Jowonews

Vaksinasi Gelombang Ketiga untuk ODGJ dan Disabilitas

JAKARTA, Jowonews- Vaksinasi gelombang ketiga akan dikhususkan untuk kelompok Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), penyandang disabilitas, dan tinggal di wilayah rentan terhadap penyebaran Covid-19 kawasan DKI Jakarta. Hal tersebut disampaikan Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Tingkat Pusat & Duta Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), dr. Reisa Broto Asmoro dalam diskusi terbatas via daring terkait vaksinasi COVID-19, Jumat (21/5). Orang yang tinggal di permukiman padat juga menjadi bagian dari sasaran vaksinasi gelombang ini, kata dia. Nantinya, dinas kesehatan memberikan vaksin berkoordinasi dengan kelurahan setempat, dinas sosial (khusus untuk penyandang disabilitas), rumah sakit (untuk ODGJ). “Harus memenuhi persyaratan, di DKI jakarta harus tinggal di wilayah rentan, rawan terhadap penyebaran Covid-19, tinggal permukiman padat, ODGJ dan penyandang disabilitas,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara. Selanjutnya, calon penerima vaksin juga harus lulus screeing kesehatan awal mencakup tekanan darah (di bawah 180/110 mmHg), suhu normal yakni di bawah 37,5 derajat Celcius. Bagi yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid harus memastikan penyakitnya terkendali atau mengantongi surat rekomendasi dari dokter yang memeriksanya. Vaksinasi gelombang ketiga ini menjadi salah satu langkah percepatan program vaksinasi nasional. Pada 20 Mei 2021, sudah 40.349.049 orang target sasaran mendapatkan vaksin, dengan penerima dosis vaksin pertama sebanyak 14.369.233 orang dan tambahan penerima vaksin harian sekitar 269.479 orang. Sedangkan untuk yang dosis kedua kisarannya meningkat menjadi sekitar 9.536.000 orang. “Jadi, sejak 13 Januari hingga kini sudah 23,9 juta suntikan yang diberikan,” kata Reisa. Vaksinasi menjadi salah satu langkah mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok yang pada akhirnya memutus rantai penularan virus. Apabila populasi ingin terlindungi dari satu penyakit tertentu maka ambang capaian imunisasi harus tercapai. Kondisi ini bisa tercapai apabila vaksinasi dilakukan secara massive dalam waktu relatif singkat. “Vaksin nantinya diberikan untuk menciptakan antibodi. Vaksin tidak harus sakit dulu sudah ada antibodinya. Dia bisa membantu tidak menyebarkan dan memutus rantai penularan,” kata Reisa. Orang yang sudah divaksin lengkap mendapatkan perlindungan 3 kali lebih besar dibandingkan mereka yang tidak divaksin. Kalaupun dia sampai terinfeksi, biasanya tidak akan sampai ke tahap berat. Dia menambahkan, vaksin-vaksin yang masuk ke Indonesia sudah lulus uji klinis, direkomendasikan para ahli, sesuai standar keamanan, mutu dan khasiat. “Banyak merk untuk Covid-19 tetapi enggak usah pilih-pilih, semua vaksin sama fungsinya, tujuannya menimbulkan antibodi.” Selain vaksinasi, orang-orang juga harus disiplin menerapkan protokol kesehatan yakni mengenakan masker, mencuci tangan rutin, menjaga jarak, mengurangi mobilitas dan menjauhi kerumunan.

