WONOGIRI – Pernah mendengar kisah tentang pencurian mayat yang terdengar tak masuk akal. Namun, fenomena ini memang terjadi, terutama bagi mereka yang terjebak dalam praktik pesugihan. Untuk menghindari kejadian ini, warga Giriwoyo, Jawa Tengah, menerapkan tradisi menjaga makam selama 40 hari 40 malam setelah seseorang meninggal.
Perlu dicatat, tradisi ini tidak diterapkan pada semua makam. Hanya makam orang yang meninggal pada hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon yang mendapatkan perhatian khusus. Kedua hari tersebut diyakini membawa keberuntungan bagi pencari pesugihan, sehingga menjadi incaran pencuri.
Salah satu warga, Sukasto, mengungkapkan pengalamannya menjaga makam ayahnya yang meninggal pada Selasa Kliwon. “Kabarnya sih orang yang meninggal pada Selasa Kliwon istimewa dan jadi incaran pencari pesugihan atau mereka yang menganut ilmu hitam,” tuturnya, dikutip dari Tribun Jateng. Dia telah menjaga makam ayahnya selama hampir tiga pekan dan berkomitmen untuk melanjutkan hingga 40 hari.
Sukasto bersama tiga orang kerabat dan tetangga bergantian menjaga makam selama 24 jam. “Kami bikin tenda di sini dan membawa peralatan makan, galon berisi air mineral, dan kebutuhan lainnya,” tambahnya. Tradisi ini tidak hanya menjaga makam, tetapi juga memastikan bahwa air sisa pemandian jenazah aman dari tangan yang tidak bertanggung jawab.
Warga Giriwoyo sangat memahami pentingnya menjaga makam untuk orang yang meninggal pada hari-hari tertentu. Menurut Sukasto, ini adalah bentuk bakti kepada mereka yang telah tiada. Meskipun menjaga makam selama itu bisa melelahkan, ia merasa tenang karena bisa melindungi makam dari kerusakan.
“Sampai sekarang sih tidak ada masalah. Jika ada niat jahat, biasanya akan muncul pertanda seperti bau bangkai,” jelasnya.
Tradisi menjaga makam selama 40 hari 40 malam di Giriwoyo ini memang unik dan patut dicermati. Apakah di tempat Mas dan Mbak Yu juga terdapat tradisi serupa?