Jowonews

Juni, Vaksinasi Kembali Digenjot

JAKARTA, Jowonews- Pemerintah menargetkan untuk melakukan 1 juta vaksinasi pada Juni 2021 dengan mempertimbangkan jumlah vaksin yang telah tersedia. “Karena jumlah stok vaksin sudah cukup di bulan Mei, sesudah Lebaran segera kita genjot lagi vaksinasinya untuk bisa naik. Kalau bisa kita coba menyentuh 1 juta per bulan di bulan Juni karena kapasitas vaksinnya kita sekarang sudah cukup,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Kantor Presiden Jakarta, Senin (10/5). Dari satgas Covid-19 ada 13.340.957 orang yang sudah menerima vaksinasi pertama dan 8.634.546 orang yang menerima vaksinasi kedua. Jumlah tersebut masih jauh dari target pemerintah yaitu memvaksin 181,5 juta orang untuk mendapatkan kekebalan komunal (herd immunity). “Sejak 13 Januri 2021 kita dapat menembus angka 10 juta pada 26 Maret 2021 dan menembus angka 20 juta pada 30 April, jadi dalam sebulan kita bisa naik 10 juta,” ungkap Budi Gunadi sebagaimana dilansir Antara. Budi Gunadi mengakui terjadi penurunan jumlah vaksinasi pada April 2021 karena suplai yang terbatas. Namun menurut Budi saat ini keterbatasan vaksin sudah dapat diatasi dan stok vaksin mulai datang lagi ke Indonesia. “Sehingga pesan saya ke seluruh aparat di daerah kita mulai genjot lagi,” tegas Budi. Budi mengungkapkan beberapa provinsi sudah cukup maju melakukan vaksinasi. “Seperti Jakarta dan Bali dan Yogyakarta akan kami berikan vaksin tambahan supaya mereka bisa cepat menyelesaikan vaksinasi karena lansia itu yang kritis dan (bila lansia sudah divaksinasi) dapat secara bertahap mulai melakukan suntikan ke golongan masyarakat umum,” jelas Budi. Terdapat beberapa provinsi yang sudah melakukan vaksinasi terhadap lebih dari 10 persen populasinya termasuk Yogyakarta, DKI Jakarta dan Bali. Kedatangan Vaksin Pemerintah Indonesia diketahui telah memperoleh 75.910.500 dosis vaksin dengan rincian sebagai vaksin Sinovac sebesar 68.500.000 dosis, AstraZeneca sebanyak 6.410.500 dosis, dan vaksin Sinopharm sebesar 1.000.000 dosis. Puluhan juta vaksin tersebut datang dalam 12 tahap, yaitu: Pertama, 1,2 juta dosis Sinovac bentuk jadi pada 6 Desember 2020. Kedua, 1,8 juta dosis Sinovac bentuk jadi pada 31 Desember 2020. Ketiga, 16,5 juta dosis Sinovac dengan perincian 15 juta bulk/bahan baku ditambah 1,5 juta overfill atau setengah jadi pada 12 Januari 2021. Keempat, 11 juta dosis Sinovac dengan perincian 10 juta bulk ditambah 1 juta overfill pada 2 Februari 2021. Kelima, 10 juta dosis Sinovac bulk pada 2 Maret 2021. Keenam, 1,1 juta dosis Astrazeneca pada 8 Maret 2021. Ketujuh, 16 juta dosis Sinovac, termasuk 1,5 juta overfilled dalam bentuk bulk pada 25 Maret 2021. Kedelapan, 6 juta vaksin Sinovac dalam bentuk bulk pada 18 April 2021. Kesembilan, 3,8 juta dosis AstraZeneca pada 26 April 2021. Kesepuluh, 6 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac dan 482.400 dosis vaksin Sinopharm pada 30 April 2021. Kesebelas, 55.300 dosis vaksin AstraZeneca pada 6 Mei 2021. Keduabelas, 1.389.600 dosis vaksin AstraZeneca tiba pada 8 Mei 2021.