Kementan Klaim Tengah Uji Coba Vaksin Pencegahan Demam Babi Afrika

JAKARTA, Jowonews.com – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyebutkan bahwa vaksin pencegahan African Swine Fever (ASF) atau virus Demam Babi Afrika yang dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) tengah diuji coba. Pernyataan tersebut menanggapi kritik Ketua Komisi IV DPR dari Fraksi PDIP Sudin yang meminta agar Kementerian Pertanian (Kementan) lebih memprioritaskan vaksin Demam Babi Arika yang saat ini masih mewabah di wilayah Sumatera Utara. “Mengenai flu babi, tidak betul kalau dikatakan riset kita enggak jalan. Vaksin-vaksin ini sudah diuji coba di lapangan,” kata Syahrul dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR di Jakarta, Selasa. Hal senada dikemukakan Kepala Balai Besar Veteriner,Kementan, Indi Dharmayanti. Ia mengatakan riset penemuan vaksin tersebut hingga saat ini masih dilakukan antara Balitbangtan dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan. Menurut dia, Balitbangtan tidak melupakan tugas pokok dan fungsi lembaga tersebut, salah satunya terhadap hewan ternak yang menjadi bagian dari ketahanan pangan. “Kami masih mengerjakan vaksin untuk ASF, bekerja sama dengan Ditjen PKH, karena memang vaksin ini sulit untuk ditumbuhkan di sini, tetapi kita sudah ada arah ke sana. Jadi kita tidak melupakan tupoksi kita,” kata Indi. Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR Sudin mengapresiasi adanya inovasi dari Badan Litbang Pertanian, yakni kalung aromaterapi berbahan dasar tanaman eucalyptus yang disebut mampu membunuh virus corona. Namun demikian ia menilai bahwa Kementan seharusnya dapat menjalankan tugas, pokok dan fungsinya terlebih dahulu, salah satunya pada virus Demam Babi Afrika yang saat ini belum ditemukan vaksin pencegahannya. “Tugas yang paling penting saat ini untuk negara adalah bagaimana menemukan vaksin virus Babi afrika. Itu yang paling penting dulu, mungkin kalau kita konsumsi babi tidak banyak, tapi di daerah lain seperti di Sumut mungkin banyak,” kata Sudin. Menurut dia, hasil temuan eucalyptus sebaiknya tidak perlu dipublikasikan secara luas mengingat belum melalui uji klinis dan praklinis. Karena penelitian tersebut belum sempurna, Sudin mengkhawatirkan akan terjadi kesalahpahaman di masyarakat. (jwn5/ant)

Ilmuwan Inggris Ciptakan Vaksin Virus Corona

LONDON, Jowonews.com – Seorang ilmuwan Inggris terkemuka  menciptakan terobosan signifikan dalam bersaing menemukan vaksin virus corona, dengan mengurangi waktu pengembangan normal dari “dua hingga tiga tahun menjadi hanya dalam 14 hari,” demikian laporan stasiun TV Sky. Profesor Robin Shattock, kepala Infeksi Mukosa dan Kekebalan di Imperial College London, menyebutkan kini dirinya dalam tahap awal menguji vaksin pada binatang secepatnya pekan depan, dengan studi manusia pada musim panas apabila mengantongi dana yang mencukupi, kata Sky. “Prosedur konvensional biasanya memakan waktu sedikitnya dua hingga tiga tahun sebelum anda bahkan sampai ke klinik,” katanya kepada Sky. “Dan kami keluar dari urutan itu untuk menghasilkan satu kandidat di laboratorium dalam 14 hari.” Vaksin tersebut akan terlalu terlambat untuk wabah yang cepat menyebar saat ini, namun akan menjadi penting jika ada vaksin untuk melawan virus tersebut, katanya. (jwn5/ant)

EMA Percepat Pengembangan Vaksin Lawan Virus Corona

AMSTERDAM, Jowonews.com – Badan Pengawas Obat Eropa (EMA) menyebutkan pihaknya sedang mengambil sejumlah upaya mempercepat pengembangan vaksin dan pengobatan untuk memerangi virus corona baru, yang menelan lebih dari 400 korban jiwa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan virus seperti flu tersebut sebagai darurat global. Para ahli pun menyebutkan masih menjadi misteri terkait virus corona, seperti jumlah korban meninggal dan cara penularan. “EMA siap mendukung pengembangan obat-obatan dengan seluruh perangkat regulasi yang ada guna meningkatkan sekaligus mempercepat pengembangan langkah efektif untuk melawan dan mencegah penyebaran virus ini,” kata badan tersebut. Pihaknya menuturkan sedang mencari antivirus atau vaksin potensial untuk menyembuhkan atau mencegah wabah virus tersebut. Pihaknya juga sedang menganalisis semua informasi yang ada terkait penemuan berbagai obat dari para pengembang. Produsen farmasi Inggris GlaxoSmithKline (GSK) mengatakan sedang  bekerja sama dengan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Wabah (CEPI) sebagai upaya mengembangkan sebuah vaksin. “EMA menggiatkan rencananya untuk menghadapi ancaman kesehatan yang ada,” kata Direktur Eksekutif EMA Guido Rasi, menambahkan bahwa badan tersebut akan memberikan imbauan ilmiah jalur cepat dan umpan balik dari setiap pengembangan obat yang diusulkan. (jwn5/ant)