Jowonews

Citigrower Gelar Webinar “Berkebun Urban di 3 Benua”

SEMARANG, Jowonews- Beruntunglah masyarakat Indonesia. Negeri khatulistiwa bertanah subur. Sinar matahari dan air pun melimpah sepanjang tahun. “Beragam tanaman bisa tumbuh di negeri ini.  Anugerah Tuhan sebagai negara megabiodiversity,”  cetus Dian Armanda, peneliti urban farming dan biologi lingkungan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang dalam keterangan persnya, Jumat  (16/10). Sementara di negara subtropis di Amerika dan Eropa misalnya, kegiatan bercocok tanam membutuhkan sumber daya yang lebih besar. Tanpa rekayasa teknik, berkebun hanya bisa dilakukan di musim panas saja. Tanaman juga memerlukan perawatan ekstra, kata Dian yang juga merupakan founder Citigrower, sebuah inisiatif berbasis digital yang aktif kampanyekan urban farming. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana pengalaman berkebun urban di negara tropis dibandingkan dengan subtropis Amerika dan Eropa, Citigrower menyelenggarakan webinar bertajuk “Berkebun Urban di 3 Benua; Sisi Praktis dan Teoretis”. Webinar akan dilaksanakan hari Sabtu (17/10) besok mulai pukul 19:30 via Zoom. Webinar ini bersifat gratis dan peserta akan mendapatkan sertifikat. Masyarakat bisa mendaftarkan lewat link  https://bit.ly/citigrowerwebinar Pekebun Urban Amerika Co founder CitiGrower Agung Bakti mengatakan, webinar  ini bertujuan untuk ikut mengedukasi masyarakat Indonesia yang tersebar di berbagai benua untuk aktif dalam kegiatan urban farming. “Sebagai narasumber ahli, Dian Armanda akan menyampaikan aspek teoretis serta pengalaman berkebun urbannya di Indonesia dan Eropa. Sedangkan narasumber lain, owner Haiqal Garden Syarif Syaifulloh diaspora Indonesia di Philadelphia, akan bercerita bagaimana cara berkebun urban di negara subtropis Amerika,” ujar Agung. Syarif  merupakan pelopor kegiatan urban farming di kota yang terletak di negara bagian Pennsyylvania itu. Dia menanan hingga 40  jenis sayur di kebun urbannya. Hasil panenya ,selain dikonsumsi sendiri, juga dibagikan ke para tetangga dan komunitas.. Menurut Agung, aksi syarif banyak menginspirasi warga di sana. sehingga semakin banyak orang terlibat bercocok tanam di rumahnya. “Atas dedikasinya tersebut, Syarif diberi penghargaan sebagai bapak teladan kota Philadelphia,” pungkas Agung.

