Jowonews

Pesta Lampion dan Jazz Atas Awan Akan Hadir Kembali di Dieng Culture Festival 2022

Pesta Lampion Dieng Culture Festival

BANJARNEGARA – Dieng Culture Festival (DCF) 2022 akan kembali disemarakkan dengan Pesta lampion dan Jazz Atas Awan. Selama pandemi COVID-19 penyelenggaran DCF digelar sederhana secara hybrid. Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Banjarnegara, Alif Fauzi mengatakan Dieng Culture Festival tahun ini akan dilaksanakan seperti sebelum pandemi. Beberapa kegiatan yang sebelumnya pernah dilakukan akan kembali disajikan. “Selain ruwat rambut gimbal, juga ada kirab budaya, Jazz Atas Awan dan festival kopi. Termasuk pesta lampion juga akan digelar kembali,” kata Alif, dikutip dari Detik Jateng, Rabu (6/7/2022). Sementara itu terkait tiket acara, lanjutnya, panitia akan menggabung tiket Dieng Culture Festival dengan homestay. Hal ini berdasarkan pengalaman pada tahun sebelumnya, beberapa wisatawan yang telah mendapatkan tiket DCF, tapi tidak mendapatkan homestay. “Dari pengalaman sebelumnya, sekarang tiket DCF sudah termasuk dengan homestay. Karena dulu ada yang sudah beli tiket DCF, tapi tidak dapat homestay. Atau sebaliknya dapat homestay, tapi tidak dapat tiket DFC,” terangnya. Ia mengatakan untuk saat ini panitia belum membuka pendaftaran atau pembelian tiket DCF. Panitia masih dalam koordinasi dengan para pemilik homestay. Ia menghimbau kepada wisatawan agar memantau Instagram DCF untuk mendapatkan pembaharuan informasi lebih lanjut. Perlu diketahui, Dieng Culture Festival (DCF) tahun ini rencananya akan dilaksanakan tanggal 2 sampai 4 September 2022. Rangkaian acara juga sama seperti sebelum pandemi COVID-19. Misalnya, jika saat pandemi acara berlangsung dan berpusat di rumah budaya Dieng, tahun ini akan kembali dipusatkan di kompleks Candi Arjuna.

