Jowonews

Pemkot Hingga Relawan Tanam Sebanyak 16.100 Bibit Mangrove di Pesisir Pekalongan

Mangrove Pemkot Pekalongan

PEKALONGAN – Pemerintah Kota Pekalongan bekerjasama dengan Partnership Fund dan relawan penggiat lingkungan melakukan penanaman 16.100 bibit mangrove di kawasan pesisir Pantai Utara Pekalongan pada Rabu (21/9/2022). Upaya ini dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Salah satunya adalah merehabilitasi dan melindungi ekosistem mangrove. Walikota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid sangat mengapresiasi gerakan peduli pesisir kota Pekalongan yang digagas kelompok kemitraan dengan menanam 16.100 bibit mangrove di dua tempat, yakni Desa Kandang Panjang dan Desa Bandengan di Kecamatan Pekalongan Utara. “Alhamdulillah hari ini bersama Kemitraan, peralatan dan masyarakat Kandang Panjang dan Bandengan, kita bersama-sama menanam 16.100 bibit mangrove dengan tujuan menyelamatkan lingkungan,” kata Wali Kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid. Walikota Pekalongan berharap puluhan ribu bibit mangrove yang ditanam di kawasan pesisir utara kota Pekalongan dapat tumbuh subur dan berpotensi mencegah abrasi dan dampak perubahan iklim lainnya. “Saya juga menekankan perlunya upaya bersama untuk menjaga dan melindungi garis pantai Kota Pekalongan yang menurut peneliti ITB akan tenggelam pada tahun 2035,” ujarnya. Menurutnya, saat ini bukan saatnya menyalahkan beberapa pihak, namun semua sektor masyarakat harus berperan aktif dan berkolaborasi dalam upaya menjaga pantai utara kota Pekalongan. “Kalau tidak bergerak merawat bersama ini akan percuma. Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, tetapi semua pihak harus ikut peduli menyelamatkan lingkungan ini.” katanya dikutip dari Tribun Pantura, Kamis (21/9/2022). Upaya penanaman mangrove kemitraan ini merupakan berkah bersama karena merupakan proyek pertama Mitra di kota Pekalongan yang diharapkan berhasil mengatasi perubahan iklim. Sementara itu, Andi Kiki, Team Leader Project Management Unit Adaptation Fund Kemitraan menjelaskan, penanaman puluhan ribu mangrove merupakan bagian dari upaya mitigasi dampak perubahan iklim di kota Pekalongan. Selain itu, di Kota Pekalongan diperkirakan ada potensi tenggelam akibat perubahan iklim, sehingga hal ini dalam rangka kerjasama dengan Pemkot Pekalongan dan didukung oleh aparat desa, kecamatan dan aktivis lingkungan untuk mengadaptasi permasalahan yang dihadapi perubahan iklim dengan melakukan penanaman belasan ribu bibit mangrove. “Setidaknya, kegiatan penanaman mangrove ini tidak hanya berhenti disini, kami juga melakukan kegiatan serupa di lokasi-lokasi lain khususnya lokasi yang rawan bencana banjir rob,” ujarnya. Melalui kegiatan ini, lanjutnya, setidaknya merupakan upaya terpenting bagi kota Pekalongan agar siap menghadapi perubahan iklim dan beradaptasi, setidaknya masyarakat dapat melakukannya dalam kehidupan sehari-hari khususnya tindakan untuk melindungi pantai dan lingkungan sekitarnya. Andi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam kepedulian kota Pekalongan dalam memerangi perubahan iklim. “Kami apresiasi sekali kepada Pemkot dan semua pihak yang memberikan support penuh dan bertindak bersama-sama dalam meminimalisir isu-isu perubahan iklim ini,” imbuhnya. Foto: doc. Tribun Pantura

Pemkot Pekalongan Siapkan Para Pembatik Baru Melalui Lomba Membatik

Lomba Membatik Pekalongan

PEKALONGAN – Batik pekalongan telah dikenal di seluruh dunia dan merupakan warisan budaya tak benda yang harus dilestarikan. Agar pembatik memiliki generasi atau penerus, Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan menyelenggarakan lomba membatik dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi Wali Kota Pekalongan, Afzan Arslan Djunaid yang berada di Pekalongan, Senin, mengatakan pihaknya sudah berulang kali menggelar lomba membatik mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi dalam upaya mendorong mereka untuk melestarikan budaya asli daerah tersebut. “Dengan melalui lomba maupun kegiatan lain, diharapkan bisa melahirkan bibit-bibit penerus pembatik asal Kota Pekalongan serta mampu meningkatkan semangat pelajar melestarikan budaya asli daerah,” katanya, dikutip dari Antara Jateng. Ia meyakini melalui lomba membatik ini akan membawa nilai tambah bagi mereka sehingga mereka bisa mengetahui proses produksi batik dan jenis-jenis batik serta mencintai kerajinan batik. “Oleh karena itu, siapa lagi yang akan melestarikan batik? Jadi kami terus mendorong masyarakat untuk terus mencintai batik dan terlibat dalam pelestariannya,” ujarnya. Afzan Arslan yang sering disapa Aaf mengatakan kota Pekalongan dikenal sebagai kota kreatif dunia karena kerajinan batiknya. Ia mengatakan, seluruh proses produksi batik merupakan rangkaian proses kreatif mulai dari desain pola, menggambar pola hingga proses pewarnaan. “Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian UNESCO menetapkan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif Dunia karena keseharian orang-orangnya yang sangat lekat dengan kreativitas,” katanya. Ia menghimbau peserta lomba membatik dapat menjadi ahli dan terjun ke dunia batik, baik itu penerus batik, konsultan batik, desainer atau pun pengusaha di bidang batik. “Dengan mengenalkan proses membatik sejak dini, semoga akan tumbuh semangat mengenal batik secara lebih mendalam dan lahir pula keinginan untuk menjadi seorang pembatik yang handal,” demikian Afzan Arslan Djunaid. Foto: doc. Antara Jateng