Innovative Urban Farming, Masa Depan Ketahanan Pangan Dunia

SEMARANG, Jowonews- Peringatan hari pangan sedunia setiap tanggal 16 Oktober, masih terus dibayangi masalah kebutuhan pangan masyarakat yang jumlahnya semakin meroket. Tahun 2050, kebutuhan produksi pangan diperkirakan akan meningkat  hingga 50 % dibandingkan tahun 2012, mengutip data Badan Pangan Dunia FAO (2018) “Saat itu akan ada 9,7 Millyar mulut penduduk yang harus diberi makan.  68 % diantaranya tinggal di perkotaan. Sehingga diperlukan jumlah pangan yang sangat besar khususnya bagi masyarakat konsumen perkotaan,”  tegas Dian Armanda, peneliti urban farming dan biologi lingkungan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang dalam keterangan persnya, Jumat  (16/10). Di sisi lain, kata Dian, luasan lahan pertanian konvensional secara global terus tergerus. Ledakan jumlah penduduk membuat banyak lahan pertanian beralih fungsi menjadi tempat pemukiman. Hal ini jelas semakin menekan jumlah produksi pangan yang dihasilkan.Karena itu perlu ada  terobosan lain untuk pemenuhan pangan masa depan, terangnya. “Jika tahun 1960-2000 terobosan itu dilakukan dengan intensifikasi masif pertanian melalui revolusi hijau, maka saat ini innovative urban farming atau pertanian perkotaan inovatif adalah jawabannya,”  tegas kandidat doktor dari Institute of Environmental Science, Leiden University, Belanda ini. Urban Farming Kian Menjanjikan Hasil riset Dian dalam jurnal internasional Global Food Security (September, 2019) menunjukkan, urban farming kian menjanjikan. Hal ini ditinjau dari segi aspek potensi produksi global, keragaman pangan yang dihasilkan, potensi luasan lahan dan jumlah praktisi yang terlibat Riset yang mengambil sejumlah sampel lokasi urban farming komersial di Asia, Amerika, dan Eropa itu memperlihatkan, sistem pertanian perkotaan ini bisa meningkatkan sumber pangan dengan efektif dan  efisien. “Sebagai contoh, urban farming Aerofarm di kawasan kota New Jersey, Amerika Serikat mampu menghasilkan panen sayur hingga 140 kg per tahun per meter persegi lahan dengan teknik aeroponik indoor vertikal,” cetus ibu beranak tiga ini. Kapasitas produksinya bisa mencapai 100 kali lebih banyak daripada pertanian konvensional. Namun dengan konsumsi air cuma sepersepuluhnya, tambah Dian. Innovative urban farming juga dipandang cukup ramah lingkungan. “Inovasinya membuat aspek perawatan dan sumber daya yang dipakai menjadi minimalis, namun dapat menghasilkan panen yang maksimalis,” tegas perempuan kelahiran Yogyakarta itu. Dian menyatakan, sejak tahun 2010, terobosan teknologi innovative urban farming seperti hidroponik, akuaponik, aeroponik, vertical farming, indoor farming, dan precision farming semakin berkembang secara global. Gaya hidup baru berkebun urban  skala hobi maupun rumahan  untuk subsisten (pemenuhan kebutuhan sendiri) semakin marak. Demikian pula dengan kebun urban  skala komersial. Banyak bermunculan perusahaan urban farming berupa pabrik sayuran di tengah kota di berbagai belahan dunia. “Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, dimana orang punya banyak waktu di rumah, urban farming  terus berkembang menjadi salah satu kegiatan favorit masyarakat. Bukan hanya di Indonesia, tapi di seluruh dunia. Ini langkah awal yang bagus untuk menciptakan ketahanan pangan masa depan,”  ujarnya, Untuk memperkuat ketahanan pangan tersebut , Dian mengajak masyarakat Indonesia beramai-ramai menjadikan lahan pekarangannyadan ruang-ruang potensial di rumah sebagai kebun urban. Hasil panennya bisa dipetik untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga.

