Jowonews

Bea Cukai Kudus Sita 11.183 Keping Pita Cukai Diduga Palsu

KUDUS, Jowonews.com – Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Cukai Kudus, Jawa Tengah, menyita 11.183 keping pita cukai rokok yang diduga palsu beserta rokok tanpa dilekati pita cukai. Menurut Kepala KPPBC Tipe Madya Kudus Gatot Sugeng Wibowo melalui Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Dwi Prasetyo Rini di Kudus, Kamis, pengungkapan kasus pita cukai diduga palsu tersebut berawal dari informasi adanya bangunan sebagai tempat pengemasan barang kena cukai ilegal di Jepara. Atas informasi tersebut, selanjutnya diterjunkan tim Penindakan KPPBC Tipe Madya Cukai Kudus untuk memastikan kebenaran informasi tersebut. Selanjutnya, kata dia, petugas yang diterjunkan melakukan pengamatan terhadap bangunan yang dimaksud di Desa Teluk Wetan, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara serta Desa Robayan, Kecamatan Kalinyamatan, Jepara. Selanjutnya, petugas melakukan pemeriksaan terhadap bangunan dimaksud dan ditemukan barang kena cukai hasil tembakau yang diduga ilegal berupa batangan rokok, pita cukai yang diduga palsu, dan alat pemanas. Untuk rokok batangan, totalnya sebanyak 180.600 batang ditambah 11.183 keping pita cukai diduga palsu dengan nilai perkiraan barang tersebut mencapai Rp186,45 juta. Ia menyebutkan potensi kerugian negaranya diperkirakan mencapai Rp128,8 juta. Pada periode Januari—Februari 2019 KPPBC Kudus mengungkap 17 kasus pelanggaran di bidang cukai rokok dengan total barang sitaan mencapai 2,21 juta batang, meliputi rokok jenis sigaret kretek mesin sebanyak 2,2 juta batang dan rokok jenis sigaret kretek tangan sebanyak 4.800 batang. Dari jumlah sebanyak itu, nilai barang ditaksir mencapai Rp2,25 miliar dengan potensi kerugian negara dari 17 kasus yang diungkap sebesar Rp1,36 miliar. (jwn5/ant)

Kabupaten Batang Kirim 8.000 Masker ke Hong Kong

BATANG, Jowonews.com – Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah mengirimkan 8.000 masker ke Hong Kong untuk merespons permintaan buruh migrain Indonesia (BMI) asal Desa Krengseng, Kecamatan Gringsing yang bekerja di negara itu. Bupati Batang Wihaji di Batang, Kamis, mengatakan wabah virus corona (COVID-19) tidak hanya menjadi kekhawatiran warga Tiongkok namun juga BMI yang bekerja di Hong Kong. “Oleh karena, kami sudah merespons permintaan BMI asal Kecamatan Gringsing yang kesulitan mendapat masker di negara itu,” katanya. Dia menjelaskan pemkab berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan melakukan pengiriman masker ke Hong Kong melalui Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI). “Tadi (Kamis, red.) saya langsung koordinasi dengan para BMI di Hong Kong untuk mendengar langsung suasana dan kondisi mereka. Pengiriman kita lakukan dengan cepat tanpa birokrasi karena jika menunggu (birokrasi, red.) maka urusannya bisa lama,” katanya. Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Batang Suparpto Setia mengatakan permohonan pengiriman masker langsung ditindaklanjuti kurang dari 1×24 jam oleh pemkab agar BMI bisa terbantu untuk mendapatkan barang penutup hidung itu. “Meski harga masker sekarang naik 10 kali lipat dari harga biasa namun alhamdulillah kami dapat mengumpulkan sebanyak 8.000 masker dengan jenis masker biasa dan masker hijau,” katanya. Ia mengatakan pengiriman paket masker dialamatkan melalui Kedutaan Besar RI di Hong Kong, dengan nama penerima BMI asal Krengseng, Kecamatan Gringsing, Nur Fayati. “Pengiriman masker diterimakan pada Nur Fayati agar tepat sasaran. Saat ‘video call’, Nur Fayati menyampaikan terima kasih pada bupati yang sudah merespons cepat permohonan masker,” katanya. (jwn5/ant)

