Jowonews

Menapak Jejak Kartini, Koleksi Unik Museum RA Kartini yang Menceritakan Sejarah dan Perjuangan

Menapak Jejak Kartini, Koleksi Unik Museum RA Kartini yang Menceritakan Sejarah dan Perjuangan

JEPARA – Ruang kerja RA Kartini di Museum RA Kartini, Jepara, menyimpan sejumlah benda bersejarah dan kisah tentang perjuangannya membela hak kaum wanita. Ruang kerja Raden Ajeng Kartini berada di pintu masuk museum. Di dalamnya ada satu set meja dan kursi tamu. Lalu ada kotak surat, anyaman sulam, dan mesin jahit kuno milik putri Bupati Jepara, Mas Adipati Ario Sosroningrat, itu. Juga terdapat lukisan Kartini karya seniman Jepara, Waluyo Hadi. Petugas pemandu museum, Abdul Latif mengatakan semasa hidupnya, RA Kartini banyak menulis surat yang dikirim ke Belanda. Salah satunya kepada Rosa Abendanon. “Walaupun di sini ada meja kursi, ini sudah replika. Dulunya RA Kartini kalau surat menyurat itu di kamar beliau yang ada di Pendapa Kabupaten Jepara,” kata Latif dikutip dari detikJateng. Latif lalu memperlihatkan replika seperti kotak surat. Menurutnya, kotak surat itu untuk menyimpan surat Kartini sebelum dikirim ke teman-temannya. Namun kotak surat itu hanya replika yang menjadi koleksi di museum. “Ini contoh replika, ini ada kotak surat yang mana saat beliau menulis atau mengirim surat kepada sahabat, kepada temannya, dulu disimpan seperti ini. Kotak surat ini bagian dari koleksi Museum Kartini Jepara,”ujar Latif. Selain itu, terdapat juga kotak anyaman sulam milik Kartini dan mesin jahit kuno yang masih asli. Latif menjelaskan bahwa Kartini memiliki keterampilan menjahit dan menyulam. “Ada kotak anyaman sulam, replika juga. Yang masih asli ada mesin jahit kuno, ini masih menggunakan tangan, peninggalan RA Kartini, yang mana beliau memiliki keterampilan menjahit,” terang dia. Latif juga menyoroti keberagaman bakat Kartini seperti kemampuan membatik, melukis, dan menggambar, yang dapat dilihat melalui koleksi di museum. Museum ini juga menyimpan lukisan wajah RA Kartini karya Waluyo Hadi, yang dibuat pada tahun 1977. “Lukisan di museum ini dilukis dari gambar, dibuat tahun 1977 setelah museum diresmikan. Melibatkan seniman asli Jepara, Pak Waluyo Hadi, dan kemudian dilukis kembali tahun 2010 oleh pelukis yang sama,” ungkap Latif. Total koleksi di Museum RA Kartini mencapai 700 item, dengan fokus tidak hanya pada RA Kartini, tetapi juga mencakup berbagai elemen sejarah dan seni. “Ada 700 koleksi di museum, tidak hanya tentang RA Kartini saja. Untuk koleksi tentang RA Kartini kebanyakan berupa foto-foto, dengan sekitar 100 koleksi terkait R.A Kartini,” pungkas Latif.

