Jowonews

Bedug Pendowo Purworejo, Penuh Sejarah dan Diklaim Terbesar di Dunia

Bedug Pendowo Purworejo, Penuh Sejarah dan Diklaim Terbesar di Dunia

Bedug Pendowo Purworejo merupakan bedug kuno yang menyimpan sejarah cukup panjang. Bedug yang diklaim terbesar di dunia ini pada dulunya biasa digunakan sebagai panggilan salat. Bedug tersebut berada di serambi Masjid Agung Darul Muttaqin, yang tepat berada di samping Alun-alun Purworejo. Pada zaman dahulu ketika Perang Diponegoro (1825-1830) berakhir, Pemerintah Hindia Belanda mengangkat pemimpin dari kalangan pribumi untuk memimpin wilayah Tanah Bagelen yang saat ini dikenal sebagai Kabupaten Purworejo. Sejarah Bedug Pendowo Saat itu, kata Katobi, Kanjeng Raden Tumenggung Tjokronegoro diutus dengan dukungan Patih Raden Tjokrojoyo untuk bertindak sebagai penguasa pertama Purworejo. Tak lama kemudian, Tjokronegor I juga membangun Masjid Agung Darul Muttaqin pada tahun 1830 Masehi. Setelah masjid selesai dibangun, penguasa mulai berpikir untuk membangun alat tanda datangnya shalat, maka dibuatlah bedug raksasa pada tahun 1834 Masehi. Pada masa itu penguasa membuat lomba atau sayembara untuk melihat siapa yang bisa membuat bedug dan membawanya ke masjid. Akhirnya atas arahan menantu Patih Tjokrojoyo, Muhammad Irsyadin, dibuatkan bedug dari pohon jati besar yang kokoh. Proses produksi bedug dilakukan di Dusun Pendowo, Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi yang berjarak sekitar 11 kilometer dari Masjid Raya Darul Muttaqin yang terletak di sebelah barat Alun-alun Kota Purworejo. Diketahui bahwa bedug tersebut terdiri dari pohon jati tua yang berumur ratusan tahun dan memiliki lima cabang. Karena itulah disebut Bedug Pendowo, diambil dari nama boneka lima sosok Pandowo Limo. Setelah selesai, bedug diangkut melewati jalan yang terjal dan sulit dengan menggunakan tali dan batang kayu sebagai roda pengangkut. Untuk menghibur dan menyemangati para pekerja yang mengangkut bedug raksasa tersebut, terdapat hiburan berupa tarian tayub di setiap perhentian. Setelah melewati tujuh pilar, bedug akhirnya sampai di Masjid Agung. Bedug Terbesar di Dunia Dengan panjang rata-rata 292 cm, diameter depan 194 cm, dan diameter belakang 180 cm, bedug ini dianggap yang terbesar di dunia. Mengenai keliling bagian depan, panjang bedug ini adalah 601 cm dan keliling bagian belakang adalah 564 cm. Bagian depan dan belakang bedug ditutup dengan kulit sapi tua. Kemudian kulit yang menempel dipaku yang terbuat dari kayu. Jumlah paku depan 120 dan jumlah paku belakang 98. Untuk menjaga keawetan bedug yang berada di sisi selatan masjid tersebut, maka bedug hanya ditabuh setiap hari Jumat dan pada hari-hari besar keagamaan, termasuk Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus. Sebagai gantinya, sebuah bedug kecil yang terletak di serambi utara masjid ditabuh saat adzan salat lima waktu tiba.