Serba Serbi Merawat Kaktus

Hai Citigrower… Siapa suka menanam kaktus ? Atau bahkan mengkoleksinya ? Bentuknya yang unik dan estetis membuat tanaman ini sering dijadikan dekorasi dan penghias ruangan. Tanaman ini memang bisa diletakkan di dalam ruangan atau di luar ruangan. Bagaimana sih perawatan kaktus yang benar ? Yuk ikuti petunjuk di bawah ini Kaktus termasuk tanaman sukulen karena menyerap dan menyimpan air pada batang utama. Tapi tidak semua sukulen adalah kaktus. Secara fisik, sukulen memiliki kelopak seperti daun sedangkan kaktus mengganti jaringan daun dalam bentuk duri Kaktus ditemukan pada abad ke-16, sebagian besar spesiesnya berasal dari Amerika Utara, Selatan, dan Tengah. Kaktus hidup di daerah gurun, semi-gurun, padang rumput kering, hutan meranggas, atau padang rumput. Umumnya, kaktus hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis Keunikan Kaktus salah satunya yaitu menghasilkan oksigen pada siang dan malam hari. Merawat Kaktus Kaktus tidak perlu sering disiram. Letakkan ditempat yang terkena cahaya matahari. Apabila kaktus berada di dalam ruangan dapat dikeluarkan setiap 2-3 kali seminggu. Apabila kaktus berada di luar ruangan dan cuaca sedang dingin atau sering hujan, cukup disiram 2 kali dalam sebulan. Ganti pot setiap 6 bulan atau satu tahun sekali.. Media tanam harus disterilkan dulu agar bebas dari telur cacing dan hama yang dapat menyerang akar kaktus. Caranya, siram media dengan air panas secara merata dan biarkan hingga dingin dan agak kering. Agar tetap tampil segar, usahakan kondisi di sekitar kaktus tidak lembap. Lembab bisa menyebabkan kebusukan dan tumbuhnya jamur. Suhu udara yang ideal untuk kaktus adalah 16—34 derajat Celsius Kaktus mudah ditemukan di toko tanaman hias maupun penjualtanaman di pinggir jalan. Harganya bervariasi. Mulai dari 5 ribu hingga jutaan rupiah. Happy gardening ! Link Asli: https://www.facebook.com/citigrower

Apa sih Hidroponik itu? 7 Pertanyaan Awam Soal Hidroponik

(Bagian 1 dari 2 Tulisan) Hai CGrow. Urban farming menjadi aktivitas populer di masa pandemi. Selain bisa mengatasi kejenuhan, berkebun juga dapat menghilangkan stress. Bayangkan saja rasa puas saat dapat memakan sayuran hasil jerih payah dari menanam sendiri. Rasanya pasti berbeda. Hmm… sepertinya cukup mengasyikkan ya. Hidroponik menjadi salah satu teknik urban farming populer dan diminati masyarakat perkotaan. Meski demikian masih banyak diantara kita yang merasa ragu atau bingung untuk memulai. Ada pula yang merasa masih awam. Ada yang merasa sepertinya tidak akan berhasil. Ada juga yang merasa tidak memiliki bakat dalam bidang tanam-menanam. Padahal rasanya mungkin ingin sekali kita mencobanya. Nah, kali ini redaksi menghadirkan 7 hal dasar yang sering ditanyakan masyarakat awam seputar hidroponik. Sama-sama kita simak yuk. Jangan lupa, komen ya di kolom komentar. Nanti segera kita lanjutkan pembahasan tentang ragam teknik hidroponik. Happy gardening! 7 Pertanyaan Awam 1. Apa itu Hidroponik ? Hidroponik berasal dari bahasa yunani “hydro” yang memiliki arti air dan “ponos” yang memiliki arti daya/kerja. Karena itu hidroponik sering dimaknai sebagai menanam atau bekerja dengan air. Namun istilah ini berkembang menjadi artian yang lebih sempit. Hidroponik jadi dikenal dengan sebutan soilless culture atau yang berarti budidaya tanaman tanpa tanah sebagai media tanam. Secara mudah, hidroponik berarti bercocok tanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam. 2. Mengapa media tanam tanah dapat diganti oleh air ? Pada dasarnya tanaman dapat bertumbuh kembang di tanah karena di situ ada nutrisi. Nutrisi itu dibutuhkan oleh tanaman. Adapun air tanah berfungsi sebagai pelarut nutrisi itu. Nah, dalam hidroponik, tanah diganti dengan air nutrisi. Yakni pupuk yang dilarutkan dalam air. Dengan air nutrisi itu tanaman tetap dapat tumbuh dan berkembang. Adapun fungsi tanah sebagai substrat penopang tumbuhan juga diganti dengan substrat lain yang telah disterilkan. Seperti rockwool, perlite, cocopeat, hidroton, dan lain-lain. 3. Mengapa banyak orang berhasil panen dengan metode hidroponik ? Menanam dengan cara hidroponik ibarat menanam tanaman dengan menambahkan infus nutrisi (pupuk) yang dibutuhkan. Sehingga tumbuh kembang tanaman pun terpacu optimal. Selanjutnya.. 4. Apakah produk tanaman hidroponik sehat ?

