Memulai Urban Farming: Menanamlah dengan Tanah
SEMARANG, Jowonews- Berkebun adalah salah satu teknologi tertua yang ditemukan nenek moyang kita untuk bertahan hidup. Kita bisa memulainya dengan cara sederhana: tanamlah dengan tanah. Hal tersebut disampaikan Dian Armanda, peneliti urban farming dan biologi lingkungan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, dalam Webinar Citigrower’s Urban Farming Series, Sabtu (29/11) malam. Webinar bertajuk “Berkebun Mudah, Murah, dan Menyenangkan; Mulai Darimana?” ini juga menampilkan praktisi urban farming, Sita Pujianto dari Jakarta. “Jangan membayangkan yang rumit soal berkebun. Karena semua orang secara alami punya green thumb (tangan dingin). Tinggal dilatih untuk menanam dan langsung dipraktikkan di rumah,” tegas Dian yang juga founder Citigrower, sebuah inisiatif urban farming berbasis digital. Teknologi urban farming atau berkebun urban sudah sangat berkembang, kata Dian. Mulai dari yang populer seperti hidroponik dengan media air, akuaponik, aeroponik, bahkan sampai indoor farming atau berkebun di ruang tertutup. Namun bagi pemula Dian menyarankan, mulailah dengan cara yang paling sederhana. Menanam dengan tanah dan atau di tanah dengan cara yang sehat serta natural. “Mengapa memulai dengan tanah? Selain lebih simpel, menanam di tanah yang ‘kotor’ itu juga sehat. Pada tanah subur, ada milyaran organisme termasuk mikrobia yang tidak hanya menyehatkan tanah dan tanaman, namun juga membantu menghasilkan panen pangan yang sehat bagi manusia. Keragaman mikrobia pada tanah subur juga menyehatkan bumi, membantu mengikat karbon dari atmosfer ke tanah, yang artinya membantu memulihkan pemanasan global.Menanam secara alami menyehatkan bagi bumi dan manusia,’ terang Dian. Bagi yang baru mulai menanam, Dian juga mengimbau agar jangan merumitkan diri dengan target menanam untuk dijual atau komersial.Mulailah menanam untuk kebutuhan dari diri sendiri dan keluarga. Kita produksi pangan secukupnya dan olah seperlunya, kata Dian. “Data dari Economist Intelligence Unit menunjukkan, food waste yang dihasilkan tiap orang Indonesia setiap tahun sudah mencapai 300 kg. Sungguh mubazir,” kata Dian prihatin. Bagaimana kita memulai untuk berkebun di rumah? Ada tiga langkah yang perlu dijalankan: menentukan tujuan, melakukan observasi serta desain, dan langsung praktik. Pertama, temukan alasan dan motivasi pribadi kita dalam berkebun. Misalnya untuk menghasilkan pangan yang cukup, memanfaatkan waktu dan barang yang tersedia di rumah, menghasilkan uang, atau mungkin sekadar iseng-iseng belajar. Kedua melakukan observasi dan desain kebun.Tujuannya untuk mengetahui dan mengenal potensi, tantangan, hambatan kita berkebun rumah, lalu membuat rencana tanam. Kita lakukan pengamatan dimana ruang kita bisa menanam. Bisa memanfaatkan halaman, teras, balkon, rooftop, di tembok, di tangga, menggantung, terbuka, atau bahkan tertutup. “Observasi juga terkait orientasi matahari dan angin, akses air, jenis dan kontur tanah, sampah, serta batas kebun dengan tetangga,” cetus Dian. Setelah observasi, tentukan desain kebun yang ingin dibangun. Jenis tanaman yang cocok, jadwal tanam, elemen kebun (mau ada ternak atau kolam misalnya), struktur kebun dan sebagainya. “Terakhir, dan yang terpenting. Just do it! Lakukan dan terus belajar!” ajaknya. Bahkan kesalahan adalah guru yang baik untuk membantu mengasah green thumb kita. “Kalau gagal, ingat kembali bahwa berkebun itu pada akhirnya menyenangkan, maka jangan berhenti,” tandas Dian.