Alhamdulillah, 10 Juta Bahan Baku Vaksin Telah Tiba

JAKARTA, Jowonews- Sebanyak 10 juta dosis bahan baku vaksin Covid-19 dari perusahaan asal Tiongkok Sinovac kembali tiba di Indonesia melalui Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (2/3). Bahan baku vaksin tersebut didatangkan melalui penjemputan khusus Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA891. “Alhamdulillah, hari ini kita kedatangan bulk vaccine untuk 10 juta dosis. Bulk vaccine ini adalah materi dasar vaksin yang nanti akan dibuat Bio Farma menjadi vaksin (siap pakai),” ujar Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono dalam keterangan pers virtual di Jakarta, Selasa. Kedatangan sepuluh juta dosis bahan baku vaksin ini merupakan kedatangan kelima setelah pada kedatangan sebelumnya pemerintah juga telah mendatangkan vaksin siap pakai maupun bahan baku vaksin. Pada kedatangan pertama dan kedua, pemerintah mendatangkan 1,2 juta dan 1,8 juta dosis vaksin siap pakai. Sedangkan untuk kedatangan ketiga dan keempat masing-masing terdiri dari 15 juta dan 10 juta dosis bahan baku vaksin. Dengan demikian, pemerintah telah mendatangkan 38 juta dosis vaksin yang berasal dari perusahaan Sinovac. Vaksin-vaksin tersebut akan digunakan untuk mendukung program vaksinasi massal secara gratis yang menargetkan 181,5 juta masyarakat. “Bertahap, nanti kemudian akan datang 185 juta vaksin yang berasal dari Sinovac,” kata Dante sebagaimana dilansir Antara. Bahan baku tersebut, sebagaimana bahan baku pada kedatangan ketiga dan keempat, selanjutnya akan diolah dan diproduksi lebih jauh oleh BUMN farmasi PT Bio Farma yang telah memperoleh sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Vaksin Covid-19 produksi Sinovac tersebut sebelumnya juga telah menerima izin penggunaan darurat dari BPOM dan memperoleh fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dante mengatakan, selain mengadakan vaksin Covid-19 yang berasal dari Sinovac, pemerintah juga telah memperoleh komitmen pengadaan vaksin dari sejumlah perusahaan farmasi lainnya. Yakni AstraZeneca dari Inggris, Pfizer-BioNTech dari Jerman dan Amerika, serta Novavax dari Amerika. Semuanya akan digunakan dalam program vaksinasi pemerintah. “Semua vaksin tersebut akan memenuhi kebutuhan vaksinasi seluruh masyarakat Indonesia,” katanya.

Februari 2021, 4 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Siap Didistribusikan

JAKARTA, Jowonews- Empat juta dosis vaksin covid-19 sudah selesai diproduksi dan siap didistribusikan pada Februari 2021. “Sampai dengan Kamis (21/1), sudah ada empat juta dosis yang sudah selesai diproduksi. Status produk-produk itu sedang dalam tahap proses quality control, yang akan dikirimkan ke Badan POM untuk mendapatkan lot release agar dapat didistribusikan. Dan diperkirakan sampai dengan bulan Februari 2021 mendatang, akan siap sebanyak 4 juta dosis vaksin,” ujar Direktur Utama Bio Farma, Honesti Basyir  dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu (23/1). Ia mengemukakan bahwa Bio Farma telah menerima sebanyak 15 juta dosis bulk vaksin Covid-19 dari Sinovac, pada 12 Januari 2021 lalu. Kemudian Bio Farma meneruskan proses produksi dari bahan baku itu untuk menjadi final product. Secara total, Bio Farma akan menerima sebanyak 140 juta dosis bahan baku vaksin Sinovac yang akan diterima secara bertahap. Ia mengatakan hasil dari proses produksi bahan baku itu akan melengkapi pasokan vaksin Covid-19 dalam kemasan finish product sebanyak tiga juta dosis yang sudah diterima sebelumnya pada Desember 2020. “Kolaborasi antara Bio Farma dengan Sinovac melalui dua mekanisme. Yaitu impor dalam bentuk barang jadi atau finished product single dose yang diperuntukan front liner di Indonesia, dan impor dalam bentuk bulk atau konsentrat vaksin. Dari bulk ini, akan diproses lebih lanjut di Bio Farma di fasilitas fill and finish yang ada di Bio Farma,” papar Honesti sebagaimana dilansir Antara. Untuk pendistribusian vaksin, lanjut dia, grup Bio Farma bersama PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk sudah memiliki 48 cabang atau warehouse yang dapat dioptimalkan. “Dalam sisi teknologi, Bio Farma sudah menyiapkan digital solution yang bersifat end-to-end mulai dari pabrik produksi, proses distribusi dan sampai di tujuan akhir (fasilitas kesehatan). Dan proses pendistribusian Ini, dapat di monitor real time di Command Center Holding BUMN Farmasi,” katanya. Ia menyampaikan Indonesia membutuhkan vaksin Covid-19 sebanyak 181,5 juta, atau setara dengan 426 juta dosis. Untuk mengantisipasi kelangkaan pasokan vaksin Covid-19 dari produsen, disampaikan, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Permenkes Nomor HK.01.07/MENKES/12758/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin untuk Pelaksanaan Vaksinasi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Dari Permenkes itu, suplai vaksin akan didapat dari hasil produksi PT Bio Farma (Persero), AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc. and BioNTech dan Sinovac Life Sciences Co., Ltd dan Novovax. Tentunya keseluruhan vaksin Covid-19 tersebut, harus melaporkan hasil Uji Klinis 1 sampai dengan 3, dan mendapatkan EUA dari Badan POM.