TIPS: Manfaatkan Kulit Telur Untuk Berkebun

Hai CGrower Kulit telur biasanya kita lempar begitu saja ke tong sampah.Mulai sekarang, hentikan kebiasaan itu! Karena kulit telur itu ternyata bisa kita manfaatkan untuk kegiatan berkebun..Alih-alih hanya menjadi sampah, kulit telur bisa diolah menjadi pupuk atau pestisida alami pengendali hama tanaman. Kok bisa? Ya, karena sekitar 90% kulit telur adalah CaCo3, alias kalsium karbonat . Mineral utama yang disimpan kulit telur adalah kalsium ,salah satu unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman. Kalsium juga berfungsi sebagai penetral keasaman tanah. Secara lengkap, berikut beberapa kegunaan kulit telur dalam kegiatan berkebun: PupukKalsium dalam kulit telur dapat dijadikan pupuk agar tanaman tidak kerdil, bunga tidak mudah gugur, tidak gagal berbuah dan tidak mudah terserang hama.Hal ini karena, kalsium adalah mineral yang penting bagi pembentukan sel baru serta perangsangan pertumbuhan akar. Kalsium juga berguna untuk memacu terbentuknya buah dan biji. Penetral Keasaman TanahKulit telur bisa berperan sebagai pengganti dolomit. Yaitu mengubah tanah yang tingkat keasamannya tinggi (pH rendah) menjadi lebih basa (pH nya naik) atau ke arah netral (pH 7.0)Bila tanah terlalu asam (pH-nya terlalu rendah), maka akan mengganggu aktivitas mikroorganisme alami tanah. Dan pada akhirnya akan mengganggu asupan nutrisi ke tanaman juga. Karenanya menjadi penting untuk menetralkan tanah dalam kegiatan berkebun. Sebagai Pengendali Hama TanamanSelain menjadi pupuk organik, kulit telur juga dapat menjadi pestisida alami. Hama-hama yang dapat dibasmi dengan kulit telur antara lain: hama siput, kutu putih, dan kumbang.Ketika ingin menghalau hama siput misalnya, cukup dengan membuat pagar tanaman dari taburan serbuk atau remahan kulit telur. Serbuk atau remahan kulit telur ini lalu disebar mengelilingi bagian dasar tanaman yang disukai siput . Campuran Bahan KomposterRemahan kulit telur juga bagus dicampurkan ke dalam komposter. Kandungan di dalamnya dapat memperkaya mikroorganisme yang ada. Wadah SemaiKarena bentuknya unik, cangkang telur ini juga bisa digunakan sebagai wadah semai yang menarik. Namun pastikan kulit telurnya tidak pecah berantakan ya. Selanjutnya, cara pengolahan.

Apa Sih Beda Biji, Benih dan Bibit?