Dinkes Jateng Berusaha Wujudkan Rumah Sakit Tanpa Dinding

SEMARANG, Jowonews.com – Jajaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah terus berusaha merealisasikan Program Rumah Sakit Tanpa Dinding guna mengintegrasikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. “Tujuan dari Program Rumah Sakit Tanpa Dinding itu adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang pada akhirnya, angka kesakitan dan angka kematian akan mengalami penurunan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Yulianto Prabowo di Semarang, Kamis. Menurut dia, Program Rumah Sakit Tanpa Dinding juga diharapkan mampu membangun gizi masyarakat yang lebih baik lagi di masa mendatang. Ia menjelaskan bahwa Program Rumah Sakit Tanpa Dinding yang digagas Gubernur Ganjsr Pranowo dan Wakil Gubernur Tak Yasin Maimoen ini akan melepas sekat-sekat antara rumah sakit dengan masyarakat dari birokrasi yang berbelit. “Dimensi sistem pelayanan, kalau sekarang ini mungkin terkotak-kotak, kemudian aspek dalam teknologi penggunaan ‘telemedicine’, terus sistem antrean yang kita potong juga. Selama ini mungkin pasien datang jam lima pagi, pulang jam lima sore, bukan karena pemeriksaannya yang lama, tapi antrenya lama. Jadi, membongkar sekat-sekat baik di luar maupun di dalam,” ujarnya. Hal tersebut disampaikan Yulianto saat menjadi salah satu narasumber pada Dialog Bersama Parlemen Jawa Tengah dengan tema “Rumah Sakit Tanpa Dinding” di Hotel Noormans Semarang. Ia menyebut selama ini rumah sakit tanpa dinding lebih banyak dimainkan perannya dari puskesmas, namun karena keterbatasan tenaga kesehatannya, maka pelayanan kesehatan belum banyak dirasakan masyarakat. Oleh karena itu, Yulianto mendorong peran rumah sakit lebih proaktif memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka pelayanan kesehatan lebih maksimal sebab rumah sakit tidak hanya sekadar mengobati orang sakit, tapi juga bisa mencegah penyebaran penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular. “Rumah sakit tanpa dinding itu arti kiasan bukan arti sebenarnya, maksudnya tidak ada sekat-sekat, dan melakukan upaya kesehatan yang bersifat promotif preventif yaitu mencegah jangan sampai masyarakat itu sakit,” katanya. Sementara itu, Ketua Komisi E DPRD Jateng Abdul Hamid yang juga menjadi salah satu pembicara pada dialog mengaku sepakat dengan Program Rumah Sakit Tanpa Dinding yang dicanangkan Pemprov Jateng, bahkan program itu juga sudah masuk di RPJMD Jateng 2018-2023. “Kita prinsipnya selama itu memang memaksimalkan layanan kepada masyarakat secara langsung, kita dukung. Kita sepakat dengan program yang sudah disusun Dinas Kesehatan, kita juga setujui dasar anggarannya,” ujarnya. Abdul juga berharap Program Rumah Sakit Tanpa Dinding mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya yang ada di Jateng. (jwn5/ant)

Ribuan Noda Permen Karet Menempel Kotori Candi Borobudur

MAGELANG, Jowonews.com – Ribuan noda permen karet menempel di bantuan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, akibat ulah dari para pengunjung yang tidak bertanggung jawab. “Sampai sekarang di seluruh area Candi Borobudur ada sekitar 3.000 noda permen karet yang secara berangsur-angsur kita hilangkan,” kata Koordinator Pokja Pengamanan Balai Konservasi Borobudur, Hary Setyawan, di Magelang, Kamis. Ia menjelaskan khususnya di stupa teras ataupun stupa induk atau lantai 7,8,9, dan lantai 10, jika dilihat secara detail pada lantai atau stupa akan ada noda putih-putih bulat. Itu adalah noda permen karet. “Perbuatan yang merusak estetika tersebut dilakukan pengunjung yang susah kita kontrol, karena tidak mungkin setiap orang masuk diminta membuka mulutnya untuk diperiksa ada permen karet atau tidak,” katanya. Ia mengatakan petugas yang berjaga di lapangan mungkin bisa mengendalikan tetapi banyak yang sulit terdeteksi. Hary menyampaikan noda permen karet tidak bisa langsung dihilangkan, disikat dengan air tidak akan hilang karena noda itu mungkin sudah terjadi bertahun-tahun. Ia menuturkan permen karet itu memang tidak seperti permen biasa yang keras itu bisa diambil, sedangkan permen karet itu susah diambil dari tempat melekatnya dan untuk membersihkannya mau tidak mau harus menggunakan pelarut dari bahan kimia. “Secara mekanik itu sangat susah, disikat dengan air susah sekali dan membutuhkan waktu yang lama, padahal kalau terlalu lama menyikat malah batunya rusak atau aus. Metode menghilangkannya harus hati-hati sekali supaya tidak merusak batunya termasuk jika menggunakan pelarut bahan kimia,” katanya. (jwn5/ant)

Harga Bawang Putih di Jateng Mulai Turun

SEMARANG, Jowonews.com – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah Arif Sambodo menyebut harga bawang putih di sejumlah pasar berangsur turun dan persediaan masih pada level aman. “Harga bawang putih yang pada beberapa hari lalu sempat melonjak drastis, kini berangsur normal atau berkisar antara Rp45.000-Rp50.000 per kilogram,” katanya di Semarang, Rabu. Menurut dia, kenaikan harga bawang putih sebenarnya sudah dimulai sejak minggu ke empat Desember 2019, dimana permintaan mengalami peningkatan pada perayaan Natal dan Tahun Baru. Kenaikan berikutnya menjelang Imlek, dan kemudian kenaikan terakhir yang hampir 100 persen terjadi di awal Februari 2020 dengan pemicu yakni ditutupnya impor dari Tiongkok guna mengantisipasi penyebaran virus corona. Puncak kenaikan bawang putih terjadi pada minggu pekan Februari 2020, sedangkan saat ini harganya sudah mulai turun. Kenaikan harga bawang putih itu disebabkan adanya keterlambatan distribusi akibat belum optimalnya kegiatan perdagangan di negara asal karena libur perayaan Imlek dan adanya sentimen negatif isu virus Corona yang merebak di Negeri Tirai Bambu. Berbagai langkah telah dilakukan Pemprov Jateng bersama instansi terkait lainnya untuk mengetahui penyebab melonjaknya harga bawang putih dan komoditas lainnya di pasaran antara lain, mengintensifkan pantauan harga khususnya komoditas bawang putih pada pasar, memantau perubahan dan laporan harga komoditas bawang putih di 35 kabupaten/kota. “TPID Provinsi Jateng juga menggelar inspeksi ke sejumlah pasar tradisional dan distributor sebagai upaya menstabilkan harga bawang putih di pasaran,” ujarnya. Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong pemerintah pusat untuk menjadikan bawang putih sebagai salah satu komoditas prioritas guna mengantisipasi terjadinya gejolak harga akibat terbatasnya pasokan. “Dengan dijadikannya bawang putih sebagai komoditas prioritas, maka diharapkan pasokan di Tanah Air tidak lagi terganggu,” kata Ganjar. (jwn5/ant)