BPOM Resmi Izinkan Penggunaan Vaksin Sinovac

JAKARTA, Jowonews- CoronaVac sebagai vaksin Covid-19 produksi perusahaan Sinovac resmi mendapatkan izin penggunaan darurat atau EUA dari Badan Pengawas Obat dan Makanan. “Vaksin CoronaVac memenuhi persyaratan mendapatkan EUA,” kata Kepala BPOM Penny K Lukito dalam jumpa pers daring yang dipantau dari Jakarta, Senin (11/1). Ia mengatakan dalam memutuskan pemberian otorisasi darurat itu BPOM mempertimbangkan hasil uji klinik di Indonesia, Brazil, dan Turki, yang menunjukkan antivirus SARS-CoV-2 itu memiliki keamanan dan kemanjuran (efikasi) menangkal Covid-19. Selain itu, kata dia, vaksin Sinovac tersebut memenuhi standar Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk bisa mendapatkan izin EUA dengan tingkat efikasi minimal 50 persen. Sementara dari uji klinik di Bandung yang dilakukan Biofarma dan Sinovac, lanjut dia, efikasi CoronaVac itu mencapai 65,3 persen. Selanjutnya, uji klinis di Turki efikasi Sinovac mencapai 91 persen dan Brazil 78 persen. Penny mengatakan pemberian EUA oleh BPOM itu juga mempertimbangkan hasil rapat bersama lintas sektor seperti Komite Nasional Penilai Obat, ITAGI, ahli epidemi, dan unsur terkait lainnya. Ia mengatakan BPOM dan pemangku kepentingan terkait terus mengawasi proses vaksinasi terutama efek samping dari vaksin Sinovac tersebut. Pengawasan juga dilakukan untuk Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), lansir Antara.

