Jowonews

Cek Kebenaran Fakta, Twitter Luncurkan Birdwatch

JAKARTA, Jowonews- Twitter meluncurkan program yang memungkinkan pengguna menandai cuitan yang mereka yakini menyesatkan dan menulis catatan untuk memberikan konteks. Dinamai Birdwatch, program tersebut hadir terlebih dahulu di Amerika Serikat, menurut perusahaan media sosial itu, dikutip dari Reuters, Selasa (26/1). Twitter dan perusahaan media sosial lainnya berada di bawah tekanan untuk memerangi informasi yang salah di platform mereka. Twitter tahun lalu mulai menambahkan label dan peringatan untuk misinformasi di platformnya, termasuk tentang pandemi Covid-19 dan pemilu AS. Birdwatch ada pada bagian terpisah dari Twitter, twitter.com/i/birdwatch, dan hanya peserta percontohan yang mendaftar program ini, yang dapat menulis catatan untuk mengidentifikasi dan membantah kesalahan informasi. Catatan mereka awalnya tidak akan terlihat di Twitter untuk pengguna di luar grup percontohan, tetapi akan terlihat di situs Birdwatch. Twitter mengharapkan sebanyak 1.000 hingga 100.000 orang dapat bergabung dalam Birdwatch secara bergilir dan tidak akan dibayar. “Pada akhirnya kami memiliki tujuan untuk membuat catatan terlihat langsung di Tweet untuk pengguna Twitter global, ketika ada konsensus dari sekumpulan kontributor yang luas dan beragam,” kata Wakil Presiden Produk Twitter, Keith Coleman sebagaiaman dilansir Antara. Peserta dapat menilai catatan dari kontributor lain. “Kami tahu ada sejumlah tantangan untuk membangun sistem berbasis komunitas seperti ini — dari membuatnya tahan terhadap upaya manipulasi hingga memastikannya tidak didominasi oleh mayoritas sederhana atau bias berdasarkan distribusi kontributornya,” kata Coleman. “Kami yakin ini adalah model yang pantas untuk dicoba,” dia menambahkan.

Bagaimana Proses Trending Topic di Twitter?

JAKARTA, Jowonews- Twitter menjelaskan latar belakang sebuah topik menjadi tren di platformnya dengan menyematkan salah satu cuitan pada topik yang ramai dibicarakan. Langkah itu diambil Twitter setelah melihat banyak pengguna mempertanyaan sebuah topik bisa menjadi tren di Twitter. “Mengapa ini menjadi tren?” Pertanyaan itu sebenarnya di-Tweet lebih dari setengah juta kali selama setahun terakhir!,” ujar Twitter dalam postingan blog resminya, dikutip Antara, Kamis. “Untuk membantu dalam hal ini, kami menambahkan Tweet yang dipasangi pin dan deskripsi tentang tren untuk membantu menjelaskan mengapa sesuatu menjadi tren,” Twitter melanjutkan. Beberapa topik yang sedang tren akan dilengkapi dengan cuitan perwakilan yang disematkan untuk memberi lebih banyak informasi tentang topik yang sedang tren tersebut. Twitter menggunakan kombinasi algoritma dan tim kurasi untuk menentukan apakah sebuah cuitan mewakili dan mencerminkan topik yang sedang tren. “Algoritma kami dirancang untuk mengidentifikasi cuitan perwakilan yang tidak berpotensi menyinggung, spam, atau diposting oleh akun yang mencoba memanfaatkan sistem kami,” kata Twitter. Penambahan cuitan yang disematkan pada topik yang sedang tren tersebut telah dirilis di iOS maupun Android, dan segera hadir di twitter.com.Dalam beberapa pekan mendatang, Twitter juga akan menambahkan deskripsi singkat pada sebuah topik yang sedang tren untuk membantu menambah konteks. “Deskripsi tersebut akan memberikan konteks langsung dan bersumber jelas seputar mengapa sesuatu menjadi tren,” Twitter menjelaskan. Deskripsi tentang tren tersebut dikembangkan oleh tim kurasi Twitter, dan dapat ditemukan di twitter.com dan Twitter untuk iOS dan Android. Cuitan yang disematkan dan deskripsi tentang tren akan tersedia di Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Kolombia, Mesir, Prancis, India, Irlandia, Jepang, Meksiko, Selandia Baru, Arab Saudi, Spanyol, Inggris Raya, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat. “Untuk memperjelas percakapan, kami berharap dapat menambahkan lebih banyak konteks ke lebih banyak tren dari waktu ke waktu,” ujar Twitter.