Black Canyon Petungkriyono Pekalongan, Surga Tersembunyi di Jawa Tengah

Black Canyon Petungkriyono Pekalongan, Surga Tersembunyi di Jawa Tengah

Jika Amerika punya Grand Canyon, maka Pekalongan Punya Black Canyon. Pekalongan tak hanya terkenal dengan ciri khas batiknya, Pekalongan juga mempunyai beberapa destinasi wisata alam yang indah dan memukau. Salah satunya adalah Black Canyon petungkriyono. Sekilas nama objek wisata ini terdengar seperti destinasi wisata Grand Canyon di Amerika Serikat. Namun, Black Canyon ini merupakan destinasi wisata asli buatan alam yang berada di Pekalongan Jawa Tengah. Lokasi ini juga biasa disebut dengan Kedung Sipingit. Destinawsi wisata Black Canyon Pekalongan bisa jadi salah satu opsi bagi pencinta wisata air. Aliran air sungai di Petungkriyono sangat jernih, karena langsung bersumber dari mata air alami. Selain itu juga terdapat air terjun yang terdiri dari kolam berundak atau warga setempat menyebutnya kedung, yang diapit oleh tebing-tebing batu. Lokasi ini biasa disebut dengan Black Canyon karena pemandangan tebing batu berwarna hitam yang mengapit pada bagian kiri dan kanan. Air yang berasal dari aliran sungai welo ini juga berwarna jernih kebiruan. Aktivitas di Kedung Sipingit atau Black Canyon Pekalongan Ada beragam aktivitas yang dapat dilakukan di kawasan Ekowisata Petungkriyono ini. Beberapa aktivitas tersebut antara lain: Ciblon atau Mandi Air Di Sungai Air yang mengalir di sungai ini sangat jernih, sehingga sangat menggoda bagi siapa pun yang melihatnya untuk segera berendam, dan merasakan kesegaran airnya. Masyarakat setempat menyebut aktivitas ini dengan sebutan “Ciblon”. Terkait keamanan dan keselamatan, pengunjung dapat mengenakan rompi pelampung yang disediakan oleh pengelola. Di Kedung Sipingit atau Black Canyon Petungkriyo ini terdapat dua kedung, yakni kedung atas dan bawah. Kedalamannya bisa mencapai 3,5 meter saat musim kemarau. Semntara di musim penghujan kedalaman kedung mencapai 5 meter dan 7 meter. River Trekking dan River Tubing Bagi wisatawan yang menyukai kegiatan pemacu adrenalin, dapat mencoba beberapa wahana seperti river tubing, kano, body rafting, hingga river trekking. Aliran Sungai Welo yang cukup deras, akan membuat aktivitas-aktivitas tersebut terasa lebih seru dan menantang. Apalagi menikmati keseruan ini bersama teman-teman lainnya. Selain itu, aliran air sungai yang jernih juga membuat tubuh dan pikiran lebih segar untuk meredakan penat setelah menjalani rutinitas. Perihal keamanan, pengunjung tak perlu risau. Di area wisata Black Canyon Pekalongan ini terdapat petugas pengawas yang senantiasa siap memberikan bantuan kepada para pengunjung. Berkemah atau Camping Tak hanya kegiatan di air, wisatawan juga dapat menikmati suasana alam terbuka dengan melakukan kegiatan berkemah atau camping di area ini. Saat cuaca cerah dari lokasi ini dapat melihat bintang berkilauan di malam hari. Suasana angin pegunungan yang sejuk juga memberikan efek segar dan menenangkan. Sementara itu, dari lokasi camping ini juga terhampar bentang pemandangan persawahan dan perbukitan yang menambah kesan alami. Bagi yang ingin lebih menikmati lokasi ini, wisatawan juga dapat memanfaatkan fasilitas homestay untuk menginap. Homestay ini berada di Dusun Tinalum. Kopi Khas Petungkriyo dan Makanan Tradisional Setelah lelah menikmati beraktivitas dan menikmati wahana yang tersedia, wisatawan dapat beristirahat melepas lelah sembari menikmati kopi asli Petungkriyo. Pilihan kopi yang tersedia antara lain Kopi Petung Robusta dan Arabika. Bagi yang suka dengan kopi manis, dapat menambahkan gula semut aren organik. Sementara itu juga tersedia makanan tradisional khas setempet, antara lain urap pakis, kue pasung, combrang, cimolpung puhung, dan makanan lainnya. Menikmati minuman dan makanan akan terasa lebih nikmat sembari menikmati pemandangan indah di area lokasi ini. Pengunjung dapat menikmati gazebo-gazebo yang tersedia sebagai tempat makan. Fasilitas Fasilitas yang tersedia di lokasi ini cukup menunjang kebutuhan pengunjung. Fasilitas tersebut antara lain: Fasilitas Wisata Toilet Musholla Gazebo Spot Foto Parkir Luas Pusat informasi dan persewaan alat tubing Warung wisata Rumah Makan Taman Bermain Fasilitas Camping Toilet Musholla Lampu Penerangan Penjagaan mulai pukul 18.00 – 22.00 WIB Lokasi Kedung Sipingit Petungkriyono Lokasi dari Black Canyon Petungkriyo atau Kedung Sipingit Pekalongan ini berlokasi di Desa Kayu Puring, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Jarak tempuh dari pusat Kota Pekalongan sekitar 30 Km atau dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 10 menit menggunakan kendaraan pribadi. Untuk lebih mudahnya dapat memanfaatkan navigas Google Maps di bawah ini atau klik di sini. Harga Tiket Masuk dan Wahana Black Canyon Petungkriyono Berdasarkan informasi dari Instagram resmi @blackcanyonpetungkriyono, berikut harga tiket masuk dan fasilitas lainnya di area wisata ini: HTM Umum: Rp. 5.000/orang Sewa Pelampung: Rp. 10.000/orang HTM Camping (termasuk pelampung): Rp. 20.000/orang Biaya Lahan: Rp. 10.000/tenda Jasa penitipan motor: Rp. 3.000/motor Jasa Penitipan mobil: Rp. 5.000/motor Tips Berkunjung Agar perjalanan liburan lebih menyenangkan dan lancar, ada beberapa tips kunjungan yang dapat diperhatikan. Tips-tips berikut ini semoga dapat membantu: Kunjungi obyek wisata di waktu terbaik. Yaitu saat cuaca cerah atau di waktu pagi hari. Pastikan kondisi tubuh dalam keadaan prima. Bawa uang lebih , baju ganti dan siapkan kamera untuk dokumentasi foto atau video di Kedung Sipingit Petungkriyono. Tetap jaga kelestarian alam, keindahan, kebersihan area wisata