BPOM Nyatakan Vaksin Sinovac Aman

JAKARTA, Jowonews- Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan bahwa vaksin cukup aman. Hal ini setelah lembaga tersebut melakukan uji klinis terhadap vaksin Sinovac dan sudah memperoleh dua data setelah 2 bulan penyuntikan vaksin. yakni data immunogenitas dan efikasi. “Dari data keamanan, vaksin ini sudah cukup aman. Tidak ada kejadian efek samping serius yang dilaporkan berkaitan dengan penggunaan vaksin ini,” kata Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari BPOM Lucia Rizka Andalusia, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Selasa (5/1). Ia menjelaskan bahwa immunogenitas-nya juga sudah menunjukkan tingkat pembentukan antibodi yang bagus responsnya dalam tubuh Hal tersebut disampaikannya dalam Alinea Forum bertajuk Kehalalan & Keamanan Vaksin Covid-19, Selasa. Dengan data itu bisa menepis keraguan masyarakat dalam menerima vaksin. Saat ini, kata dia, BPOM masih menunggu sejumlah data uji klinis lainnya. Lucia menyebutkan ada beberapa keuntungan yang diperoleh Indonesia dengan melakukan uji klinis, yakni mempunyai data uji klinis dan data pengalaman penggunaan di Indonesia. Kendati demikian, BPOM membuka peluang memakai data hasil uji klinis sejumlah vaksin Covid-19 dari negara lain guna mempercepat program vaksinasi di Indonesia. Asalkan syaratnya memiliki protokol uji klinis yang sama dengan Indonesia. Menurut dia, sebenarnya tidak ada kewajiban melakukan uji klinis di dalam negeri sebelum menggunakan vaksin, apalagi bila ada negara tetangga yang sudah melakukan uji klinis sebelumnya. Bahkan, kata dia, ada beberapa jenis vaksin yang telah digunakan di Indonesia, tanpa melalui uji klinis di Indonesia. “Ingat, sudah banyak vaksin sebelum pandemi Covid-19, dan hanya sedikit yang melakukan uji klinis di Indonesia,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Ia mengatakan bahwa vaksin influenza dan vaksin polio uji klinisnya tidak di Indonesia. Meski diproduksi di Bio Farma, uji klinisnya tidak dilakukan di Indonesia dan secara regulasi memungkinkan. Kehalalan Vaksin Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Muti Arintawati mengaku belum bisa menegaskan kehalalan vaksin Sinovac untuk menangkal Covid-19 karena masih ada informasi yang perlu dilengkapi. Muti tidak membeberkan secara detail informasi yang dimaksud. Hanya kuantitasnya terbilang sedikit karena proses audit sudah rampung. “Masih ada sedikit informasi yang harus dilengkapi sehingga tentunya kami tidak bisa kemudian memberikan kesimpulan. Kesimpulan halal tidaknya juga tidak ada di LPPOM, tetapi di Komisi Fatwa (MUI),” ujarnya. LPPOM MUI memastikan tidak pasif dalam menerima informasi vaksin, tetapi secara intensif melakukan kajian yang dikerjakan auditor LPPOM MUI, seperti literatur, jurnal, dan keterangan pakar mengenai bahan baku vaksin juga digali. “Kalau semua informasi sudah lengkap, MUI tetap menunggu keputusan dari BPOM tentang safety, tentang thoyyib tadi untuk memutuskan, kemudian apakah bisa dikeluarkan sertifikat halal atau tidak,” katanya. Sementara itu, Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU) memutuskan membolehkan penggunaan vaksin Covid-19 buatan Sinovac meskipun belum mengetahui kandungan zat pada bahan pokok pembuatan vaksin tersebut. “Statemen Kiai Wapres (Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin) menjadi pertimbangan kami untuk tidak melanjutkan pembahasan halal dan haramnya,” kata Sekretaris LBM PBNU Sarmidi Husna. Sarmidi berpandangan bahwa pernyataan Ma’ruf berlandaskan atas kegentingan situasi kehidupan akibat dampak Covid-19 sehingga penggunaan vaksin tidak berlabel halal dapat digunakan oleh umat Islam.

Puluhan Ribu Vaksin Covid-19 Tiba di Jateng

SEMARANG, Jowonews- -Sebanyak 62.560 vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang dikirim dari Biofarma, Jawa Barat, tiba di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, Senin (4/1) dini hari pukul 03.00 WIB. Puluhan ribu vaksin tersebut diangkut dengan truk boks berpendingin milik Kementerian Kesehatan. Armada tersebut mendapat pengawalan anggota Brimob Polri bersenjata lengkap yang mengendarai dua unit mobil lapis baja Barracuda. Beberapa saat setelah tiba di Gudang Farmasi Dinkes Jateng, vaksin yang dikemas dalam 32 karton itu langsung dipindahkan ke ruang pendingin dengan suhu tertentu. Kapolsek Ngaliyan Kompol R. Justinus mengatakan bahwa jajaran Polrestabes Semarang termasuk polsek yang dipimpinnya mendapat tugas mengamankan dan menjaga vaksin Covid-19 sebagai objek yang sangat berharga karena berkaitan dengan keselamatan ribuan nyawa manusia. “Adapun pendistribusian vaksin akan diatur dan ditata oleh jajaran Dinas Kesehatan,” katanya sebagaimana dilansir Antara. Sebelumnya, pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan mulai mendistribusikan vaksin Covid-19 secara bertahap ke 34 provinsi pada Ahad (3/1). Untuk Senin (4/1) 2021, Biofarma selaku distributor mengirimkan vaksin ke Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, dan Papua. Jawa Timur dan Jawa Tengah menjadi provinsi dengan pengiriman dosis terbanyak dengan masing-masing 77.760 dan 62.560. Disusul selanjutnya dengan Lampung dengan 40.520, serta Sumatera Barat dengan 36.920. Untuk Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten, vaksin Covid-19 ini diharapkan tiba pada hari ini. Sedangkan untuk daerah lain ditargetkan tiba pada Selasa (5/1), kecuali Provinsi Sulawesi Barat yang dijadwalkan tiba paling lambat Kamis (7/1).