Hai CitiGrower, ketiga istilah bakal tanaman ini seringkali dianggap sama. Padahal sangat berbeda lho. Apa itu? Biji, benih dan bibit. Yuk, kita bahas satu persatu. Biar kita tahu perbedaan dan kegunaannya secara tepat. Biji Biji merupakan embrio bakal tanaman yang masih dalam keadaan dorman atau belum aktif. Biji ini berfungsi sebagai unit perbanyakan dan penyebaran alamiah tanaman secara generatif atau kawin. Nah, saat di alam, biji dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa campur tangan manusia. karena faktor alami saja. Misalnya karena terbawa angin, air, atau melalui perantaraan binatang. Seperti lewat kupu-kupu, kumbang, kelelawar dan lainnya. Benih Sementara benih diartikan sebagai biji yang telah mengalami perlakukan khusus, Maksudnya, biji tersebut telah diolah teknologi manusia sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman. Adapun secara struktural, biji sama dengan benih. Namun dari segi fungsional, benih memiliki fungsi agronomis karena digunakan untuk pengembangan usaha tani. Perlu diketahui, tidak semua biji dapat dijadikan benih. Ada perlakuan khusus dalam menyeleksi biji untuk menjadikannya benih. Ini diperlukan dalam rangka mendapatkan benih yang bermutu.Jika bermutu benihnya, alhasil bisa mendapatkan tanaman yang sehat dan berproduksi tinggi. Lalu, apa kriteria benih bermutu?Setidaknya, benih bermutu dapat digolongkan menjadi tiga macam: Pertama, benih bermutu secara genetis. Yakni benih yang berasal dari benih murni dari spesies atau varietas yang dapat menunjukkan identitas secara genetis dari tanaman induknya. Seperti sama-sama berumur pendek/genjah, berproduksi tinggi, tahan terhadap penyakit, respon terhadap pemupukan, dan beradaptasi baik pada lingkungan. Kedua, benih bermutu secara fisiologis. Yakni benih yang mempunyai daya tumbuh tinggi, percepatan perkecambahannya tinggi dan viabilitasnya (kemampuan benih berkecambah) Ketiga, benih bermutu secara fisik. Yakni benih berkualitas yang ditunjukkan berdasarkan kualitas fisiknya.CitiGrowers, umumnya benih dikatakan baik secara fisik apabila menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Benih bersih dari kotoranBenih berstandar menghendaki tingkat kebersihan yang tinggi terhadap benih tanaman lain, gulma, kotoran dari sisa-sisa bagian tanaman lain, butiran tanah, pasir dan kerikil. Apabila benih bersih ini diproduksi maka akan menunjukkan sifat-sifat yang sama dari kelompoknya. 2. Benih berisi atau bernasBenih bernas adalah benih yang berisi atau tidak hampa. Untuk mengetahui secara pasti dari benih bernas dapat melalui penimbangan benih. Jika ditimbang menunjukkan berat benih terukur standar, maka benih tersebut dinilai baik. Benih bernas biasanya berat. Hal ini karena benih berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih hampa. sehingga jika disemai akan memberikan pertumbuhan kecambah lebih besar. Standar yang digunakan untuk mengukur benih bernas adalah dengan menimbang berat 1000 biji untuk benih-benih kecil, dan 100 biji untuk benih-benih besar. Kemudian dari hasil penimbangan dibandingkan dengan standar berat benih 1000 biji atau 100 biji yang dapat dilihat pada tabel benih. Selain dengan menimbang berat benih, mengeceknya adakah suatu benih bernas atau tidak, dengan teknik perendaman pada air. Jika benih terendam berarti benih bernas. Namun demikian, ada jenis benih tertentu walaupun terapung benih tersebut tetap bernas. 3. Warna benih cerahWarna benih dapat mengidentifikasikan kualitas suatu benih. Terutama untuk mengetahui lamanya benih disimpan dan mengecek tingkat kesehatan benih dari penyakit. Benih yang baik akan menunjukkan warna kulit yang cerah atau terang sesuai dengan warna aslinya. Sedangkan benih yang disimpan dalam lingkungan yang tidak terkendali dan yang terkontaminasi dengan patogen akan memberikan warna yang lebih kusam atau tidak sesuai warna dasar aslinya. 4. Ukuran benih normal dan seragamUkuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya volume setiap butir benih. Benih yang baik adalah benih yang memiliki ukuran normal, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Selain ukuran normal, benih harus memiliki keseragaman dalam ukuran.Benih berukuran normal dan seragam merupakan benih yang berkualitas karena memiliki struktur embrio dan cadangan makanan yang cukup sehingga dapat melanjutkan kehidupannya. Bibit Nah, kalau bibit sendiri adalah benih yang telah berkecambah. Pada umumnya sudah berbentuk tanaman muda. Ada akar, batang, dan daun, meskipun sangat kecil. Sementara istilah pembibitan atau persemaian merujuk pada proses alamiah berkecambahnya benih sampai menjadi tanaman muda.Kegiatan menanam benih atau pembibitan ini sendiri bersifat sementara di lokasi pembibitan. Tanaman muda atau hasil semaian ini dipelihara sampai siap dipindahkan ke lahan permanen. Adapun cara menanam benih atau pembibitan atau penyemaian bisa dibaca pada artikel sebelumnya Baca: Cara Praktis Menyemai Benih Hingga Jadi Bibit Jadi jelas ya sekarang bedanya biji, benih dan bibit. Jangan sampai tertukar-tukar lagi pengertiannya. Yuk, CitiGrower, kita mulai menanam. *Tulisan ini adalah sumbangan dariAri Kusuma, S.TP, MM (IG : arikusuma.id)Member Komunitas Teman Tanam Smanitra **Tulisan telah dikurasi sesuai kebijakan redaksional CitiGrower

