Jowonews

Kasus Covid-19 di Purbalingga Bertambah, Pembelajaran Tatap Muka Ditunda

PURBALINGGA, Jowonews- Kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di Purbalingga ditunda. Hal ini menyusul masih adanya penambahan kasus positif Covid-19. “Sebelumnya, kami memang sudah menyiapkan rencana pembelajaran tatap muka bagi anak-anak sekolah. Namun, dengan melihat perkembangan kasus positif Covid-19 di Purbalingga, pembelajaran tatap muka untuk sementara kami tunda lagi,” kata Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi di Purbalingga, Ahad (23/8). Bupati menjelaskan bahwa selama beberapa waktu belakangan sempat tidak ada penambahan kasus Covid-19 di wilayah setempat. Selain itu, kegiatan tes cepat dan tes usap secara massal juga menunjukkan hasil yang baik. “Namun, ternyata dalam satu pekan ini kasus Covid-19 di Purbalingga kembali bertambah menjadi 15 kasus aktif . Sehingga kami mengambil kebijakan untuk menunda pembelajaran tatap muka,” ucapnya sebagaimana dilansir Antara. Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga untuk memetakan zona wilayah sebaran Covid-19. Bupati juga menginformasikan total pasien Covid-19 di wilayah setempat berjumlah 86 orang. “Dari 86 pasien, sebanyak 70 orang di antaranya sudah sembuh dan diperbolehkan pulang ke rumah. Seorang meninggal dunia, dan 15 lainnya masih dirawat intensif di fasilitas kesehatan,” katanya. Dari 15 pasien yang masih dirawat intensif tersebut, sembilan orang di antaranya merupakan pasien baru. “Ada sembilan orang yang merupakan pasien baru, artinya meskipun jumlah pasien sembuh terus bertambah, penambahan jumlah kasus Covid-19 juga masih terjadi di wilayah ini,” tuturnya. Bupati mengajak masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan, rajin cuci tangan, dan menggunakan masker ketika berada di luar rumah, serta menjaga jarak fisik. “Disiplin dalam penerapan protokol kesehatan merupakan kunci penting mencegah Covid-19,” katanya menekankan.

Dieng Culture Festival 2020 Diselenggarakan Secara Virtual

BANJARNEGARA, Jowonews- Gelaran budaya Dieng Culture Festival (DCF) 2020 akan diselenggarakan secara virtual guna menghindari kerumunan selama pandemi Covid-19. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Banjarnegara Agung Yusianto di Banjarnegara, Ahad (23/8), menjelaskan bahwa pemkab setempat memutuskan untuk tetap menyelenggarakan Dieng Culture Festival meskipun secara virtual karena banyaknya permintaan dari masyarakat. “Di tengah pandemi Covid-19. ini ternyata animo masyarakat untuk menyaksikan kegiatan Dieng Culture Festival masih cukup besar. Sehingga Pemkab Banjarnegara memutuskan untuk memfasilitasi dengan menyelenggarakannya secara virtual,” katanya sebagaiamana dilansir Antara. Hal itu, kata dia, menunjukkan selama ini agenda wisata tahunan tersebut mendapatkan respons yang positif dan banyak diminati oleh masyarakat. Kendati demikian, pihaknya tidak mungkin menyelenggarakan kegiatan tersebut secara tatap muka. Karena dikhawatirkan akan menimbulkan kerumunan dalam jumlah yang besar. “Kalau diselenggarakan secara tatap muka seperti tahun-tahun sebelumnya, bisa menimbulkan kerumunan yang luar biasa besar. Karena itu pilihan menyelenggarakan secara virtual kami rasa akan lebih bijaksana untuk dilakukan pada masa pandemi seperti sekarang ini,” katanya. Ia menjelaskan bahwa penyelenggaraan agenda tahunan Dieng Culture Festival ini salah satunya bertujuan untuk melestarikan tradisi budaya lokal. Meskipun hanya dapat menyaksikan secara virtual, kami berharap masyarakat tetap bisa menikmati gelaran event ini dan sekaligus ikut melestarikan budaya lokal khas wilayah setempat,” katanya. Ia berharap Dieng Culture Festival secara virtual ini akan dapat menjadi pengobat rindu bagi masyarakat. Ajang secara virtual tersebut akan berlangsung pada bulan September 2020. “Namun, tanggal pasti pelaksanaannya masih terus dibahas oleh seluruh pihak terkait, kami akan segera sampaikan informasinya kepada seluruh masyarakat,” katanya.