Sultan Trenggono, Raja Demak yang Berhasil Menghancurkan Portugis

Sultan Trenggono, Raja Demak yang Berhasil Menghancurkan Portugis

Sultan Trenggono ialah salah satu pemimpin Kerajaan Demak yang berhasil membawa Demak ke masa kejayaan. Sultan Trenggono mempunyai beberapa pencapaian, sampai berhasil melumpuhkan Portugis karena kecerdikan taktiknya. Kerajaan Demak ialah kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan pada tahun 1478 M. Pada awal pemerintahannya, Kerajaan Demak telah dipimpin oleh Raden Patah lalu digantikan oleh Adipati Unus. Kemudian, pada tahun 1521 M Sultan Trenggono resmi diangkat menjadi pemimpin Demak. Dicatat dari buku berjudul ‘Sejarah SMA/MA Kls XI-IPS’ karya Ignas Kingkin Teja dan Tim, serta dari skripsi berjudul ‘Kepemimpinan Sultan Trenggana Di Kerajaan Demak 1521-1546 M Ditinjau dengan Konsep Kepemimpinan Jawa Hasta Brata’ yang disusun oleh Nurul Afifah dari Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di bawah ini biografi Sultan Trenggono yang terperinci dengan pencapaian dan kisah keberhasilannya melumpuhkan Portugis. Biografi Sultan Trenggono Sultan Trenggono merupakan raja ketiga Kerajaan Demak. Ia adalah cucu dari Sunan Ampel atau Bong Swi Hoo atau Raden Rahmad dan juga anak dari Raden Patah dari istri pertamanya bernama Ratu Asyikah. Sultan Trenggono dilahirkan pada tahun 1483 M. Selain nama Trenggono, ia memiliki julukan lain, seperti Tung Ka Lo, Ki Mas Palembang, Pate Rodin Junior, dan Molana Trenggono. Ketika masih muda, Sultan Trenggono pernah menjabat sebagai jaksa dalam hukum Islam. Setelah menikah, ia memiliki enam anak, dua putra dan empat putri. Ia mendidik kedua putranya dalam strategi perang, sementara keempat putrinya ia menikahkan dengan para pewaris takhta raja. Sultan Trenggono naik tahta sebagai penguasa Kerajaan Demak pada usia 38 tahun menggantikan Adipati Unus. Ia memimpin selama 25 tahun dari tahun 1521-1546 M. Kepemimpinan Sultan Trenggono adalah masa keemasan Kerajaan Demak. Perjuangan Sultan Trenggono Prestasi yang telah dicapai Sultan Trenggono adalah berhasil mengislamkan hampir seluruh Pulau Jawa, memperluas wilayah kekuasaan, memperluas wilayah perdagangan dengan menaklukkan pelabuhan-pelabuhan perdagangan dan berhasil mengusir bangsa Portugis dari bumi Nusantara. Pada masa kepemimpinan Sultan Trenggono, Wali Songo juga berperan aktif untuk Kerajaan Demak. Wali Songo turut membantu dan memperlancar jalannya pemerintahan. Wali Songo menjabat sebagai penasihat para raja dan penyebar agama Islam. Selama menjadi penguasa di Kerajaan Demak, Sultan Trenggono telah menerapkan beberapa kebijakan. Dalam bidang politik, Sultan Trenggono menetapkan untuk melawan bangsa Portugis dan menjalankan hukum negara Islam. Dalam bidang militer, ia bekerja sama dengan wilayah-wilayah yang dikuasainya untuk melakukan ekspedisi bersama. Selain itu, ia juga mengadakan sayembara bagi rakyatnya yang ingin menjadi tentara Demak. Dalam bidang keagamaan, ia bersama Wali Songo melakukan penyebaran agama Islam ke seluruh Pulau Jawa. Sultan Trenggono memberikan kebebasan kepada Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam.Dalam bidang perdagangan, ia memanfaatkan wilayah-wilayah yang strategis sebagai pelabuhan. Keberhasilan Menaklukkan Portugis Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Portugis berniat mendirikan benteng dan kantor di Sunda Kelapa. Pada tahun 1522 Sultan Trenggono mengirimkan pasukan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah untuk menaklukkan Sunda Kelapa dan mengusir Portugis. Serangan tersebut berhasil menghancurkan Portugis. Setelah Sunda Kelapa berhasil dikuasai, namanya diganti menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan. Setelah jatuhnya Sunda Kelapa ke kekuasaan Demak, selanjutnya Sultan Trenggono berusaha memperluas wilayahnya ke timur. Maka beberapa wilayah pun ditundukkan. Ketika penyerbuan sampai di wilayah Pasuruan, Sultan Trenggono meninggal dalam pertempuran pada tahun 1546. Setelah Sultan Trenggono tiada, Kerajaan Demak menjadi kacau karena terjadi perang saudara. Pertentangan terjadi di antara keluarga raja antara Pangeran Prawoto dengan Arya Penangsang. Pertentangan berakhir setelah Arya Penangsang tewas dalam pertempuran melawan Pangeran Hadiwijaya. Akhirnya Kerajaan Demak dipindahkan ke pedalaman yang berpusat di Pajang, dekat Kartasura. Nah, itulah informasi mengenai biografi Sultan Trenggono, sosok Raja Demak yang berhasil menghancurkan Portugis. Semoga bermanfaat, Lur!