Resep Bubur Ayam Kuah Kare, Sedap dan Gurihnya Manjakan Lidah

Resep Bubur Ayam Kuah Kare, Sedap dan Gurihnya Manjakan Lidah

Sebagai penikmat bubur, kamu termasuk tim bubur dicampur atau enggak? Meskipun terjadi perbedaan cara menikmatinya. Tapi yang pasti sama-sama sebagai pecinta bubur. Apalagi Bubur Ayam Kari yang dikenal sangat sedap dan gurih. Resep Bubur Ayam Kuah Kare ini pun banyak dicari para Ibu-ibu untuk mencoba memasaknya sendiri di rumah. Resep bubur yang satu ini terbilang mudah untuk dicoba sendiri di rumah. Rasa kare yang gurih, mampu membuat lidah kita tak henti untuk melahap buburnya sampai ludes. Selain dapat digunakan sebagai pengganjal perut di pagi hari, bubur juga dapat jadi alternatif pilihan ketika sudah bosan dengan makanan sereal yang ada di rumah. Yuk coba bikin buburmu sendiri. Resep Bubur Ayam Kuah Kare Bahan: 200 gr beras putih 2 ltr air 1 sdt garam 1 batang serai 2 lbr daun salam Kuah: 250 gr dada ayam 1,5 ltr air 1 batang serai 2 lbr daun salam 2 lbr daun jeruk 1 ruas lengkuas 500 ml santan Bumbu halus: 4 bawang merah 3 bawang putih 2 butir kemiri 1 ruas jahe 1 ruas kunyit 1/2 sdt ketumbar bubuk 1/2 sdt lada bubuk Pelengkap: Ayam suwir Cakwe Kedelai goreng Bawang goreng Daun bawang Krupuk Sambal Cara Memasak: Bubur : Campur semua bahan, masak dgn api kecil sampai matang n mengental, angkat Kuah : Rebus ayam dgn air. Tumis bumbu halus, daun salam, daun jeruk, serai n lengkuas sampai harum. Masukkan bumbu dlm rebusan ayam, gula, garam n kaldu bubuk. Masak sampai ayam empuk n matang. Angkat ayam, goreng setengah matang, suwir2. Sisihkan Tuang santan dlm rebusan ayam, masak sampai kuah mendidih. Angkat sisihkan Penyajian : Tuang bubur di mangkok saji, beri kuah kare, cakwe, ayam suwir, kedelai goreng, bawang goreng, daun bawang n sambal. Siap disajikan

Seri Babad Tanah Jawi: Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Medang (Mataram Kuno)

Seri Babad Tanah Jawi: Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Medang (Mataram Kuno)

