Mengenal Sarung Goyor Magelang, Perpaduan Tradisi dan Kualitas yang Terjaga
MAGELANG – Suasana Ramadan selalu diwarnai dengan kesibukan dan keramaian, terutama dalam mencari perlengkapan ibadah. Salah satu yang menjadi favorit di kalangan masyarakat adalah sarung goyor, yang kini telah menjadi daya tarik tidak hanya di dalam negeri, tapi juga hingga ke luar negeri, khususnya ke Arab Saudi. Di tengah Kota Magelang, terdapat seorang perajin sarung goyor yang menjaga tradisi pembuatan sarung ini sejak tahun 1950-an. Generasi ketiga perajin ini, Umar Saleh Al Katiri, menceritakan betapa pesatnya permintaan sarung goyor, terutama saat bulan puasa. Namun, meski permintaan meningkat, produksi tetap terbatas karena kendala teknis. “Pada bulan puasa seperti ini, permintaan naik pesat. Namun, produksi kami tetap 10-15 kodi per bulan. Kami tidak bisa menambahnya karena proses pembuatannya masih dilakukan secara manual,” ungkap Umar. Proses pembuatan satu sarung goyor memakan waktu hingga dua hari, dengan rincian produksi sekitar 10-15 kodi per bulan. Sarung-sarung tersebut kemudian didistribusikan kepada agen di Magelang dan Muntilan dengan harga kisaran Rp 14 juta per kodi. Tidak hanya diminati di dalam negeri, sarung goyor buatan Umar juga diekspor hingga ke Arab Saudi. Meskipun Umar tidak memasang target khusus untuk ekspor, namun setiap bulannya rata-rata 10-15 kodi sarung goyor diekspor ke luar negeri. Proses ekspor dilakukan setelah Ramadan, dengan mengutamakan pelayanan lokal terlebih dahulu. Selain motifnya yang khas dengan motif botol yang menjadi ciri khasnya, sarung goyor buatan Umar juga terkenal akan kualitasnya yang baik dan tidak mudah melar saat dipakai.