November

CILACAP, Jowonews- Warga di wilayah Jawa Tengah bagian selatan khususnya Kabupaten Cilacap dan sekitarnya diimbau mewaspadai peningkatan curah hujan pada bulan Oktober-November, “Selama bulan Oktober-November diprakirakan curah hujannya tinggi karena adanya La Nina moderat. Jadi beberapa wilayah termasuk Cilacap dan sekitarnya, akumulasinya (akumulasi hujan, red.) tinggi, sehingga masih ada kemungkinan terjadi curah hujan di atas normal atau lebih dari rata-rata,” kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo, sebagaimana dilansir Antara, Kamis (8/10). Dalam hal ini, kata dia, hujan ekstrem jika curahnya di atas 100 milimeter per hari. Sedangkan hujan lebat jika curahnya berkisar 50-100 milimeter per hari. Kendati demikian, dia mengakui jika sejak awal Oktober hingga saat ini di wilayah Cilacap dan sekitarnya belum terjadi hujan ekstrem. Hal ini karena curahnya rata-rata masih berada pada kisaran 50-100 milimeter per hari. Terkait dengan cuaca pada hari Rabu (7/10) dan Kamis (8/10) yang terlihat cerah, dia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya angin puting beliung atau langkisau. Puting Beliung “Kondisi yang seperti ini justru dikhawatirkan nanti tumbuh awan-awan Cb (Cumulonimbus) yang bisa mengakibatkan terjadinya puting beliung. Di saat musim hujan ada panas beberapa hari, ini yang perlu diwaspadai karena biasanya muncul awan-awan Cb,” jelasnya. Lebih lanjut, Teguh mengatakan bulan Oktober-November merupakan puncak musim hujan untuk wilayah Cilacap bagian selatan dan pesisir selatan Cilacap. Sementara puncak musim hujan untuk wilayah Cilacap bagian barat, Cilacap bagian utara, Cilacap bagian tengah, serta Kabupaten Banyumas dan sekitarnya berlangsung pada bulan Desember-Januari. “Oleh karena itu, masyarakat di wilayah Cilacap bagian selatan dan pesisir selatan diimbau mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem pada bulan Oktober-November meskipun sebenarnya baru memasuki musim hujan. Ini karena pengaruh La Nina yang sebelumnya lemah menjadi moderat, sehingga curah hujannya diprediksi di atas normal atau di atas rata-rata,” tegasnya. 

Bupati Batang Berikan Bantuan Korban Puting Beliung

BATANG, Jowonews.com – Bupati Batang Wihaji menyerahkan bantuan berupa sembako dan dana perbaikan bangunan warung yang porak-poranda kepada lima pemilik warung di objek wisata Pantai Celong, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, yang menjadi korban angin puting beliung. “Sebanyak lima warung yang roboh tersapu angin puting beliung pada Jumat (10/1) sehingga kami hadir ke sini (Pantai Celong) sekadar memberikan sedikit bantuan untuk meringankan beban para korban bencana,” kata Bupati Wihaji, di Batang, Jawa Tengah, Senin. Ia mengatakan pemkab mengapresiasi terhadap para relawan bencana, Palang Merah Indonesia, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Polri, dan TNI yang sigap membantu mengevakuasi dan melakukan kegiatan membersihkan sisa puing bangunan warung. “Saya sudah perintahkan, apapun yang terjadi dengan bencana, agar BPBD dan instansi lainnya cepat melakukan tindakan antisipasi, dan recovery,” pintanya. Pada kesempatan itu, Wihaji juga menyampaikan instansi terkait terus memberikan pemahaman antisipasi untuk meminimalisasi berulangnya bencana, meski hal tersebut karena faktor alam. Ia mengatakan Pantai Celong sangat berpotensi menjadi unggulan wisata di wilayah setempat sehingga pemkab sudah mengusulkan pada pemerintah sebagai lokasi tempat istirahat (rest area) jalur tol berbasis “transit oriented development) yang berada di KM. 360 Tol Semarang-Batang. “Saya optimitis (nantinya Pantai Celong) ramai karena posisi obyek wisata itu akan diintegrasikan dengan rest area TOD,” katanya. Menurut dia, Pantai Celong merupakan peninggalan pemerintahan zaman Balanda yang sampai sekarang tidak pernah terjadi rob dan tingkat kedalaman laut pun tidak pernah berubah. “Pantai Celong menyuguhkan keindahan alamnya yang menurut sejarahnya sebagai pelabuhan pendaratan masa zaman penjajahan,” katanya. (jwn5/ant)