Vaksin Covid-19 Sinovac China Sudah Berkali-kali Dicek Keamananya

JAKARTA, Jowonews- Vaksin Covid-19 buatan Sinovac, China, yang sedang diuji klinis tahap tiga di Bandung, Jawa Barat sudah berkali-kali dicek aspek keamanannya (penggunaan). Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Peneliti Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Dr Kusnandi Rusmil Sp AK MM, Rabu (28/10), seperti dilansir Antara. “Lulus uji klinis fase tiga, vaksin ini bisa di pakai, di lanjutkan dengan post marketing surveillance. Jadi vaksin yang boleh digunakan sudah berkali-kali di cek keamanannya,” kata Prof Kusnandi Rusmil ketika dihubungi melalui telepon. Dia menuturkan dalam uji klinis vaksin ada beberapa tahap seperti preklinik dan uji klinik. Dalam preklinik calon vaksin telah di uji secara fisika dan kimia pada tumbuh-tumbuhan dengan sangat ketat. Kemudian dilanjutkan uji pada tikus dan monyet dengan pemberian berbagai cara dan dosis “Bila aman makan dilanjutkan pada manusia. Pada manusia ada empat tahap untuk melihat keamanan, imunogenisitas dan efikasinya,” kata dia.

Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac akan Dijual Rp 200 Ribu

JAKARTA, Jowonews- PT Bio Farma (Persero) menyampaikan harga untuk vaksin Covid-19 di Indonesia di kisaran Rp200 ribu tidak akan memberatkan pemerintah. “Kisaran harganya Rp200 ribu,” ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (13/10). Menanggapi pemberitaan yang menyatakan bahwa Sinovac sudah menandatangani kontrak pengadaan vaksin dengan Brazil yang akan menjualnya dengan harga 1,96 dolar AS per dosis, Honesti Basyir menyampaikan, sudah dibantah oleh pihak Sinovac, melalui surat resmi yang dikirimkan ke Bio Farma. “Informasi harga vaksin Covid-19 di Brazil, telah kami klarifikasi ke pihak Sinovac. Mereka sudah mengirimkan surat elektronik resmi ke Bio Farma, yang memastikan, bahwa informasi dalam pemberitaan tentang kontrak pembelian 46 juta dosis dengan nilai kontrak 90 juta dolar AS dengan pemerintah Brazil tidak tepat. Dan mengenai harga 1,96 dolar AS per dosis pun tidak tepat,” paparnya. Sebab, lanjut dia, biaya pengirimannya untuk tiap dosisnya sekitar 2 dolar AS. Atas berita ini, Sinovac tengah menelusuri asal informasinya. “Intinya, Bio Farma berkomitmen untuk mendukung upaya pemerintah menghadirkan vaksin Covid-19 dengan harga yang terjangkau untuk memberi perlindungan bagi penduduk Indonesia,” kata Honesti sebagaimana dilansir Antara. Dalam surat resmi yang disampaikan oleh Sinovac, Honesti menyampaikan, ada beberapa faktor dalam menentukan harga vaksin Covid-19. Salah satunya adalah pada investasi studi klinis fase 3 terutama dalam uji efikasi dalam skala besar. “Demikian juga dengan penentuan harga di Indonesia. Dengan kata lain, skema pemberian harga vaksin Covid-19 tidak dapat disamakan,” katanya. Audit Halal Untuk menjaga dan menjamin kualitas vaksin Covid-19 mulai dari bahan baku dan lainnya, ia mengemukakan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan terbang ke Sinovac China . Kunjungan ini untuk mengaudit proses pengembangan dan produksi vaksin corona di fasilitas Sinovac di Beijing, China/ Termasuk pihak LP POM MUI untuk melaksanakan audit halal. Ia menambahkan, BPOM juga akan memastikan fasilitas dan proses produksi vaksin Covid-19 di Bio Farma memenuhi standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)/Good Manufacturing Practice (GMP). Saat ini, uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 masih berjalan di minggu kedua Bulan Oktober 2020 ini. Data terakhir menunjukan sampai dengan tanggal 9 Oktober 2020, 843 relawan yang sudahmendapat penyuntikan kedua. Sementara 449 relawan dalam tahap pengambilan darah pasca penyuntikan kedua/masuk periode monitoring. “Hingga saat ini Uji Klinis tajap 3 berjalan lancar dan belum ada dilaporkan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius akibat pemberian suntikan calon vaksin Covid-19,” katanya.