Jowonews

Seri Babad Tanah Jawi: Tokoh-Tokoh Penting Pada Masa Airlangga

Ada beberapa tokoh penting dalam masa pemeritahan Airlangga. Berikut kami kutip tokoh-tokoh penting pada masa Airlangga sebagaimana dilansir dalam rizam-historystudent.blogspot.com:

Mahendradatta

Di Bali, Mahendradatta dikenal dengan sebutan Gunapriya Dharmapatni. Ia adalah putri Raja Sri Makutawangsa dan Wangsa Isana (Kerajaan Medang). Ia menikah dengan Udayana, Raja Bali dari Wangsa Warmadewa, yang kemudian memiliki beberapa orang putra, yaitu Airlangga yang kemudian menjadi raja di Bali.

Mpu Narotama

Mpu Narotama adalah pembantu Airlangga yang setia menemani sejak masa pelarian sampai masa pemerintahan Airlangga. Menurut Prasasti Pucangan, Airlangga dan Narotama berasal dari Bali. Keduanya datang ke Jawa pada tahun 1006.

Sanggramawijaya Tunggadewi

Sanggramawijaya Tunggadewi adalah putri Airlangga yang menjadi pewaris tahta Kahuripan, namun memilih mengundurkan diri sebagai petapa bergelar Dewi Kili Suci. Pada masa pemerintahan Airlangga, sejak kerajaan masih berpusat di Watan Mas sampai pindah ke Kahuripan, tokoh Sanggramawijaya menjabat sebagai Rakryan Mahamantri alias Putri Mahkota. Gelar lengkapnya adalah Rakryan Mahamantri i Hino Sanggramawijaya Dharmaprasada Tunggadewi. Nama ini terdapat dalam Prasasti Cane (1021) sampai Prasasti Turun Hyang I (1035). Tokoh Dewi Kili Suci dalam Cerita Panji dikisahkan sebagai sosok agung yang sangat dihormati. Ia sering membantu kesulitan pasangan Panji Inu Kertapati dan Galuh Candrakirana, keponakannya.

Selain itu Dewi Kili Suci juga dihubungkan dengan dongeng terciptanya Gunung Kelud. Dikisahkan bahwa semasa muda, Dewi Kili Suci dilamar oleh seorang manusia berkepala kerbau bernama Mahesasura. Kili Suci bersedia menerima lamaran itu, asalkan Mahesasura mampu membuatkannya sebuah sumur raksasa. Sumur raksasa pun tercipta berkat kesaktian Mahesasura. Namun, sayangnya, Mahesasura jatuh ke dalam sumur itu karena dijebak oleh Kili Suci. Para prajurit Kadiri, atas perintaH Kili Suci, menimbun sumur itu dengan batu-batuan. Timbunan batu begitu banyak sampai menggunung, dan terciptalah Gunung Kelud. Oleh karena itu, apabila Gunung Kelud meletus, daerah Kediri selalu menjadi korban, sebagai wujud kemarahan arwah Mahesasura. Dewi Kili Suci juga terdapat dalam Babad Tanah Jawi sebagai putri sulung Resi Gentayu, Raja Koripan. Kerajaan Koripan kemudian dibelah dua, menjadi Janggala dan Kadiri, yang masing-masing dipimpin oleh adik Kili Suci, yaitu Lembu Amiluhur dan Lembu Peteng. Kisah ini mirip dengan fakta sejarah, yaitu setelah Airlangga turun tahta tahun 1042, wilayah kerajaan dibagi dua, yaitu Kadiri yang dipimpin oleh Sri Samarawijaya, dan Janggala yang dipimpin oleh Mapanji Garasakan.

BACA JUGA  Seri Babad Tanah Jawi: Karya Sastra pada Zaman Airlangga

Pada masa pemerintahan Airlangga dan raja-raja sebelumnya, jabatan tertinggi sesudah raja adalah rakryan mahamantri. Jabatan ini identik dengan putra mahkota. Sehingga, umumnya jabatan ini dipakai oleh putra atau menantu raja. Dari prasasti-prasasti yang dikeluarkan Airlangga sejak 1021-1035, yang menjabat sebagai Rakryan Mahamantri adalah Sanggramawijaya Tunggadewi. Sedangkan, pada Prasasti Pucangan (1041), muncul nama baru, yaitu Samarawiaya sebagai Rakryan Mahamantri. Sanggramawijaya Tunggadewi identik dengan putri sulung Airlangga dalam Serat Calon Arang yang mengundurkan diri menjadi petapa bernama Dewi Kili Suci. Dalam kisah tersebut, Dewi Kili Suci diberitakan memiliki dua orang adik laki-laki. Dengan demikian, Samarawijaya dipastikan adalah adik Sanggramawijaya Tunggadewi.