Cara Praktis Siapkan Lahan Bedengan (Raise Bed)

Hai CitiGrower, setelah sukses dengan menyemai benih, mungkin kita bingung mau ditanam dimana nih bibitnya? Jawabnya tentu di media tanam ya. Namun ada beraneka ragam model pilihan media tanam bagi bibit yang telah berhasil kita tumbuhkan dari persemaian. Salah satunya dengan menanam bibit di lahan bedengan atau istilah kerennya raised bed. Nah, dalam tulisan kali ini ini kita ingin berbagi cara praktis bagaimana menyiapkan lahan media tanam bedengan. Begini langkah-langkahnya: 1. Buatlah bedengan dengan lebar kurang lebih 80 cm dan panjang sesuka hati. Batasi dengan batu bata, batu kali, kayu, atau apapun yg bisa dipakai sebagai pembatas tanaman. Kenapa cuma 80 cm lebarnya? Agar mudah perawatannya. Ketika lahan bedengan harus dibersihkan dari gulma misalnya, tangan masih bisa menjangkau ke seluruh area luasan bedengan. 2. Lalu bersihkan lahan yang akan dijadikan bedengan dari rumput-rumput, bebatuan, sampah atau pengotor lain dari lahan. Selanjutnya tutup dengan kertas koran. Cukup dua lapis saja. Pembersihan perlu dilakukan agar media tanam di bedengan bisa sehat, tak terkontaminasi. Sehingga tanaman bisa tumbuh subur. Sementara pemberian kertas koran dimaksudkan untuk memberikan pembatas bagi media tanam di bagian atas. Kertas korannya sendiri nanti akan hancur otomatis oleh alam. 3. Isi lahan bedengan dengan media tanam. Lalu siram dengan air secukupnya (jangan sampai terlalu basah atau menggenang airnya). Adapun ketinggian media tanam menyesuaikan dengan tanaman apa yang ingin kita tumbuhkan. Secara umum, tingginya antara 20-30 cm. Jika tanaman buah, bisa lebih dari 30 cm. Apa saja bahan media tanam yang dipakai? Bisa campuran pupuk kandang, sekam bakar, dan cocopeat dengan perbandingan volume 1;1:1. Bisa juga campuran kompos dan tanah sekitar yang sudah subur (ditandai dengan banyak cacing). Atau kalau mau lebih praktis, bisa beli media tanam yang sudah jadi di tukang tanaman. Biasanya berupa campuran pupuk kandang dan tanah lempung berongga. 4. Tutuplah lahan bedengan dengan karung goni, karung beras, kayu, kardus, plastik hitam atau bahan apapun yang bisa menjaga kelembapan permukaan lahan media tanam. 5.Biarkan lahan selama 2-3 hari. Tiap hari dibuka sebentar dan disiram untuk menjaga kelembapan. Setelah 2-3 hari dan lahan dirasa siap, baru bibit hasil semaian dipindahkan ke lahan bedengan yang kita buat tersebut. Mudah kan, CGrower…Selamat mencoba !