Jowonews

Gang Gowes, Trip Menyusuri Gang-Gang Perumahan Warga di Kota Solo

Gang Gowes, Trip Menyusuri Gang-Gang Perumahan Warga di Kota Solo

SURAKARTA – Solo, atau Surakarta, tidak hanya terkenal dengan keindahan bangunan bersejarahnya, tetapi juga menjadi magnet bagi para pelancong yang menginginkan pengalaman wisata yang unik. Baru-baru ini, ada inovasi menarik dalam dunia perjalanan wisata di Solo, yakni layanan trip bersepeda keliling kota yang diberi nama Gang Gowes. Berbeda dengan trip keliling kota pada umumnya yang mengajak wisatawan ke lokasi-lokasi terkenal, Gang Gowes menawarkan pengalaman berbeda dengan menyusuri gang-gang yang dipenuhi oleh rumah-rumah warga. Meskipun rumah-rumah tersebut sederhana dan biasa, di sinilah letak keunikan Gang Gowes. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik untuk menikmati keindahan kesederhanaan yang mereka temui selama bersepeda. Fasichah Tia Nur, pendiri Gang Gowes, menjelaskan bahwa layanan ini telah beroperasi sejak Agustus 2023 dengan tema urban bike, dan ternyata peminatnya sangat banyak, terutama dari kalangan generasi muda. Bahkan, permintaan untuk ikut trip ini begitu tinggi sehingga ada yang masuk dalam waiting list. Lebih dari sekadar menyediakan pengalaman bersepeda, Gang Gowes juga menawarkan dokumentasi estetik berupa foto-foto indah dan video reels, serta paket sarapan di kafe milik Fasichah sendiri, yang juga menjadi titik kumpul para peserta trip. Tidak lupa, ada juga oleh-oleh berupa kembang tahu instan yang bisa dibawa pulang, sehingga pengalaman wisata menjadi lebih lengkap. Fasichah menuturkan bahwa ide untuk membuka Gang Gowes awalnya hanya bermula dari keinginannya untuk mendokumentasikan kegiatan bersepedanya di gang-gang Solo. Namun, antusiasme yang tinggi dari masyarakat membuatnya serius mengembangkan Gang Gowes menjadi sebuah layanan wisata yang populer. Awalnya, Fasichah menggunakan sepeda pribadinya untuk para peserta trip, namun seiring dengan meningkatnya permintaan, beberapa merek sepeda juga ikut serta dalam menyediakan sepeda sebagai promosi. Hal ini memungkinkan Gang Gowes untuk membuka trip kepada lebih banyak orang. Menurut Fasichah, ke depannya Gang Gowes berencana untuk membuka rute-rute baru di sekitar Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran, karena Solo memiliki banyak tempat menarik yang belum dieksplorasi. Bagi Anda yang tertarik untuk ikut trip sepedaan ini dengan biaya mulai dari Rp300 ribu, cukup kunjungi akun Instagram resmi Gang Gowes untuk informasi lebih lanjut. Jadikan pengalaman bersepeda di gang-gang estetik Kota Solo sebagai momen wisata yang tak terlupakan!

Candi Mangkubumen, Keunikan Arsitektur Eropa di Tengah Solo

Candi Mangkubumen, Keunikan Arsitektur Eropa di Tengah Solo

SURAKARTA – Candi Mangkubumen di Solo memiliki keunikan yang mencolok karena tidak mengikuti desain candi Hindu atau Buddha, melainkan menampilkan arsitektur khas Belanda atau Eropa. Meskipun disebut sebagai “candi,” bangunan ini tidak digunakan untuk peribadatan. Sekilas Candi Mangkubumen Candi Mangkubumen, yang berlokasi di Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo, Mangkubumen, Solo, merupakan sebuah peninggalan sejarah yang memikat dengan keanggunan arsitektur klasiknya. Pembangunannya dilakukan pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono IV di Kesultanan Mataram. Meskipun disebut sebagai candi, bangunan ini memiliki desain yang indah dan megah, menampilkan ciri khas Eropa pada periode masa lalu. Bangunan ini menghadap ke arah barat dan tidak mencerminkan pengaruh Hindu-Buddha seperti kebanyakan candi pada umumnya. Faktanya, Candi Mangkubumen sebenarnya bukanlah candi sejati, melainkan dikenal sebagai ‘Candi Mangkubumen’. Lebih menyerupai sebuah tugu dengan ketinggian sekitar 3 meter, bangunan utama ini dikelilingi oleh pagar, dan terdapat tempat dupa yang digunakan untuk kegiatan berziarah. Sebelum menjadi struktur berdiri sendiri di tanah kosong seperti sekarang, Candi Mangkubumen sebelumnya dikelilingi oleh bangunan lain. Salah satunya adalah RSUD Dr. Moewardi, yang kemudian direlokasi ke Jebres. Tempat Persemayaman Tali Pusar Patih Sasranegara Menurut informasi dari laman resmi Pemerintah Kota Solo, Candi Mangkubumen didirikan pada tahun 1840 dengan tujuan utama untuk menjadi tempat persemayaman tali pusar atau ari-ari Patih Sasranegara. Patih Sasranegara merupakan tokoh kunci dalam sejarah Kesultanan Mataram pada abad ke-18. Pada masa pemerintahan Sri Susuhunan Pakubuwono II, Sasranegara menjabat sebagai patih, sebuah posisi yang setara dengan perdana menteri dalam pemerintahan Mataram. Pentingnya peran Sasranegara dalam membangun dan mengelola kebijakan pemerintahan kesultanan membuat namanya mencuat dalam sejarah. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan berwibawa, terlibat dalam banyak kebijakan strategis, termasuk upaya untuk menjaga stabilitas di tengah goncangan politik dan ketegangan dengan pihak Belanda. Meskipun tidak selalu sejalan dengan kebijakan penguasa saat itu, Sasranegara tetap setia dan memberikan kontribusi besar dalam menjaga keutuhan dan kedaulatan Kesultanan Mataram. Dengan demikian, Candi Mangkubumen tidak dapat dianggap sebagai candi seperti Prambanan atau Borobudur. Sebaliknya, bangunannya lebih menunjukkan pengaruh desain Eropa yang kental. Apakah Anda tertarik untuk melihatnya secara langsung?