Sate Srepeh Rembang, Cita Rasa Pedas Gurih yang Menggugah Selera

Sate Srepeh Rembang, Cita Rasa Pedas Gurih yang Menggugah Selera

REMBANG – Bagi para yang gemar menjelajahi kekayaan kuliner, Jawa Tengah memang surganya. Selain sate blengong asli Brebes dan sate ambal khas Kebumen, di Rembang terdapat sate srepeh yang juga mencuri perhatian para penikmat kuliner. Berbeda dengan sate pada umumnya, sate srepeh ini terbuat dari daging ayam kampung. Tapi, yang bikin penasaran adalah bumbu yang meresap dalam setiap potongannya. Sekilas Tentang Sate Srepeh Sate Srepeh merupakan hidangan khas yang bukan hanya sekadar makanan, tapi juga bagian dari warisan kuliner yang telah melintasi generasi di wilayah ini. Berpadu dengan bumbu kacang yang merah menyala, Sate Srepeh membawa cita rasa pedas gurih yang membuatnya menjadi favorit tak hanya di sekitar Desa Sumberejo, tapi juga di seluruh Rembang. Keistimewaan Sate Srepeh tidak hanya terletak pada daging ayam yang lembut. Bumbu kacang yang melapisi setiap tusuk sate menawarkan pengalaman tak terlupakan, seperti mencicipi rahasia bumbu kacang pada tahu campur yang terkenal di daerah ini. Penjualnya mengambil dua nasi yang dibungkus daun jati, lalu dibuka menjadi nasi yang berbentuk kotak seperti lontong. Nasi tersebut kemudian diguyur dengan kuah lodeh. Uniknya, sate ini tidak hanya menggunakan daging ayam, jeroan pun turut disajikan. Pembeli bebas memilih antara sate daging atau jeroan. Satu porsi sate srepeh terdiri dari sepuluh tusuk sate, lima di antaranya berisi jeroan dan sisanya daging ayam. Sate Srepeh Warung Bu Slamet Di kawasan Rembang, Warung Bu Slamet dikenal sebagai salah satu destinasi kuliner yang terkenal dengan sajian Sate Srepeh. Warung ini terkenal karena kekonsistenannya. Bagaimana tidak, meski ramai, penjual hanya menyiapkan 500 tusuk sate setiap hari dan 1.000 tusuk pada hari libur. Bu Slamet, pemiliknya, mulai beraktivitas pukul 03.00 WIB. Ia memulai aktivitasnya dengan menyiapkan bumbu dan daging ayam secara telaten.

Alakathak, Pesona Kuliner Khas Sukoharjo yang Hanya Ada Saat Kliwon dan Pon

Alakathak, Pesona Kuliner Khas Sukoharjo yang Hanya Ada Saat Kliwon dan Pon

SUKOHARJO – Siapa yang tahu kuliner alakathak? Mungkin sebagian besar dari kita belum pernah mendengar nama makanan yang satu ini. Namun, alakathak, kuliner khas Sukoharjo, ternyata menyimpan kelezatan yang mampu menggoda selera. Tak seperti makanan populer lainnya, alakathak hanya muncul di pasar pada hari-hari tertentu, yaitu setiap Kliwon dan Pon di Pasar Tawangkuno, Sukoharjo. Ini membuat para penikmat kuliner harus bersabar menanti momen spesial untuk menikmati hidangan yang satu ini. Dari informasi yang dirangkum dari Nuansa Persada dan Makanan Khas Jawa Tengah, alakathak merupakan sajian istimewa dari Kecamatan Weru, Sukoharjo. Meskipun belum begitu terkenal di telinga banyak orang, alakathak telah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi kuliner masyarakat setempat. Keistimewaan alakathak tidak hanya terletak pada rasa lezatnya, melainkan juga pada proses pembuatannya yang melibatkan sentuhan tradisional. Tempe olahan dari koro benguk, mie dari tepung kanji, semuanya melalui tahapan rumit yang membuatnya begitu unik. Proses dimulai dengan merebus koro benguk hingga matang, kemudian merendamnya selama beberapa hari. Benguk kemudian dikukus, dihaluskan, dan dibungkus dengan daun jati atau daun pisang. Semua langkah ini tetap menggunakan metode tradisional, memberikan sentuhan khas yang sulit ditemui di hidangan lain. Mie pendamping alakathak juga memiliki cerita tersendiri. Dibuat dari tepung kanji yang dicampur dengan air mendidih, kemudian dipipihkan dan direbus hingga mengapung. Tekstur kenyal mie ini menambahkan kesan istimewa saat disantap bersama alakathak. Tak heran, meski hanya dijual pada hari-hari pasaran tertentu, banyak orang yang rela datang dari jauh untuk mencicipi kuliner khas Sukoharjo ini. Harga yang terjangkau, mulai dari Rp500, membuat alakathak semakin menarik bagi para pecinta kuliner lokal. Jadi, jika kamu berkesempatan berkunjung ke Sukoharjo, pastikan untuk tidak melewatkan kesempatan emas menikmati kelezatan alakathak. Sebuah pengalaman kuliner yang sulit untuk dilupakan!