Sumber-sumber berita Cina mengungkapkan Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Medang (Mataram Kuno) sejak abad ke-7 sampai ke-10. Kegiatan perdagangan di dalam maupun luar negeri berlangsung ramai. Hal ini terbukti dengan ditemukannya barang-barang keramik dari Vietnam dan Cina. Kenyataannya ini dikuatkan lagi dengan berita dari Dinasti Tang yang menceritakan kebesaran sebuah kerajaan dari Jawa, dalam hal ini Mataram. Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat Medang (Mataram Kuno) Menurut catatan dalam budisma.web.id, dari Prasasti Warudu Kidul, diperoleh informasi adanya sekumpulan orang asing yang berdiam di Mataram. Mereke mempunyai status yang berbeda dengan penduduk pribumi. Mereka membayar pajak yang berbeda, yang tentunya lebih mahal daripada rakyat pribumi Mataram. Kemungkinan besar, mereka adalah para saudagar dari luar negeri. Namun, sumber-sumber lokal tidak merinci lebih lanjut tentang orang-orang asing ini. Kemungkinan besar, mereka adalah kaum migran dari Cina. Dari berita Cina, diketahui bahwa di ibu kota kerajaan terdapat istana raja yang dikelilingi oleh dinding dari batu bata dan batang kayu. Di dalam istana, berdiam raja beserta keluarganya dan para abdi. Di luar istana (masih di dalam lingkungan dinding kota), terdapat kediaman para pejabat tinggi kerajaan, termasuk putra mahkota beserta keluarganya. Mereka tinggal dalam perkampungan khusus. Sedangkan, para hamba dan budak yang dipekerjakan di istana juga tinggal di sekitarnya. Sisa-sisa peninggalan pemukiman khusus ini sampai sekarang masih bisa ditemukan di Yogyakarta dan sekitarnya. Di luar tembok kota, berdiam rakyat yang merupakan kelompok terbesar. Kehidupan masyarakat Mataram pada umumnya bersifat agraris, karena pusat Mataram berada di pedalaman, bukan di pesisir pantai. Pertanian merupakan sumber kehidupan kebanyakan rakyat Mataram. Selain itu. penduduk di desa (disebut wanua) memelihara ternak, seperti kambing, kerbau, sapi, ayam, babi, dan itik. Sebagai tenaga kerja, mereka juga berdagang dan menjadi pengrajin. Dari Prasasti Purworejo (900 M), diperoleh informasi tentang kegiatan perdagangan. Kegiatan pasar ini tidak diadakan setiap hari, melainkan bergilir berdasarkan pada hari pasaran menurut kalender Jawa kuno. Pada hari Kliwon, pasar diadakan di pusat kota. Pada hari Manis atau Legi, pasar diadakan di desa bagian timur. Pada hari Paking (Pahing), pasar diadakan di desa sebelah selatan. Pada hari Pon, pasar diadakan di desa sebelah barat. Pada hari Wage, pasar diadakan di desa sebelah utara. Pada hari pasaran ini, desa-desa yang menjadi pusat perdagangan ramai didatangi oleh pembeli dan penjual dari desa-desa lain. Mereka datang dengan berbagai cara, melalui transportasi darat maupun sungai, sambil membawa barang dagangan, seperti beras, buah-buahan, dan ternak untuk dibarter dengan kebutuhan yang lain. Selain dibidang pertanian, industri rumah tangga juga sudah berkembang. Beberapa hasil industri Kerajaan Medang antara lain anyaman seperti keranjang, perkakas dari besi, emas, tembaga, perunggu, pakaian, gula kelapa, arang, dan kapur sirih. Hasil produksi industri ini dapat diperoleh di pasar-pasar tersebut. Sementara itu, bila seseorang berjasa (biasanya pejabat militer atau kerabat istana) kepada Kerajaan, maka orang bersangkutan akan diberi hak memiliki tanah untuk dikelola. Biasanya, tempat itu adalah hutan, yang kemudian dibuka (dibabat) menjadi pemukiman baru. Orang yang diberi tanah baru itu diangkat menjadi penguasa tempat baru yang dihadiahkan kepadanya. Ia bisa saja menjadi akuwu (kepala desa), senopati, adipati, atau menteri. Bisa pula, sebuah wilayah dihadiahkan kepada kaum Brahmana atau rahib untuk dijadikan asrama sebagai tempat tinggal mereka. Dan, di sekitar asrama tersebut, biasanya didirikan candi atau vihara.