Perusahaan Arab Sediakan 10 Juta Dosis Vaksin Covid-19 untuk Indonesia

JAKARTA, Jowonews- Perusahaan teknologi kesehatan asal Uni Emirat Arab (UAE) berkomitmen menyediakan 10 juta dosis vaksin Covid-19 bagi Indonesia untuk tahun 2020. Penyediaan vaksin ini dalam rangka kerja sama pengembangan vaksin Covid-19 dengan perusahaan Kimia Farma asal Indonesia. Dalam arahan pers virtual yang disampaikan dari Abu Dhabi pada Sabtu malam waktu Jakarta, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan salah satu hasil dari pertemuan yang dilakukan bersama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dengan G-42, telah dinyatakan komitmen untuk penyediaan awal tersebut. “Akan ada pembicaraan lanjutan antara Kimia Farma dengan G42 mengenai hal-hal yang lebih rinci terkait dengan komitmen tersebut,” kata Retno. Menlu menjelaskan bahwa G-42 merupakan perusahaan teknologi kesehatan asal UAE yang berbasis artificial intelligence. Perusahaan ini telah secara aktif terlibat dalam penelitian, pengembangan dan distribusi aplikasi pengujian dan perawatan Covid-19. Kerjasama Adapun terkait kerja sama vaksin, Indonesia juga mengirimkan satu tim peninjau (reviewer) untuk melakukan pemantauan dari dekat pelaksanaan uji klinis tahap ketiga terhadap kandidat vaksin kerja sama G42 dengan Sinopharm Sedangkan ke depannya, kerja sama antara Indonesia, G42, Sinopharm juga secara prinsip disepakati. “Kerja sama dalam konteks pemantauan uji klinis tahap ke-3 terhadap kandidat vaksin hasil kerja sama Sinopharm-G42 ini sangat penting artinya bagi pengembangan kerja sama vaksin ke depan,” jelas Menlu. Selain hasil tersebut, Menlu dan Menteri BUMN juga telah menyaksikan pertukaran dua dokumen kerja sama yang telah ditandatangani perusahaan asal Indonesia dan UAE terkait kerja sama pengembangan vaksin serta teknologi deteksi penularan virus Covid-19. “Pertama, Nota Kesepahaman antara PT Kimia Farma dengan G-42 Health Care AI Holding Rsc Ltd tentang Kerja Sama Pengembangan Produk-produk Vaksin. Dengan cakupan kerja sama di bidang produk farmasi, layanan kesehatan, riset dan pengembangan serta uji klinis, produksi vaksin serta pemasaran dan distribusinya,” papar Menlu. Adapun Nota Kesepahaman kedua merupakan antara PT Indo Farma dengan G-42 Health Care AI Holding Rsc Ltd tentang Kerja sama Kesehatan dengan cakupan kerja sama di bidang penelitian, pengembangan, produksi dan distribusi teknologi berbasis laser dan artificial intelligence untuk deteksi Covid-19. Penerapan teknologi dalam kerja sama-kerja sama yang telah terjalin itu dinilai akan dapat membantu mempercepat upaya pelacakanpenderita virus corona serta membantu mendukung kegiatan ekonomi yang lebih aman. Selain kerja sama yang telah disepakati, Retno mengatakan dirinya, bersama dengan Menteri BUMN, tidak hanya membahas kerja sama yang sedang berjalan, namun juga potensi kerja sama yang lebih strategis untuk jangka panjang. “Misalnya penelitian bersama dengan menggunakan artificial intelligence tidak saja untuk mendeteksi Covid-19. Namun juga penyakit lainnya. Kemudian kerja sama untuk distribusi produk farmasi Indonesia di pasar-pasar Timur Tengah, Afrika dan wilayah lainnya,” ujar dia. Menanggapi usulan-usulan tersebut, pihak G42 dikatakan akan melanjutkan komunikasi dan bahkan akan berkunjung ke Indonesia sesegera mungkin.

WHO Tegaskan Anak-anak Harus Pakai Masker

ZURICH, Jowonews-– Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan anak berusia 12 tahun ke atas harus menggunakan masker seperti orang dewasa. Sedangkan anak usia 6 – 11 tahun harus menggunakan masker dengan prosedur berbasis risiko. Hal tersebut termuat dalam dokumen WHO dan Badan Anak-anak PBB (UNICEF) di situs WHO bertanggal 21 Agustus. Demikian Reuters, sebagaimana dikutip Antara, Ahad (23/8). Anak-anak berusia 12 tahun ke atas secara khusus harus menggunakan masker ketika menjaga jarak satu meter dengan yang lainnya. Sementara keharusan anak-anak usia 6-11 tahun menggunakan masker tergantung pada sejumlah faktor. Antara lain intensitas penularan di area tersebut, kemampuan anak untuk menggunakan masker, akses mendapatkan masker, dan pengawasan orang tua yang memadai. Potensi dampak pada pembelajaran dan perkembangan psikososial, serta interaksi anak dengan orang yang berisiko tinggi mengembangkan penyakit serius, juga harus menjadi dasar pertimbangan. Anak-anak berusia di bawah lima tahun tidak diharuskan menggunakan masker berdasarkan keamanan dan keinginan sepenuhnya dari anak, lanjut mereka. Riset menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih tua berpotensi memiliki peran yang lebih aktif dalam penularan Covid-19 ketimbang anak-anak yang lebih muda, kata WHO dan UNICEF. Keduanya mengatakan perlu lebih banyak data untuk memahami lebih baik peran anak-anak dan remaja dalam penularan corona jenis baru, virus yang menyebabkan Covid-19 WHO pertama kali mengimbau masyarakat agar menggunakan masker di depan publik pada 5 Juni guna membantu mengurangi penyebaran virus corona. Namun terlebih dahulu belum mengeluarkan pedoman spesifik untuk anak-anak. Sejak pertama kali muncul di China tahun lalu, virus corona telah menjangkiti lebih dari 23 juta orang di dunia. Sebanyak 798.997 orang telah meninggal dunia menurut hitungan Reuters.