Mpu Bharada

Nama ini muncul dalam Serat Calon Arang sebagai tokoh yang berhasil mengalahkan musuh Airlangga, yaitu Calon Arang, seorang janda sakti dari Desa Girah. Dikisahkan pula, Airlangga berniat turun tahta menjadi pendeta. Ia kemudian berguru pada Mpu Bharada. Kedua putranya bersaing memperebutkan tahta. Berhubung Airlangga uga putra sulung Raja Bali, maka ia pun berniat menempatkan salah satu putranya di pulau itu. Mpu Bharada dikirim ke Bali untuk menyampaikan maksud tersebut. Dalam perjalanan menyebrang laut, Mpu Bharada cukup dengan menumpang sehelai daun. Sesampainya di Bali, permintaan Airlangga yang disampaikan oleh Mpu Bharada ditolak oleh Mpu Kuturan, yang berniat mengangkat cucunya sebagai Raja Bali. Berdasarkan fakta sejarah, raja Bali saat itu (1042) adalah Anak Wungsu, adik Airlangga. Dengan begitu seperti dikisahkan tadi, Airlangga terpaksa membelah wilayahan kerajaaannya demi perdamaian kedua putranya. Menurut Negarakertagama, Mpu Bharada bertugas menetapkan batas antara kedua belahan negara. Dikisahkan, Mpu Bharada terbang sambil mengucurkan air kendi. Ketika sampai di dekat Desa Palungan jubah Mpu Bharada tersangkut ranting pohon asam. Ia marah dan mengutuk pohon asam itu menjadi kerdil. Oleh karena itu, penduduk sekitar menamakan daerah itu Kamal Pandak, yang artinya “asem pendek”. Desa Kamal Pandak, pada zaman Majapahit, menjadi lokasi pendirian Prajnaparamitapuri, yaitu Candi Pendharmaan arwah Gayatri, istri Raden Wijaya (Raden Sesuruh versi Babad Tanah Jawi)

BACA JUGA  Lokasi Perjanjian Giyanti, Tempat Pemisahan Surakarta dan Yogyakarta

Selesai menetapkan batas Kerajaan Kadiri dan Janggala berdasarkan cucuran air kendi, Mpu Bharada mengucapkan kutukan, barang siapa berani melanggar batas tersebut, hidupnya akan mengalami kesialan. Menurut Prasasti Mahaksobhya yang diterbitkan Kartanegara (Raja Singasari) tahun 1289, kutukan Mpu Bharada sudah tawar berkat usaha Wisnuwardhana menyatukan kedua wilayah tersebut. Nagarakretagama juga menyebutkan, Mpu Bharada adalah pendeta Buddha yang mendapat anugerah tanah desa Lemah Citra atau Lemah Tulis. Berita ini cukup unik karena ia bisa menjadi guru spiritual Airlangga yang menganut agama Hindu Wisnu.



Calon Arang adalah seorang tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali Abad ke – 12. Tidak diketahui lagi siapa yang mengarang cerita ini. Salinan teks Latin yang sangat penting berada di Belanda, yaitu di Bijdragen Koninklijke Insitut. Ia adalah seorang janda pengguna ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit. Calon Arang mempunyai seorang putri bernama Ratna Manggali, yang meskipun cantik, tidak dapat mendapatkan seorang suami karena orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dialami putrinya, Calon Arang marah, dan ia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda. Gadis tersebut ia bawa ke sebuah kuil untuk dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya, banjir besar melanda desa tersebut, dan banyak orang meninggal dunia. Penyakit ini pun muncul. Raja Airlangga yang mengetahui hal tersebut kemudian meminta bantuan penasihatnya, Mpu Bharada, untuk mengatasi masalah ini.

Lalu, Mpu Bharada mengirimkan seorang prajurit bernama Mpu Bahula untuk dinikahkan kepada Ratna. Keduanya menikah besar-besaran dengan pesta yang berlangsung tujuh hari tujuh malam, dan keadaan pun kembali normal. Calon Arang mempunyai sebuah buku yang berisi ilmu-ilmu sihir. Pada suatu hari, buku ini berhasil ditemukan oleh Bahula yang menyerahkannya kepada Mpu Baradah. Saat Calon Arang mengetahui bahwa bukunya telah dicuri, ia menjadi marah dna memutuskan untuk melawan Mpu Baradah. Tanpa bantuan Dewi Durga, Calon Arang pun kalah. Sejak ia dikalahkan, desa tersebutpun aman dari ancaman ilmu hitam Calon Arang.

Bagikan:

Google News

Dapatkan kabar terkini dan pengalaman membaca yang berbeda di Google News.

Berita Terkait