BOYOLALI – Kecamatan Tamansari di Kabupaten Boyolali dicanangkan sebagai model kecamatan konservasi. Pencanangan ini telah diinisiasi sejak tahun 2022 silam.
Sebagai informasi, Kecamatan Konservasi merupakan pendekatan strategis model konservasi dengan mengutamakan partisipasi aktif masyarakat dan partisipasi dalam kegiatan pengelolaan konservasi di tingkat kecamatan.
Kecamatan Tamansari termasuk dalam kawasan konservasi yaitu Taman Nasional Gunung Merapi-Merbabu. Ini merupakan prasyarat untuk pembentukan kawasan lindung.
Bupati Boyolali, Said Hidayat mengatakan, menjaga keberlanjutan merupakan tanggung jawab bersama dan saling menguntungkan antara hulu, tengah, dan hilir.
“Tengah dan hilir akan menjadi upaya pelestarian yang berkelanjutan bagi semua pihak,” ucapnya, Sabtu (3/9/2022).
Menurutnya kecamatan konservasi juga akan menjadi salah satu elemen pendukung kebijakan bagi implementasi mekanisme imbal jasa lingkungan atau disebut dengan PES (payment environmental services, red) oleh komunitas di hilir kepada komunitas di Hulu.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (BP3D) Kabupaten Boyolali, Mochhamat Syawalludin mengatakan, inisiatif pencadangan ini juga bertujuan untuk mendukung kebijakan Kabupaten Boyolali dalam mewujudkan Boyolali Smart City, Water City, dan Green City.
Terutama dalam penerapan prinsip konservasi pada setiap arah pembangunan di kawasan Tamansari. “Sehingga, terjadi keberlanjutan sumber daya air untuk kepentingan sektor ekonomi di wilayah tengah dan hilir,” katanya.
Aktivis Rama Zakaria dari Pusur Institute mengatakan bahwa pencanangan Kecamatan Tamansari sebagai model konservasi telah menjadi semangat aksi kolektif para pihak dalam upaya pelestarian sumber daya alam, khususnya air.
“Sekarang saatnya menginspirasi daerah lain untuk melakukan hal yang sama, dan kami berharap masyarakat luas dapat mempelajari program ini dan memperkuat kolaborasi multi-stakeholder yang ada.” ujarnya mewakili stakeholder relation manager Pabrik Aqua Klaten.
Ditambahkannya, Sumino, Program Manager LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan) untuk wilayah Boyolali dimulai pada tahun 2014. Pihaknya berkolaborasi dengan Aqua Factory telah melaksanakan pemberdayaan masyarakat, termasuk program konservasi yang terintegrasi dengan pengembangan ekonomi melalui potensi lokal.
“Banyak yang sudah dikerjakan, seperti program niogas, budidaya bunga krisan dan anggrek, penanaman pohon termonitor secara online. Termasuk, pengembangan alternatif pertanian sayur seperti paprika untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di area hulu, demplot model pengelolaan konservasi tanah dan air juga membangun pusat belajar konservasi komunitas (PBKK) di desa Mriyan, Kecamatan Tamansari,” katanya.
Pada kesempatan ini juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara seluruh Kepala Desa Kecamatan Tamansari, organisasi perangkat daerah terkait di Pemerintahan Pemerintah Kabupaten Boyolali dan instansi terkait lainnya.