JAMBI, Jowonews- Anda ingin berkebun tapi tak punya waktu banyak untuk mengurusnya? Anda mungkin perlu inovasi smart garden besutan tim Green Sutha UIN Sulthan Thaha, Jambi
Smart garden yang terintegrasi dengan water recycle ini mampu mengatur volume air sesuai yang dibutuhkan tanaman. Dengan demikian lebih efesien dalam penggunaan air.
Selain itu, pemasangan sensor kelembaban tanah, suhu tanah dan data cuaca pada sistem ini dapat mengoptimalkan penggunaan air.
Sistem Smart Garden ini sendiri merupakan produk penelitian dosen dan mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
“Alhamdulillah berkat kerjasama tim dosen dan mahasiswa, dan setelah melalui proses uji coba Laboratorium, kami berhasil melakukan instalasi peralatan smart garden plus water recycle ini. Proses pembuatan hingga instalasi ini tidak membutuhkan waktu yang lama” ujar Indrawata Wardhana, Sekretaris pusat kajian Lingkungan Hidup.
Terobosan teknologi smart garden ini, jelas Indra, yakni pada pengembangan sistem machine learning berbasis decision tree sehingga seluruh aplikasi tidak menggunakan operator.
“Peralatan ini otomatis tidak akan melakukan penyemprotan air jika terjadi hujan pada pagi hari. Ataupun jika berdasarkan hasil analisa machine learning kami diprediksi akan terjadi hujan, maka machine learning yang berada di server akan melakukan kalkulasi debit air yang akan dikeluarkan. Sehingga air yang di gunakan lebih efektif ” ujar Ahmad Syukron Prasaja, Ketua pusat Studi Demografi yang juga dosen matakuliah Geografi.
Selain terobosan dari segi teknologi, tim green stuha ini juga melakukan optimalisasi sumber air smart garden. Dengan menggunakan air yang berasal dari kolam ikan, yang kaya akan nutrisi namun harus di buang per lima hari.
Maka tim ini memutuskan untuk menggunakan air pada kedalaman -10 cm dari permukaan kolam untuk menyedot sisa-sisa kotoran / lumut dan lainnya dari dasar kolam. Sehingga ikan semah yang berada pada kolam dapat mendapatkan air bersih karena air terus berganti dan tanaman pada taman mendapatkan nutrisi dari air kolam.
“Biaya awal pembuatan sistem ini kurang dari 1 jt. Namun bisa mengairi seluruh sisi taman yang panjangnya saja bisa 100 meter. Rencananya Sistem ini akan dilengkapi peralatan Smart Pollution dan Monitoring Automatic Weather System (MAWS) buatan tim “ ungkap Syukra Ningsih, ketua pusat kajian lingkungan hidup.
Saat ini sistem smart garden telah terpasang di rumah dinas rektor. Selanjutnya, akan diujicobakan pada lahan perkebunan masyarakat skala kecil sebagai upaya pendampingan masyarakat di sekitar area kampus.
Selain itu beberapa alat smart system juga akan di pasang. Seperti smart building, smart pollution, dan early warning system. Hal ini sebagai upaya kampus untuk melakukan penerapan teknologi hasil penelitian pada masyarakat.