Alami Siklus Lima Tahunan, Kasus DBD Di Temanggung Kian Merebak
TEMANGGUNG, Jowonews.com – Merebaknya kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, di awal tahun 2020 merupakan bagian dari siklus lima tahunan, kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinkes Kabupaten Temanggung Sukamsih. “Ini siklus lima tahunan, setiap lima tahun sekali bisa dipastikan DBD di Temanggung selalu terjadi dan kasusnya banyak,” katanya di Temanggung, Jumat. Selain itu, katanya, tingginya kasus DBD di Januari 2020 akibat kelalaian dari masyarakat dalam merawat dan menjaga kebersihan lingkungan. “Ini juga akibat kelengahan dari masyarakat, biasanya sebelum datang musim hujan masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), namun di akhir Tahun 2019, masyarakat lengah dan muncul kasus DBD,” katanya. Ia menuturkan sebelum memasuki musim hujan masyarakat sudah biasa melakukan PSN dan bergotong royong untuk membersihkan lingkungan mereka, namun di akhir tahun saat menjelang musim hujan 2019 kebiasaan itu tidak dilakukan lagi. Selain itu, katanya, pemeriksaan jentik nyamuk yang juga biasa dilakukan dalam waktu sepekan sekali, juga tidak dilaksanakan lagi sehingga kasus DBD di Temanggung di awal tahun ini kembali meningkat. “Masyarakat lalai tidak melakukan lagi kebiasaan mereka dalam menjaga lingkungan, jadi imbasnya seperti ini. Kasus DBD menjadi banyak,” katanya. Padahal, lanjutnya, nyamuk aedes aegypti akan berkembang biak dengan cepat saat memasuki musim hujan. Telur dari nyamuk penyebar DBD ini akan cepat menetas manakala sudah terkena air hujan. Bisa jadi dalam waktu 10 hari sudah menetas, jadi perkembangbiakannya sangat cepat. Ia menyebutkan di awal Tahun 2020 setidaknya sudah terjadi enam kejadian luar biasa (KLB) DBD, dengan jumlah penderita DBD mencapai 100 lebih, bahkan kasus DBD di awal tahun ini juga sudah merenggut satu nyawa. Sukamsih menyampaikan jika ditarik mundur lima tahun lalu, yakni pada 2015 kasus DBD di Temanggung juga tinggi. Pada tahun itu ada empat desa terjadi KLB DBD. Menurut dia, semua daerah KLB DBD lokasinya berada di pinggir jalan raya. Hal ini dimungkinkan kasus DBD yang ditemukan di Temanggung berasal dari luar daerah. “Rata-rata di pinggir jalan dan penderita DBD saat ditanya juga habis berpergian dari luar kota atau daerah,” katanya. Ia mencontohkan Desa Kedungkumpul, Kecamatan Kandangan, Jetis Kauman Parakan, dan Kelurahan Sidorejo, Temanggung. Ketiganya merupakan daerah KLB dan lokasinya berada di pinggir jalan raya. “Jarang sekali kami temukan kasus DBD berada di pegunungan atau desa-desa terpencil di Temanggung. Kalaupun ada bisa dipastikan warga yang terdeteksi menderita DBD itu habis berpergian atau bekerja di luar Temanggung,” katanya. (jwn5/ant)